Thursday, October 2, 2025
HomeBeritaIsrael kuasai kapal Global Sumud Flotilla, arahkan ke pelabuhan Ashdod

Israel kuasai kapal Global Sumud Flotilla, arahkan ke pelabuhan Ashdod

Pasukan Israel menguasai dua kapal utama dalam “Armada Keteguhan Global” dan memerintahkan seluruh armada untuk mengubah haluan menuju Pelabuhan Ashdod, Israel. Armada ini sebelumnya bertolak membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

Otoritas penyiaran Israel melaporkan, pasukan angkatan laut Israel menaiki kapal “Alma” dan “Sirius”, kemudian mengambil kendali atas rombongan.

Tindakan itu dilakukan setelah kapal perang Israel mengepung armada dan komunikasi dengan kapal-kapal bantuan terputus.

Sejumlah sumber menyebut, sebelum direbut, armada sudah berada dalam kondisi siaga penuh. Sekitar 20 kapal perang Israel terdeteksi mendekati jalur pelayaran mereka.

Pihak penyelenggara “Armada Keteguhan”—yang membawa bantuan internasional ke Gaza—sebelumnya menegaskan akan tetap melanjutkan pelayaran, meskipun menghadapi manuver intimidasi Israel dan seruan dari sejumlah pemerintah Eropa agar menghentikan perjalanan.

Dalam pernyataan pukul 12.30 GMT, armada mengabarkan posisinya di Laut Tengah, sekitar 118 mil laut (220 kilometer) dari pesisir Palestina. Mereka menyebut pasukan laut Israel sejak pagi melakukan aksi pengusikan.

Kapal “Alma” disebut sempat dikepung secara agresif oleh kapal perang Israel selama beberapa menit.

Komunikasi jarak jauh diputus, memaksa kapten kapal melakukan manuver mendadak untuk menghindari tabrakan langsung. Tidak lama kemudian, kapal “Sirius” mengalami intimidasi serupa.

Marylise Mismor, anggota parlemen Prancis dari partai La France Insoumise yang berada di atas kapal Sirius, mengatakan ia melihat sedikitnya dua kapal tak dikenal mendekat. Salah satunya berada dalam jarak yang sangat dekat.

“Sebuah kapal intervensi militer menyorotkan cahaya menyilaukan ke arah kami. Saat itu juga radar dan internet kami terputus, sebelum kapal menaikkan status siaga,” ujarnya.

Dalam pernyataan terpisah di platform X sekitar pukul 05.00 GMT, armada menegaskan akan berhati-hati saat memasuki kawasan yang sebelumnya pernah menjadi lokasi intersepsi terhadap kapal bantuan “Madeleine” dan “Handhala” pada Juni dan Juli lalu.

Meski begitu, mereka menolak mundur.

“Armada akan tetap melanjutkan jalannya, tak gentar oleh ancaman dan manuver intimidasi Israel,” demikian bunyi pernyataan.

Armada Keteguhan berangkat sejak akhir Agustus lalu dari Spanyol. Sebanyak 45 kapal membawa ratusan aktivis pro-Palestina dari lebih 40 negara.

Mereka mengangkut susu bayi, bahan pangan, dan bantuan medis dengan klaim sebagai “misi damai dan non-kekerasan”.

Sejumlah tokoh dunia ikut serta dalam pelayaran tersebut, di antaranya Mandela Mandela, cucu mendiang Nelson Mandela sekaligus mantan anggota parlemen Afrika Selatan, aktivis lingkungan asal Swedia Greta Thunberg, anggota parlemen Eropa asal Prancis Rima Hassan, serta mantan Wali Kota Barcelona Ada Colau.

Tujuan utama armada adalah menembus blokade Israel atas Jalur Gaza serta menyalurkan bantuan kemanusiaan bagi warga yang hidup dalam kelaparan dan menghadapi situasi yang digambarkan sebagai “genosida”.

Italia dan Spanyol batasi dukungan, Armada diminta tak masuki “zona terlarang”

Italia dan Spanyol mengerahkan kapal perang untuk mengawasi “Armada Keteguhan Global” setelah rombongan bantuan kemanusiaan itu dilaporkan mengalami serangan drone dan bom pembakar pada malam 23–24 September lalu.

Sebelumnya, armada juga menyebut telah dua kali diserang drone saat berlabuh di Pelabuhan Sidi Bou Said, dekat Tunis, Tunisia, pada 9 September.

Meski mengirimkan kapal untuk memberi perlindungan, pemerintah Spanyol pada Rabu (1/10) menegaskan agar armada tidak memasuki wilayah laut yang ditetapkan Israel sebagai zona terlarang, sejauh 150 mil laut dari Gaza.

“Kapal bantuan yang kami kerahkan tidak akan melewati batas itu,” demikian pernyataan resmi Madrid.

Namun, Menteri Pertahanan Spanyol kemudian menjelaskan, kapal perang Furor tetap membayangi pergerakan Armada Keteguhan, tetapi tidak akan melakukan intervensi kecuali dalam situasi yang sangat mendesak.

“Masuknya armada ke zona larangan Israel dapat membahayakan banyak nyawa,” ujarnya.

Sikap serupa juga ditunjukkan Italia. Fregat angkatan laut yang ditugaskan Roma hanya berhenti di kawasan “kritis” sejauh 150 mil laut.

Melalui radio, pihak Italia mendesak peserta armada agar membatalkan misi mereka.

Langkah kedua negara Eropa itu menuai kritik dari penyelenggara Armada Keteguhan.

Mereka menilai tindakan Roma dan Madrid sebagai upaya merongrong misi kemanusiaan yang bersifat damai.

“Ini pada hakikatnya berarti berpihak kepada Israel,” kata pihak penyelenggara dalam pernyataan resmi.

Kesabaran dan perlindungan

Pemerintah Afrika Selatan, Rabu (1/10), menyerukan agar “Armada Keteguhan Global” diberi perlindungan dan kesempatan melanjutkan pelayaran tanpa ancaman.

Pretoria menekankan bahwa keselamatan fisik para peserta yang tidak bersenjata harus menjadi prioritas utama.

“Setiap intervensi militer atau penahanan kapal akan menjadi pelanggaran serius terhadap hukum internasional,” demikian pernyataan resmi pemerintah.

Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sánchez, menegaskan bahwa keberadaan armada bantuan tidak membawa ancaman bagi Israel.

“Saya berharap Pemerintah Netanyahu tidak akan menganggap armada ini sebagai ancaman,” kata Sánchez menjelang pertemuan Dewan Eropa di Kopenhagen.

Dalam pernyataan bersama, Italia dan Yunani mendesak Israel untuk menjamin keamanan seluruh peserta pelayaran.

Keduanya juga meminta penyelenggara armada agar mempertimbangkan tawaran Patriarkat Latin Yerusalem.

Yaitu, menyalurkan bantuan ke Gaza melalui jalur aman dan menghindari inisiatif yang dapat dimanfaatkan pihak-pihak yang masih menolak perdamaian.

Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, mengambil sikap lebih keras. Ia menyerukan agar armada menghentikan pelayaran segera, demi memberi ruang tercapainya kesepakatan antara pihak-pihak yang bertikai berdasarkan rencana perdamaian yang diajukan Presiden Amerika Serikat (AS).

“Di depan kita ada peluang bersejarah. Saya tidak memahami mengapa masih ada desakan melanjutkan sebuah inisiatif yang sarat risiko dan menunjukkan ketidakbertanggungjawaban,” kata Meloni.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler