Kementerian Kesehatan di Jalur Gaza pada Minggu (18/8/2025) melaporkan bahwa sedikitnya 61.944 warga Palestina telah meninggal dunia sejak dimulainya serangan Israel ke wilayah tersebut pada Oktober 2023.
Dalam pernyataannya, kementerian menyebutkan bahwa sebanyak 47 jenazah baru berhasil dievakuasi ke rumah sakit dalam 24 jam terakhir. Selain itu, 226 orang dilaporkan mengalami luka-luka, sehingga total korban luka kini mencapai 155.886 orang.
“Masih banyak korban yang tertimbun reruntuhan dan berada di jalan-jalan. Tim penyelamat kesulitan menjangkau mereka akibat situasi keamanan yang tidak memungkinkan,” tulis pernyataan tersebut.
Kementerian juga melaporkan bahwa dalam 24 jam terakhir, 14 warga Palestina tewas dan lebih dari 132 lainnya terluka saat berusaha mendapatkan bantuan kemanusiaan. Dengan demikian, jumlah warga yang tewas saat mencari bantuan sejak 27 Mei lalu mencapai 1.938 orang, dan lebih dari 14.420 lainnya terluka.
Dalam perkembangan lain, tujuh warga Palestina, termasuk dua anak-anak, dilaporkan meninggal akibat kelaparan dan malnutrisi dalam kurun waktu yang sama. Total korban jiwa akibat kondisi kelaparan di wilayah yang diblokade itu kini mencapai 258 orang, termasuk 110 anak-anak.
Sejak 2 Maret 2025, otoritas Israel menutup seluruh akses perbatasan ke Gaza, yang menyebabkan kondisi kelaparan di tengah populasi sekitar 2,4 juta jiwa.
Militer Israel kembali melancarkan serangan ke Gaza pada 18 Maret 2025, setelah kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang tercapai pada Januari lalu terhenti. Sejak saat itu, setidaknya 10.400 orang dilaporkan tewas dan 43.845 lainnya luka-luka.
Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait operasi militernya di Jalur Gaza.