Komandan unit intelijen dan pengawasan militer Israel mengundurkan diri setelah mengaku gagal mencegah serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu, demikian dilaporkan Yediot Ahronot, Kamis (12/9).
Brigadir Jenderal Yossi Sariel, komandan Unit 8200 di intelijen militer Israel, menyampaikan keputusannya untuk mundur kepada Kepala Staf Herzl Halevi. Dia menerima tanggung jawab atas peristiwa 7 Oktober, tulis Yedioth Ahronoth.
Sariel adalah satu dari tujuh pejabat tinggi, termasuk pejabat senior militer Israel, yang mengundurkan diri selama perang genosida di Gaza ini.
Sariel ditunjuk sebagai komandan unit tersebut pada Februari 2021, lapor situs Israel Walla.
Anadolu Agency mencatat, dalam tiga bulan terakhir, komandan Divisi Gaza militer Israel, Brigadir Jenderal Avi Rosenfeld, kepala distrik selatan agen keamanan Shin Bet, dan seorang perwira intelijen di divisi Gaza semuanya telah mengundurkan diri karena alasan serupa.
Baca juga: Daftar 7 pejabat penting Israel yang mundur sejak 7 Oktober
Baca juga: Setahun lagi Israel akan runtuh, jika perang terus berlanjut
Pada 3 September, Tamir Yadai, kepala pasukan darat militer Israel, mengundurkan diri karena “alasan pribadi” setelah menjabat selama tiga tahun.
Mayor Jenderal Aharon Haliva, kepala Direktorat Intelijen Militer Israel, mengundurkan diri pada 22 April setelah gagal memprediksi serangan kelompok Hamas terhadap Israel.
Brigadir Jenderal Amit Saar, kepala Divisi Riset di Direktorat Intelijen Militer, mengundurkan diri pada pekan pertama Februari “karena alasan pribadi, tidak terkait kegagalan unit mendeteksi serangan 7 Oktober, tetapi karena sakit,” menurut laporan media.
Israel terus melancarkan serangan brutal ke Gaza sejak serangan Hamas pada Oktober lalu, meski Dewan Keamanan PBB telah menyerukan gencatan senjata segera.
Lebih dari 41.100 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, telah tewas dan lebih dari 95.100 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Serangan Israel telah membuat hampir seluruh penduduk wilayah tersebut mengungsi, sementara blokade yang terus berlanjut menyebabkan kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel menghadapi tuduhan genosida atas tindakannya di Gaza di Pengadilan Internasional.
Baca juga: Panglima Angkatan Darat Israel mundur
Baca juga: Setahun lagi Israel akan runtuh, jika perang terus berlanjut