Gelombang pengunduran diri terus berlanjut di Israel. Media lokal melaporkan pada Kamis bahwa Kepala Staf Militer Israel, Herzi Halevi, telah menetapkan tenggat waktu pada Desember untuk undur diri.
Alasannya undur diri berkaitan dengan kegagalan pasukan keamanan Israel mencegah aksi 7 Oktober tahun lalu.
Saluran televisi Israel, Channel 12 mengabarkan, pengunduran diri Halevi menunggu hasil penyelidikan terhadap kegagalan militer Israel merespons serangan Hamas.
Menurut laporan tersebut, Halevi menyampaikan rencananya untuk mundur dalam sebuah percakapan dengan rekan-rekannya. Dia merasa akhir tahun adalah waktu yang tepat untuk mengumumkan pengunduran dirinya.
Pada akhir Desember, Tel Aviv diperkirakan akan menyelesaikan penyelidikan mengenai kegagalan militer dalam mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober, tambah laporan itu.
Baca juga: Komandan intelijen militer Israel mundur dari jabatan
Laporan itu juga mengklaim bahwa pada akhir Desember, militer Israel diperkirakan telah menyelesaikan persiapannya untuk perang besar-besaran dengan Lebanon.
Kemungkinan pengunduran diri Halevi ini mengikuti langkah Brigadir Jenderal Yossi Sariel, komandan Unit 8200 di intelijen militer Israel, yang mengundurkan diri karena gagal mencegah peristiwa 7 Oktober, menurut media Israel.
Sariel adalah salah satu dari tujuh pejabat tinggi, termasuk pejabat senior militer Israel, yang mengundurkan diri setelah menghadapi kritik dari berbagai pihak karena gagal melindungi warga saat terjadi serangan Hamas.
Sariel ditunjuk sebagai komandan unit tersebut pada Februari 2021, menurut situs Israel Walla.
Dalam tiga bulan terakhir, komandan Divisi Gaza militer Israel, Brigadir Jenderal Avi Rosenfeld, kepala distrik selatan agen keamanan Shin Bet, dan seorang perwira intelijen di divisi Gaza semuanya telah mengundurkan diri karena alasan serupa.
Pada 3 September, Tamir Yadai, kepala pasukan darat militer Israel, mengundurkan diri karena “alasan pribadi” setelah menjabat selama tiga tahun.
Mayor Jenderal Aharon Haliva, kepala Direktorat Intelijen Militer Israel, mengundurkan diri pada 22 April setelah gagal memprediksi serangan kelompok Hamas terhadap Israel.
Brigadir Jenderal Amit Saar, kepala Divisi Riset di Direktorat Intelijen Militer, mengundurkan diri pada pekan pertama Februari “karena alasan pribadi, tidak terkait kegagalan unit mendeteksi serangan 7 Oktober, tetapi karena sakit,” menurut laporan media.
Israel terus melancarkan serangan brutal ke Gaza sejak serangan Hamas pada Oktober lalu meski Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata segera.
Lebih dari 41.100 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas dan lebih dari 95.100 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel telah membuat hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi, sementara blokade yang terus berlanjut menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza di Pengadilan Internasional.
Baca juga: Daftar 7 pejabat penting Israel yang mundur sejak 7 Oktober
Baca juga: Setahun lagi Israel akan runtuh, jika perang terus berlanjut