Kapal perang milik Angkatan Laut Italia yang sebelumnya mengikuti dari dekat flotila kemanusiaan menuju Gaza dikabarkan akan segera meninggalkan misi tersebut ketika rombongan kapal mendekati batas 150 mil laut dari Gaza. Informasi ini disampaikan oleh penyelenggara flotila pada Selasa (30/9), sebagaimana dilaporkan kantor berita Anadolu.
Dalam pernyataan resmi, penyelenggara menyebut bahwa Kementerian Luar Negeri Italia telah menginformasikan rencana kapal fregat Italia untuk melakukan panggilan radio terakhir.
Dalam komunikasi itu, pihak Italia akan menawarkan kepada para peserta flotila “kesempatan” untuk meninggalkan kapal dan kembali ke daratan sebelum memasuki apa yang disebut sebagai “zona kritis”.
Penyelenggara menuduh pemerintah Italia melakukan tindakan sabotase. Mereka menilai keputusan tersebut bertujuan melemahkan dan memecah semangat misi kemanusiaan yang digagas secara damai, di tengah kegagalan negara-negara lain dalam mengambil langkah konkret.
“Sikap Italia adalah bentuk kepengecutan yang disamarkan sebagai diplomasi,” demikian isi pernyataan tersebut.
Mereka menilai, jika Italia benar-benar ingin melindungi keselamatan jiwa, maka seharusnya angkatan laut negara itu digunakan untuk menjamin kelancaran pengiriman bantuan ke Gaza, bukan bertindak sebagai “pendukung Israel”.
Penyelenggara menegaskan bahwa seluruh peserta flotila menyadari risiko yang dihadapi. “Kami berada di sini karena jauh lebih berbahaya jika terus diam menyaksikan genosida, kelaparan, dan hukuman kolektif, dibandingkan mengambil risiko mengirim bantuan kemanusiaan,” lanjut pernyataan tersebut.
Flotila, yang mengangkut relawan dan bantuan kemanusiaan, berkomitmen untuk tetap melanjutkan pelayaran meskipun Italia menarik diri. “Kapal terus berlayar. Armada Italia tidak akan menggagalkan misi ini,” ujar penyelenggara.
Sebelumnya pada hari yang sama, Staf Umum Angkatan Bersenjata Italia menyatakan bahwa kapal fregat Alpino akan mengeluarkan “panggilan terakhir” saat flotila memasuki jarak 150 mil laut dari Gaza, yang diperkirakan terjadi pada Rabu pagi waktu setempat. Kapal tersebut, menurut pernyataan resmi, tidak akan melampaui batas tersebut demi menjaga keselamatan seluruh pihak yang terlibat.
Kapal fregat itu juga disebut siap menampung individu yang secara sukarela memilih turun dari kapal, sesuai prosedur keamanan dan peraturan internasional.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto menyerukan agar para aktivis mempertimbangkan kemungkinan inisiatif gencatan senjata yang dimediasi oleh Amerika Serikat. Ia juga mengimbau agar dicari jalur alternatif untuk menyalurkan bantuan kemanusiaan.
Menteri Luar Negeri Italia, Antonio Tajani, menegaskan kembali bahwa angkatan laut Italia tidak akan mengawal flotila jika rombongan itu tetap berusaha menembus blokade yang diberlakukan Israel terhadap Gaza.