Krisis pangan dan kelangkaan obat-obatan di Jalur Gaza kembali merenggut korban jiwa.
Jumat (23/8/2025), Ghadeer Bureika, bayi berusia 5 bulan, meninggal dunia di RS Nasser, Khan Younis, akibat komplikasi gizi buruk yang diperparah oleh blokade berkepanjangan Israel atas wilayah tersebut.
Menurut keterangan medis, Ghadeer sejak lahir mengalami gangguan pertumbuhan, kerusakan otak, serta cerebral palsy.
Namun, kondisinya memburuk drastis dalam beberapa bulan terakhir ketika pasokan makanan, susu bayi, dan perawatan medis makin langka di Gaza.
Ayah Ghadeer, Ashraf Bureika, menuturkan bahwa putrinya meninggal karena tidak mendapat susu bayi.
Ia berusaha mencari di pasar, tetapi pasokan benar-benar kosong.
“Kalaupun ada, harganya sangat mahal, di luar jangkauan saya. Tidak ada jalur masuk bantuan, Alhamdulillah atas keadaan ini,” ujarnya dengan nada pasrah.
Kematian Ghadeer menggambarkan wajah tragis ribuan anak Palestina lain yang tubuhnya tidak mampu bertahan menghadapi kelaparan sistematis.
Foto-foto Ghadeer dengan tubuh kurus kering dan tulang menonjol beredar luas di media sosial, menjadi simbol penderitaan generasi kecil di Gaza.
Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan, dengan meninggalnya Ghadeer, jumlah korban jiwa akibat kelaparan dan gizi buruk telah mencapai 272 orang, termasuk 112 anak.
Angka ini diperkirakan terus bertambah seiring menipisnya persediaan pangan dan runtuhnya sistem layanan kesehatan.
Sejumlah organisasi internasional telah berulang kali memperingatkan potensi terjadinya kematian massal di kalangan anak-anak bila blokade tidak segera dihentikan.
Situasi kian genting karena ratusan truk bantuan masih tertahan di pintu masuk Gaza, sementara Israel membatasi jumlah bantuan yang boleh masuk dengan ketat.
Sejak 7 Oktober 2023, Israel dengan dukungan Amerika Serikat (AS) melancarkan perang di Jalur Gaza.
Menurut otoritas kesehatan setempat, serangan yang berlangsung selama hampir dua tahun ini telah menewaskan lebih dari 62.192 orang dan melukai 157.114 orang.
Sekitar 9.000 orang dilaporkan hilang, sementara ratusan ribu warga lainnya terpaksa mengungsi.
Di tengah serangan udara dan darat, kelaparan kini menjadi senjata lain yang digunakan untuk mematikan perlahan penduduk Gaza.