Thursday, November 27, 2025
HomeBeritaIsrael gunakan AI pantau medsos prajurit setelah serangan 7 Oktober

Israel gunakan AI pantau medsos prajurit setelah serangan 7 Oktober

Militer Israel memutuskan memantau akun media sosial seluruh prajuritnya serta meninjau setiap unggahan mereka, termasuk teks, foto, dan video, demikian dilaporkan sejumlah media lokal, Rabu.

Langkah ini diambil setelah muncul laporan bahwa Hamas memperoleh informasi mengenai aktivitas dan pergerakan militer Israel sebelum peristiwa 7 Oktober 2023 melalui pantauan terhadap akun-akun publik para prajurit di berbagai platform.

Radio Angkatan Darat Israel menyebutkan, kebijakan baru tersebut dimaksudkan untuk menutup “kerentanan signifikan” yang dinilai dapat dimanfaatkan pihak lawan.

Menurut laporan itu, militer akan menggunakan sistem kecerdasan buatan terbaru bernama Morpheus untuk memonitor unggahan para prajurit dan menandai konten—baik teks, foto, maupun video—yang berpotensi mengungkap informasi sensitif.

Sistem tersebut “belajar melalui AI untuk memeriksa unggahan dan menentukan apakah terdapat rincian sensitif, seperti lokasi pangkalan, persenjataan, atau informasi lain,” demikian pernyataan Radio Angkatan Darat.

Jika diperlukan, sistem akan mengidentifikasi unggahan yang harus ditinjau petugas keamanan informasi untuk kemungkinan penghapusan.

Radio tersebut menambahkan, sistem Morpheus dijadwalkan mulai beroperasi awal Desember setelah memperoleh persetujuan hukum yang diperlukan.

Sistem ini akan mencakup sekitar 170.000 prajurit yang memiliki akun media sosial terbuka, namun tidak akan memantau akun pribadi maupun akun milik pasukan cadangan, karena alasan legal.

Dalam uji coba selama empat bulan terhadap 45.000 prajurit, sistem ini mencatat ribuan unggahan yang memerlukan intervensi keamanan informasi dan harus dihapus karena dianggap sensitif.

Militer mengakui bahwa langkah baru ini “melampaui aturan disiplin standar dan membatasi privasi prajurit,” tetapi menganggapnya penting untuk mencegah terulangnya peristiwa 7 Oktober yang telah digambarkan para pejabat politik, militer, dan keamanan Israel sebagai salah satu kegagalan intelijen dan keamanan terbesar negara itu.

Pasca peristiwa tersebut, Israel melancarkan operasi militer selama dua tahun di Jalur Gaza, yang menurut laporan telah menewaskan hampir 70.000 orang—sebagian besar perempuan dan anak-anak—serta melukai lebih dari 170.000 lainnya.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler