Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, pada Senin (waktu setempat) menyatakan bahwa negaranya semakin dekat untuk mengakui Negara Palestina, menyusul tercapainya kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan kelompok Hamas.
“Jelas bahwa jika rencana ini dijalankan, pengakuan Italia terhadap Palestina akan semakin dekat,” ujar Meloni kepada wartawan di sela-sela KTT Perdamaian di Sharm el-Sheikh, Mesir, sebagaimana dikutip kantor berita ANSA.
Meloni menegaskan bahwa Italia mendukung pembentukan negara Palestina, seraya melanjutkan bantuan kemanusiaan bagi warga sipil di Jalur Gaza.
Ia juga menyatakan kesiapan Italia untuk membantu menstabilkan situasi di Gaza, termasuk dengan mengerahkan pasukan Carabinieri jika diminta melalui resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
“Italia siap menjalankan perannya. Ini adalah kesempatan besar, hari yang bersejarah. Saya bangga Italia hadir di sini,” kata Meloni.
Ia juga menyambut positif kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, yang ia sebut sebagai “sebuah keberhasilan besar” bagi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. “Kami berharap ia meraih lebih banyak keberhasilan, termasuk di Ukraina,” ujarnya.
Pekan lalu, Presiden Trump mengumumkan bahwa Israel dan Hamas telah sepakat untuk menjalankan fase pertama dari rencana yang ia paparkan pada 29 September 2025. Rencana tersebut mencakup penghentian pertempuran, pembebasan seluruh sandera Israel dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina, serta penarikan bertahap pasukan Israel dari seluruh wilayah Gaza. Fase pertama mulai berlaku pada Jumat lalu.
Fase kedua dari rencana itu mencakup pembentukan mekanisme pemerintahan baru di Gaza tanpa keterlibatan Hamas, pembentukan pasukan multinasional, serta perlucutan senjata kelompok tersebut.
Pada Senin pagi, pembebasan tahanan Palestina dari penjara-penjara Israel mulai dilakukan, setelah Hamas lebih dulu membebaskan seluruh 20 sandera Israel yang masih hidup di Jalur Gaza.
Sejak Oktober 2023, serangan militer Israel telah menewaskan lebih dari 67.800 warga Palestina di Gaza, mayoritas perempuan dan anak-anak. Wilayah tersebut kini dalam kondisi rusak parah dan hampir tidak layak huni.