Sejak 7 Oktober 2023, jumlah jurnalis yang tewas akibat serangan Israel di Gaza meningkat tajam, mencapai 188 orang, lansir Anadolu pada Sabtu (9/11).
Pada hari Sabtu, dua jurnalis yang bekerja di Gaza City tewas dalam serangan udara Israel. Selain itu, dua jurnalis lainnya yang sebelumnya menjadi sasaran juga telah diidentifikasi.
Kedua jurnalis tersebut adalah Al-Zahraa Abu Sukheil dan Ahmed Abu Sukheil, yang bekerja untuk News Media Network.
Mereka tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan sebuah sekolah yang menjadi tempat perlindungan bagi para pengungsi di Gaza City.
Dua jurnalis lainnya yang juga tewas diidentifikasi sebagai Mustafa Bahar dan Abdulrahman Bahar, yang bekerja untuk lembaga berita lokal Ajel Palestine.
Mustafa, seorang reporter, tewas pada 31 Maret di dekat Kuwait Roundabout, selatan Gaza City. Sementara Abdulrahman, seorang fotografer, tewas pada 6 Oktober di kawasan Al-Karama, barat laut Gaza City.
Kantor media tersebut mengutuk penargetan jurnalis Palestina, dan menuntut agar Israel sepenuhnya bertanggung jawab atas tindakan ini.
Mereka juga mendesak komunitas internasional untuk memberikan tekanan kepada Israel agar menghentikan pembunuhan terhadap para pekerja media.
Para jurnalis di Gaza menghadapi risiko yang sangat tinggi saat meliput konflik, yang melibatkan serangan udara Israel yang menghancurkan, kelaparan, perpindahan paksa penduduk, serta kehancuran bangunan.
Menurut Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ) yang berbasis di AS, perang Israel terhadap Gaza telah merenggut nyawa lebih banyak jurnalis dalam setahun terakhir dibandingkan dengan konflik lainnya dalam tiga dekade terakhir.
Secara keseluruhan, lebih dari 43.000 orang tewas di Gaza sejak serangan Hamas pada Oktober tahun lalu, dan wilayah tersebut hampir tidak dapat dihuni lagi. Israel juga dihadapkan pada tuduhan genosida di Pengadilan Internasional atas tindakannya di wilayah tersebut.