Kepala Staf Militer Israel, Letnan Jenderal Eyal Zamir, menyampaikan kepada para pejabat politik Israel bahwa kelompok Hamas tidak akan bisa dikalahkan, baik secara militer maupun politik, bahkan jika militer Israel berhasil menduduki Kota Gaza.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam sebuah pertemuan keamanan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu pada Minggu (14/9/2025), untuk membahas perkembangan perang di Gaza dan isu tawanan, menjelang dimulainya operasi darat skala besar di kota tersebut.
Kanal televisi Israel Channel 12 melaporkan, dalam pertemuan tersebut, Zamir menegaskan komitmennya terhadap tujuan perang. Namun, ia mengingatkan bahwa pendudukan Kota Gaza tidak akan memberikan kemenangan mutlak atas Hamas.
Menurut laporan yang sama, militer Israel memperkirakan bahwa pendudukan kota akan memakan waktu sekitar enam bulan, sementara proses “pembersihan” menyeluruh akan membutuhkan waktu lebih lama. Netanyahu juga dikabarkan membahas kemungkinan respons jika Hamas mengeksekusi para sandera selama operasi berlangsung.
Operasi darat ini dilakukan di tengah perluasan ofensif militer Israel di Kota Gaza. Netanyahu memberikan instruksi langsung untuk meningkatkan intensitas serangan, termasuk penghancuran kawasan permukiman secara luas, meskipun telah ada peringatan bahwa tindakan tersebut dapat membahayakan nyawa para tawanan.
Channel 12 juga menyebutkan bahwa Zamir menekankan pentingnya menyamakan ekspektasi dengan pemerintah terkait hasil dari operasi darat. Dalam pernyataannya, ia menegaskan bahwa untuk mencapai kemenangan penuh, operasi militer perlu diperluas ke wilayah-wilayah lain di Jalur Gaza, termasuk kamp-kamp pengungsi utama. Namun, langkah itu berisiko menimbulkan beban sipil besar yang tidak ingin ditanggung oleh militer.
Dalam pertemuan yang sama, Netanyahu disebut tetap menegaskan bahwa operasi militer harus dimulai sesuai jadwal yang telah disepakati sebelumnya.
Pada 8 Agustus lalu, pemerintah Israel telah menyetujui rencana bertahap yang diajukan Netanyahu untuk kembali menduduki seluruh wilayah Gaza, dimulai dari Kota Gaza.
Secara resmi, pada 3 September, militer Israel meluncurkan operasi militer yang diberi nama “Gideon’s Chariots 2” untuk menduduki Kota Gaza sepenuhnya. Operasi ini menuai kritik dan protes di dalam negeri, terutama karena kekhawatiran akan keselamatan para sandera dan tentara Israel yang masih berada di wilayah Gaza.
Didukung oleh Amerika Serikat, Israel terus melancarkan serangan di Gaza sejak 7 Oktober 2023. Serangan yang oleh banyak pihak digambarkan sebagai genosida ini telah menewaskan sedikitnya 64.871 warga Palestina, melukai 164.610 orang lainnya—mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak—serta menyebabkan eksodus besar-besaran dan kelaparan parah yang telah merenggut nyawa 422 orang, termasuk 145 anak-anak.