Mesir kembali menegaskan penolakannya terhadap kehadiran Israel di sepanjang wilayah perbatasan Gaza-Mesir, termasuk di perlintasan perbatasan Rafah dan Koridor Philadelphi.
Demikian laporan kantor berita Anadolu Agency pada Senin (26/8).
Pernyataan ini disampaikan sumber Mesir yang dikutip televisi berita milik negara, Al-Qahera. Pernyataan ini dikeluarkan di tengah berlangsungnya pembicaraan gencatan senjata Gaza antara Israel dan kelompok Hamas yang dilanjutkan pada hari Kamis.
“Mesir menegaskan kembali kepada semua pihak terkait penolakannya terhadap kehadiran Israel di (sisi Palestina) perlintasan Rafah atau Koridor Philadelphi,” kata sumber tersebut.
Sumber itu menekankan, bahwa Mesir mengelola mediasi antara kedua pihak yang bertikai (Hamas dan Israel) sesuai dengan keamanan nasionalnya dan untuk menjaga hak-hak rakyat Palestina.
Baca juga: Israel dukung pembukaan pintu Rafah tanpa kehadiran Hamas
Baca juga: 292 warga Palestina wafat akibat penutupan perbatasan Rafah
Koridor Philadelphi, zona penyangga yang didemiliterisasi di sepanjang perbatasan Gaza-Mesir, tetap menjadi salah satu poin utama dalam negosiasi antara Israel dan Hamas.
Sumber tersebut menambahkan bahwa Mesir melakukan upaya maksimal untuk membawa kedua pihak ke dalam konsensus, dan mengoordinasikan upayanya dengan Qatar dan AS.
Selama beberapa bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tawanan, gencatan senjata, dan memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun, upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas agar menghentikan perang.
Israel terus melanjutkan serangannya yang brutal terhadap Jalur Gaza setelah serangan oleh kelompok Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, meskipun Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata segera.
Serangan tersebut telah menyebabkan lebih dari 40.400 kematian warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 93.400 cedera, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang terus berlangsung terhadap Gaza telah menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan yang parah, meninggalkan sebagian besar wilayah tersebut dalam kehancuran.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional, yang telah memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah di selatan, di mana lebih dari satu juta warga Palestina berlindung sebelum area tersebut diinvasi pada 6 Mei.
Baca juga: PENTING! Setiap bulan, lebih dari 1000 tentara Israel masuk pusat rehabilitasi
Baca juga: EKSKLUSIF | Takziyah ke rumah Ismail Haniyah di Doha