Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Senin (20/10/2025) menyampaikan pidato tegas dalam pembukaan sidang musim dingin parlemen (Knesset), dengan menekankan bahwa operasi militer terhadap Hamas akan terus dilanjutkan hingga kelompok tersebut “sepenuhnya dilucuti dari kekuatan militer dan otoritas administratifnya”.
Dalam pidatonya yang beberapa kali disela oleh interupsi dari anggota oposisi, Netanyahu mengklaim bahwa Israel telah mencatat “keberhasilan di tujuh front perang” dan menyebut bahwa pasukan Israel kini “menguasai langit di atas Teheran”.
“Gaza kini telah sepenuhnya dikepung oleh pasukan kami,” ujarnya. Ia juga menegaskan bahwa Israel akan terus mengendalikan akses keluar-masuk wilayah tersebut dan menolak seruan untuk mengakhiri perang melalui jalur negosiasi.
Netanyahu mengungkapkan bahwa pada hari Minggu, militer Israel menjatuhkan 153 ton bom ke Jalur Gaza, sebagai respons atas apa yang disebut sebagai pelanggaran gencatan senjata oleh Hamas. Serangan tersebut menyusul insiden yang menewaskan dua tentara Israel, yang menurut Tel Aviv dilakukan oleh Hamas — klaim yang dibantah oleh kelompok tersebut.
“Salah satu tangan kami menggenggam senjata, tangan yang lain terulur untuk perdamaian,” kata Netanyahu. “Anda membuat perdamaian dengan pihak yang kuat, bukan yang lemah. Hari ini, Israel lebih kuat dari sebelumnya.”
Netanyahu juga menyinggung isu para sandera, dengan menyatakan bahwa 239 orang telah berhasil dipulangkan melalui sejumlah kesepakatan dalam dua tahun terakhir. Ia berjanji bahwa pemerintahnya berkomitmen untuk membawa pulang “semua jenazah yang masih berada di Gaza”.
Dalam pidatonya, ia mengangkat kembali potensi ancaman dari Iran dan Hizbullah. Netanyahu menuding bahwa Iran hanya “beberapa bulan lagi” dari pengembangan bom nuklir, sementara Hizbullah disebut memiliki “150.000 roket” yang siap diluncurkan dari jarak dekat ke kota-kota Israel.
Pemimpin oposisi Yair Lapid menanggapi pidato tersebut dengan keras. Ia menuduh Netanyahu “menghindari tanggung jawab” atas kegagalan intelijen dan keamanan dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
“Netanyahu telah menjadikan Israel sebagai negara klien Washington,” kata Lapid, sambil mempertanyakan siapa yang berkuasa saat Iran dan Hizbullah memperluas kemampuan militernya. Ia juga menyindir Ketua Knesset Amir Ohana, dengan menyebutnya sebagai “ketua separuh parlemen”, serta menyatakan bahwa pemerintahan saat ini “sakit dan gagal” serta telah “kehilangan kepercayaan publik”.
Seruan Persatuan dan Diplomasi Pasca-Perang
Di akhir pidatonya, Netanyahu menyerukan persatuan nasional dan meminta agar ketegangan politik internal diredakan. Ia mengatakan, “Kita tahu betapa dahsyatnya kehancuran yang disebabkan oleh perpecahan. Sudah saatnya menurunkan tensi politik.”
Ia juga mengumumkan bahwa pembicaraan dengan Wakil Presiden AS JD Vance, serta utusan Amerika Steve Witkoff dan Jared Kushner, akan segera digelar guna membahas fase pasca-perang di Gaza. Netanyahu menekankan bahwa Israel memiliki “peluang nyata” untuk memperluas jangkauan perdamaian dengan negara-negara Arab dan Muslim di bawah sponsor Presiden Donald Trump.
“Ancaman terhadap keberadaan Israel tidak membedakan kita. Persatuan adalah kunci menghadapi mereka,” tutup Netanyahu.