Monday, April 7, 2025
HomeBeritaKata-kata terakhir petugas medis di Rafah sebelum diberondong tembakan Israel

Kata-kata terakhir petugas medis di Rafah sebelum diberondong tembakan Israel

Saat berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan para korban yang terluka akibat serangan udara Israel di Rafah, Gaza bagian selatan, terdengar suara mengharukan dari seorang petugas medis. Ia berlari menuju sebuah kendaraan yang telah menjadi sasaran serangan.

Tak lama kemudian, peluru-peluru pasukan pendudukan menghantam mereka. Kamera ponsel sang petugas merekam detik-detik terakhir sebelum ia gugur bersama rekan-rekannya.

Surat kabar The New York Times mengungkapkan bahwa mereka memperoleh sebuah rekaman dari ponsel salah satu petugas medis yang kemudian ditemukan tewas di dalam sebuah kuburan massal.

Hal itu terjadi setelah pembantaian oleh pasukan Israel terhadap tim medis dan pertahanan sipil di Kota Rafah. Video tersebut membantah klaim Israel terkait alasan penargetan mereka.

Dalam video yang diperoleh dari seorang diplomat tinggi di Perserikatan Bangsa-Bangsa itu, tampak detik-detik sebelum serangan Israel terhadap tim penyelamat.

“Ya Allah, semoga mereka baik-baik saja.. itu mereka tergeletak.. cepat, cepat!” kata seorang petugas di awal video.

Ia berlari mendekati kendaraan ambulans yang membawa korban luka.

Namun tiba-tiba, terdengar suara tembakan yang tajam dan menggelegar, diikuti keheningan mencekam.

Lalu terdengar kembali suara petugas medis tersebut, yang mulai melafalkan dua kalimat syahadat berulang kali. Suaranya terdengar melemah, napasnya mulai berat, menunjukkan bahwa ia terkena luka serius.

Dalam kondisi penuh kesakitan dan hujan peluru, sang petugas berbisik dengan suara lirih yang mencampur rasa tobat dan perpisahan.

“Maafkan kami wahai saudara-saudara.. ya Allah, terimalah kami.. ya Allah, aku bertobat kepada-Mu dan memohon ampun.. maafkan kami wahai saudara-saudara,” ucapnya.

Ia terus berucap dengan suara lirih.

“Terimalah aku sebagai syahid ya Allah dan ampuni aku.. Ibu, maafkan aku Ibu.. inilah jalan yang kupilih, Ibu, untuk membantu orang-orang.. maafkan aku Ibu,” katanya.

“Ibu, maafkan aku”

Seolah-olah ia telah merasakan bahwa ajalnya semakin dekat, sang petugas medis kembali memohon dengan suara penuh harap.

“Ibu, maafkan aku… Demi Allah, aku tidak memilih jalan ini kecuali untuk membantu orang-orang… Ya Allah, terimalah tobatku… Jika Engkau mencatatku sebagai syuhada, terimalah aku… Aku tahu aku banyak dosa… Terimalah aku, ya Allah,” tuturnya.

Rekaman menunjukkan ia mengangkat jari telunjuknya dalam detik-detik terakhir kehidupannya, sebagai tanda keimanan.

“Mereka datang, orang-orang Yahudi… mereka datang… mereka datang,” kata-kata terakhir yang terekam sebelum video berhenti merujuk pada pasukan pendudukan yang semakin mendekati lokasi mereka.

Surat kabar Amerika tersebut menegaskan bahwa kendaraan yang menjadi sasaran serangan — yakni mobil ambulans dan truk pemadam kebakaran — sedang beroperasi secara normal, dan lampu darurat mereka menyala saat serangan terjadi.

Hal ini bertentangan dengan klaim tentara Israel yang menyatakan bahwa kendaraan itu bergerak secara mencurigakan tanpa menyalakan lampu darurat.

Surat kabar itu juga mengutip pernyataan juru bicara Palang Merah Palestina, Nibal Farsakh, yang mengatakan bahwa petugas medis yang merekam video tersebut tewas akibat tembakan di kepala.

Hal ini dibuktikan melalui dokumentasi dari lokasi kuburan massal, di mana ditemukan jasad 14 orang.

Palang Merah Palestina sebelumnya mengumumkan pada hari Minggu lalu bahwa mereka berhasil mengevakuasi jenazah 14 korban yang gugur akibat serangan Israel terhadap tim mereka.

Di antara mereka terdapat 8 orang dari Palang Merah, 5 dari pertahanan sipil, serta seorang staf dari badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Organisasi tersebut menyatakan rasa terkejut yang sangat mendalam atas serangan itu. Mereka menegaskan bahwa timnya mengenakan lambang-lambang perlindungan internasional yang dilindungi oleh hukum humaniter internasional.

Sehingga serangan terhadap mereka merupakan kejahatan yang nyata dan terang-terangan.

Guncangan hebat

Komite Palang Merah Internasional pun merilis pernyataan yang menyatakan “guncangan yang sangat hebat” atas serangan terhadap tim penyelamat.

Mereka menyebut telah kehilangan kontak dengan para korban sejak 23 Maret lalu, dan baru mengetahui nasib mereka setelah penemuan kuburan massal.

Sejak 7 Oktober 2023, pasukan pendudukan Israel telah membunuh 27 anggota tim Palang Merah Palestina saat mereka menjalankan tugas kemanusiaannya—sebuah pelanggaran terang-terangan terhadap semua norma dan perjanjian internasional.

Meski banyak kecaman internasional, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, tetap berjanji akan melanjutkan pembantaian dan menjalankan apa yang disebutnya sebagai “Kesepakatan Abad Ini”.

Sebuah rencana yang bertujuan untuk mengusir rakyat Palestina dari tanah mereka. Netanyahu terus melangkah dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat (AS).

Perang Israel yang tiada henti terhadap Jalur Gaza sejak Oktober telah menyebabkan lebih dari 165.000 korban tewas dan luka-luka.

Sebagian besar di antaranya adalah anak-anak dan perempuan. Lebih dari 11.000 orang masih dinyatakan hilang, sementara kehancuran menyeluruh melanda, termasuk runtuhnya total sistem layanan kesehatan.

Israel juga memberlakukan blokade ketat atas Gaza dan terus melanjutkan operasi militernya, meski ada seruan internasional untuk gencatan senjata.

Akibatnya, krisis kemanusiaan yang belum pernah terjadi sebelumnya kini melanda wilayah itu dalam sejarah modernnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular