Sunday, September 14, 2025
HomeBeritaLebih dari 20.000 IDF jadi korban, bunuh diri meningkat

Lebih dari 20.000 IDF jadi korban, bunuh diri meningkat

Sekitar 45 persen mengalami cedera fisik, sementara 56 persen menghadapi gangguan psikologis

Kementerian Pertahanan Israel mencatat lebih dari 20.000 prajurit terluka sejak 7 Oktober 2023, dengan lebih dari separuh kasus berkaitan dengan masalah kesehatan mental.

Hal tersebut dilansir Turkiye Today pada Ahad (14/9), mengutip dua sumber resmi Israel.

Sepanjang 2025, sedikitnya 18 prajurit dilaporkan bunuh diri, menurut laporan militer dan media setempat.

Data yang dipublikasikan pada Minggu (14/9/2025) itu bertepatan dengan dua tahun operasi militer Israel yang disebut Pedang Besi. Dari seluruh korban, separuh berusia di bawah 30 tahun, 92 persen laki-laki, dan 64 persen merupakan tentara cadangan.

Sekitar 45 persen mengalami cedera fisik, sementara 56 persen menghadapi gangguan psikologis.

Beban anggaran meningkat
Anggaran Departemen Rehabilitasi naik 53 persen dalam dua tahun terakhir menjadi 8,3 miliar shekel atau sekitar Rp40 triliun. Dari jumlah itu, 4,1 miliar shekel dialokasikan khusus untuk penanganan kesehatan mental.

Departemen tersebut memperkirakan akan menangani 100.000 prajurit terluka hingga 2028, termasuk 50.000 kasus gangguan psikologis.

Sebanyak 9 persen korban tergolong luka sedang hingga berat. Tercatat 56 prajurit menderita kecacatan paling parah dengan tingkat disabilitas lebih dari 100 persen.

Dari jumlah itu, 24 prajurit dinyatakan cacat total, 168 mengalami cedera otak kompleks, 16 menggunakan kursi roda, dan 99 kehilangan anggota tubuh.

Rata-rata 1.000 kasus baru masuk setiap bulan dari konflik yang masih berlangsung. Sepanjang tahun lalu, tim kesehatan mental militer dikerahkan untuk 251 insiden krisis.

Kasus bunuh diri meningkat
Pada 1 September lalu, seorang prajurit Brigade Golani ditemukan tewas di sebuah pangkalan militer di Israel utara.

Insiden itu menambah jumlah bunuh diri di kalangan tentara Israel menjadi 18 orang sepanjang 2025.

“Usia saya 21 tahun, dan impian saya adalah ditembak di kepala. Saya sudah mati berjalan. Saya pernah mencoba bunuh diri, tangan saya penuh luka. Mengapa? Karena saya berjuang untuk negara terkutuk ini,” ungkap seorang prajurit Brigade Golani saat berbicara di Komite Pertahanan dan Hubungan Luar Negeri Knesset, seperti dikutip media Israel.

Militer Israel mencatat tren bunuh diri yang meningkat sejak operasi ke Jalur Gaza dimulai. Pada 2021 terdapat 11 kasus, naik menjadi 14 pada 2022, lalu 17 pada 2023, dan 21 pada 2024. Pada Juli 2025 saja, tercatat tujuh kasus bunuh diri.

Penolakan bertugas
Sejumlah prajurit dilaporkan menolak kembali bertugas di Gaza. Enam tentara Brigade Givati dijatuhi hukuman penjara karena menolak perintah dengan alasan kondisi psikologis.

Tiga di antaranya dihukum 10 hari penjara, dua menerima hukuman percobaan, dan satu lainnya menunggu persidangan militer.

Selain itu, seorang prajurit cadangan berusia 31 tahun ditemukan tewas di rumahnya di Rehovot pada hari pernikahannya. Media Israel, Maariv, menyebut kasus itu sebagai bunuh diri.

Tantangan penanganan
Departemen Rehabilitasi menghadapi kekurangan tenaga serius, hanya tersedia satu pekerja untuk setiap 750 pasien. Pejabat Israel menilai perlu penyederhanaan birokrasi, pembaruan regulasi medis, serta penyesuaian standar disabilitas.

Menteri Pertahanan Israel Israel Katz dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich telah membentuk komite publik untuk mengkaji penanganan prajurit terluka.

Layanan Pertolongan Pertama Emosional Israel (ERAN) melaporkan lebih dari 6.000 prajurit mencari dukungan psikologis sepanjang Juni 2025.

Namun, juru bicara militer Israel, Effie Defrin, menolak memberikan data resmi bunuh diri terbaru dalam konferensi pers pada 17 Juli lalu. Ia hanya menyebut kasus-kasus tersebut masih “dalam pemeriksaan dan investigasi”.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular