Persatuan Pemerintah Kota Gaza (UGMG) pada hari Jumat (14/11) memperingatkan tentang potensi bencana kesehatan dan lingkungan akibat tumpukan sampah yang mencapai 700.000 ton di tempat pembuangan sampah yang tidak terorganisir. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan pemerintah kota untuk menyediakan layanan dasar akibat kekurangan bahan bakar dan peralatan yang parah, lapor Anadolu.
Alaa Al-Batta, wakil ketua persatuan tersebut, mengatakan kepada Anadolu bahwa pemerintah kota menghadapi “persamaan yang mustahil” akibat kerusakan infrastruktur yang masif, kekurangan bahan bakar, serta kerusakan mesin dan peralatan selama serangan genosida Israel terhadap warga Palestina.
Al-Batta menambahkan bahwa faktor-faktor ini telah membuat pemerintah kota tidak mampu memberikan layanan dasar kepada warga dan pengungsi, meskipun sudah sebulan berlalu sejak kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas, tanpa ada perbaikan yang nyata.
Tumpukan Sampah yang Meningkat
Pejabat Palestina tersebut memperingatkan bahwa tumpukan sampah yang semakin banyak di Gaza akan menyebabkan bencana kesehatan dan lingkungan yang semakin besar. Diperkirakan sekitar 700.000 ton sampah menumpuk di daerah utara dan selatan Gaza, sementara Israel mencegah akses ke tempat pembuangan sampah yang terletak di zona perbatasan yang dikendalikan oleh mereka di bawah gencatan senjata, di timur “garis kuning”.
Al-Batta menjelaskan bahwa penumpukan sampah ini juga telah menyebabkan penyebaran nyamuk dan tikus serta pencemaran air tanah.
Kekurangan Bahan Bakar
Al-Batta menggambarkan kekurangan bahan bakar di Gaza, terutama untuk pemerintah kota, sebagai “krisis yang paling berbahaya dan mendesak” saat ini. Ia mengungkapkan bahwa pemerintah kota terpaksa meminjam bahan bakar, dan ketika tidak dapat memperoleh bahan bakar, mereka harus mengurangi operasi harian karena tidak bisa mengoperasikan kendaraan dan fasilitas pelayanan.
Ia mendesak adanya tindakan darurat dari negara-negara Arab dan internasional untuk memasok bahan bakar yang dibutuhkan agar pemerintah kota dapat mempertahankan layanan dasar.
Krisis Air yang Semakin Parah
Terkait krisis air, Al-Batta mengungkapkan bahwa situasi ini telah mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, dengan Israel yang telah merusak lebih dari 700 sumur di Gaza selama dua tahun serangan, yang mewakili 80-85% dari semua sumur milik pemerintah kota.
Al-Batta mengatakan bahwa alokasi air per kapita yang sebelumnya 90 liter per hari, kini hanya sekitar 10–15 liter. Ia menambahkan bahwa air tanah dan lingkungan juga tercemar karena limbah telah merembes ke dalam tanah setelah jaringan air limbah yang sengaja dihancurkan oleh militer Israel selama dua tahun perang.
“Kami berbicara tentang hampir total penghancuran sekitar 2 juta meter linier jaringan air limbah, dan pemerintah kota tidak memiliki peralatan yang diperlukan untuk memperbaiki atau memelihara jaringan ini,” tambahnya.
Tantangan Lainnya
Al-Batta juga mencatat bahwa pekerja pemerintah kota menghadapi kondisi yang sangat berat selama genosida, yang menyebabkan banyak dari mereka tewas, sementara yang lainnya tetap bekerja tanpa bayaran. Ia mengatakan lebih dari 200 pekerja pemerintah kota tewas saat menjalankan tugas profesional dan kemanusiaannya.
Sekitar 5.000 pekerja pemerintah kota Gaza telah bekerja tanpa gaji selama 735 hari meskipun perang dan serangan terus-menerus menimpa mereka.
Mengenai serangan terhadap gedung-gedung pemerintah kota, Al-Batta menjelaskan bahwa mereka langsung menjadi sasaran selama perang dua tahun tersebut. Serangan udara Israel juga menghancurkan peralatan pemerintah kota di Gaza City, Khan Younis, dan Jabalia, menghancurkan puluhan mesin yang sangat penting.
Ia menambahkan bahwa Israel menghancurkan 15 buldoser yang sebelumnya disumbangkan oleh negara-negara Arab dan Mesir selama periode gencatan senjata yang dimulai pada Januari 2025 dan berakhir pada Maret.
Kerugian Sektor Pemerintah Kota
Menurut data terbaru dari Kantor Media Pemerintah Gaza, kerugian di sektor pemerintah kota dan layanan publik akibat dua tahun serangan genosida mencapai sekitar 6 miliar dolar AS.
Al-Batta menegaskan bahwa Israel tidak mengizinkan masuknya mesin-mesin baru, yang membatasi kemampuan pemerintah kota untuk membersihkan puing-puing, mengangkut sampah, membuka kembali jalan-jalan, dan mengelola krisis yang semakin meningkat.
Kantor Media Gaza memperkirakan bahwa serangan tersebut telah meninggalkan sekitar 70 juta ton puing-puing, di bawahnya terkubur ribuan jasad warga Palestina yang tewas selama perang.
Perkiraan tersebut juga menunjukkan bahwa 9.500 warga Palestina masih hilang, baik terkubur di bawah puing-puing rumah yang hancur atau nasib mereka masih belum diketahui.
Sejak Oktober 2023, Israel telah membunuh lebih dari 69.000 orang, mayoritas wanita dan anak-anak, serta melukai lebih dari 170.700 orang lainnya dalam serangan-serangan di Gaza.


