Israel dilaporkan sedang membangun pangkalan militer di Jalur Gaza bagian tengah, sebagai bagian dari upaya untuk memperkuat kehadirannya di wilayah Palestina tersebut, menurut laporan yang diterbitkan.
The New York Times melaporkan pada Minggu (1/12), yang mengutip analisis citra satelit dan video, bahwa pasukan Israel telah menghancurkan lebih dari 600 bangunan dalam beberapa bulan terakhir untuk menciptakan zona penyangga.
Laporan tersebut menyebutkan bahwa pasukan Israel telah mendirikan jaringan pos-pos pertahanan yang dilengkapi dengan menara komunikasi dan instalasi pertahanan.
Militer Israel dikabarkan telah mendirikan setidaknya 19 pangkalan besar di wilayah itu, bersama dengan puluhan fasilitas kecil lainnya.
Banyak dari pangkalan tersebut dilapisi aspal dan dikelilingi pagar, dengan barak, jalan akses, dan fasilitas parkir untuk kendaraan lapis baja.
Israel juga dilaporkan telah menguasai koridor Netzarim sepanjang empat mil, yang merupakan jalur utama yang membagi Jalur Gaza.
Koridor ini digunakan untuk mencegah ratusan ribu pengungsi Palestina kembali ke bagian utara Gaza, demikian dilaporkan oleh surat kabar tersebut.
Menanggapi laporan itu, juru bicara Pentagon, Pat Ryder, mengatakan bahwa dia telah melihat laporan tersebut, namun tidak dapat mengonfirmasi kebenarannya.
“Kami sangat jelas bahwa ada dua hal yang harus dilakukan. Pertama, penting untuk segera ada gencatan senjata di Gaza, dan memastikan bantuan kemanusiaan mengalir lebih banyak ke Gaza,” ujar Ryder kepada wartawan.
“Kami juga tidak percaya Israel harus terus menduduki Gaza setelah gencatan senjata… dan ancaman dari Hamas telah diatasi atau Hamas telah dikalahkan,” tambahnya.
Ryder juga menegaskan bahwa Amerika Serikat akan terus berkonsultasi dengan mitra-mitra Israel dalam hal ini, dan menekankan bahwa yang terpenting adalah mencapai gencatan senjata, pembebasan sandera, dan mengakhiri konflik yang tragis ini.
Juru bicara Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa jika laporan mengenai pendirian pangkalan militer Israel itu benar, hal itu akan “sangat tidak konsisten dengan apa yang kami inginkan untuk kawasan ini.”
“Dan itu tentu saja akan konsisten dengan prinsip-prinsip yang disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Antony Blinken di Tokyo, dan jika laporan tersebut benar, kami akan mengangkatnya dengan mitra kami di Israel,” kata juru bicara tersebut, Vedant Patel, dalam konferensi pers pada Selasa (3/12).
Pada November 2023, dalam kunjungannya ke Tokyo, Blinken menyatakan bahwa Amerika Serikat percaya elemen-elemen kunci yang harus ada termasuk tidak ada pemindahan paksa warga Palestina dari Gaza, baik sekarang maupun setelah perang.
“Tidak ada pendudukan Gaza setelah konflik berakhir. Tidak ada upaya untuk memblokade atau mengepung Gaza. Tidak ada pengurangan wilayah Gaza,” ujar Blinken saat itu.