Oleh: Saleh Heringguhir
Citra yang ingin dibangun keluarga Bashar al-Assad adalah mereka ingin dikenal sebagai orang yang suka mengendarai mobil-mobil sederhana dan bersekolah di tempat-tempat pendidikan biasa.
Assad juga kerap sengaja tertangkap kamera mengendarai sendiri mobil biasanya, bukan mobil mewah. Pernah suatu waktu, pada Maret 2018, jauh sebelum rezimnya tumbang di tangan Hayat Tahrir al-Syam (HTS) setelah berkuasa 24 tahun di Suriah, dalam sebuah video, Assad mengendarai Honda Accord miliknya sendiri ke Ghouta Timur, daerah pedesaan di barat daya Suriah yang mengelilingi kota Damaskus. Video itu memang sengaja diunggah pemerintah demi menampilkan sang diktator sebagai sosok sederhana.
Faktanya, ketika digulingkan pada 8 Desember silam, saat warga dan para tahanan yang dibebaskan dari sel penjara bawah tanah menyerbu rumah dan istana Assad, tampaklah kemewahan yang selama ini jarang terekspos. Dari deretan tas mewah Louis Vuitton yang ditaksir seharga 36.500 poundsterling atau setara Rp730 juta (asumsi kurs Rp20.000/poundsterling) hingga mobil-mobil mewah.
Dilansir The Guardian, ada puluhan koleksi mobil Assad, termasuk Aston Martin, Lamborghini, Lexus, Rolls Royce, dan Ferrari F50 merah langka– yang harganya bisa mencapai 1,5 juta pound atau setara Rp30 miliar per unit.
Mantan presiden yang sering dijuluki sebagai “penjagal Damaskus” itu kini sudah melarikan diri ke Moskow bersama istrinya Asma dan keluarganya. Presiden Suriah yang ke-19 itu berkuasa sejak Juli 2000 hingga digulingkan pada 8 Desember 2024. Assad, yang juga Sekjen Komando Pusat Partai Ba’ath ini memimpin Suriah usai melanjutkan kepemimpinan ayahnya Hafiz al-Assad yang menjabat sejak 1971-2000.
Selama 24 tahun kepemimpinan Assad, tidak ada yang benar-benar tahu berapa banyak uang yang dimiliki diktator ini. Departemen Luar Negeri AS memperkirakan kekayaan bersih Assad dan keluarganya mencapai US$1 miliar hingga US$2 miliar atau setara Rp30 triliun (asumsi kurs Rp15.500/US$). Estimasi ini berdasarkan informasi sumber terbuka tapi belum dapat dibuktikan.
“Kesulitan dalam memperkirakan kekayaan bersih Assad dan keluarganya secara akurat karena aset keluarganya diyakini tersebar dan disembunyikan di banyak rekening, portofolio real estate, perusahaan, dan perusahaan cangkang di luar negeri (offshore) di wilayah surga pajak (tax haven),” tulis dokumen resmi Deplu AS.
Setiap aset yang terletak di luar Suriah dan tidak disita atau diblokir kemungkinan besar disimpan dengan nama palsu atau oleh memakai identitas orang lain demi mengaburkan kepemilikan dan menghindari sanksi.
Ketika keluarga Assad dan kroninya menikmati kekayaan mereka, warga Suriah kelaparan. Laporan Bank Dunia tahun 2022 mengatakan 14,5 juta orang, hampir 70% dari populasi, hidup dalam kemiskinan, sementara kemiskinan ekstrim mempengaruhi satu dari setiap empat orang.
Media Jerman DW, dalam ulasan bertajuk Syria: Where is Bashar Assad’s money? melaporkan keluarga Assad memiliki real estate di Dubai, Moskow, dan London dan memiliki lusinan rekening bank rahasia.
Media Inggris, the Standard, mengutip beberapa sumber perbankan, mengungkapkan bahwa Assad memiliki 55 juta pound (Rp1,1 triliun) yang disimpan dalam bentuk dana pribadi di rekening bank di London. Uang itu adalah bagian dari 163 juta pound (Rp3,3 triliun) yang ditimbun Assad, keluarga, dan kroninya di rekening-rekening di Inggris.
Ketika perang saudara Suriah meletus di 2011, pihak berwenang di Inggris membekukan rekening Assad yang berisi 40 juta pound (Rp800 miliar) di cabang bank internasional HSBC di London.
Perkiraan kekayaan pribadi Assad senilai US$1 miliar (Rp16 triliun) kemungkinan hanya sebagian kecil dari kekayaan keluarga Assad.
Perkiraan lain yang lebih spekulatif menunjukkan klan tersebut juga memiliki 200 ton emas atau setara dengan Rp280 triliun (perhitungan 200.000.000 gram emas dikali harga emas saat ini sekitar Rp1,4 juta/gram).
Ditambah aset lainnya senilai sekitar US$22 miliar (Rp341 triliun). Beberapa pihak bahkan memperkirakan jaringan aset tersembunyi Assad dapat bernilai hingga US$122 miliar (Rp1.891 triliun), setelah semuanya dijumlahkan.
Informasi tentang uang dan aset yang disita pihak berwenang dan kasus pengadilan yang melibatkan anggota keluarga seperti sepupu Assad, keluarga Makhlouf, menjadi indikasi kuat seberapa banyak uang yang diperas diktator ini dan kroninya dari perekonomian Suriah.
Misalnya, sepupu Assad, Rami Makhlouf, sebelum berselisih dengan rezim Assad, dianggap sebagai orang terkaya di Suriah setelah Assad sendiri. Kekayaannya diperkirakan antara US$5 miliar hingga US$10 miliar (Rp155 triliun).
Sepupu Makhlouf lainnya, Hafez, memiliki rekening bank berisi sekitar US$3,2 juta (Rp50 miliar) yang dibekukan otoritas Swiss pada 2016 karena dicurigai melakukan pencucian uang.
Pada 2017, otoritas Spanyol dan Prancis menyita sekitar 600 juta euro (Rp10 triliun, kurs Rp16.800/euro) properti milik paman Assad, Rifaat Assad. Ini termasuk hotel, restoran, dan real estate lainnya.
Estimasi Aset Bashar dan Keluarganya | ||
Versi | Nilai Kekayaan | Setara Rupiah |
Deplu AS | US$ 1-2 miliar | Rp16-30 triliun (gabungan) |
The Standard (Inggris) | 55 juta pound | Rp1,1 triliun (dana pribadi) |
163 juta pound | Rp3,3 triliun (gabungan) | |
40 juta pound | Rp800 miliar (dibekukan di HSBC London) | |
US$1 miliar | Rp16 triliun (dana pribadi) | |
Spekulatif | US$22 miliar | Rp341 triliun (gabungan) |
200 ton emas | Rp280 triliun (gabungan) | |
US$122 miliar | Rp1.891 triliun (gabungan) | |
Financial Times dan DW | Properti:
– 18 Apartemen mewah di Moskow – Keluarganya memiliki aset di Rusia, 2018-2019 – Real estate di Dubai, Moskow, dan London – Lusinan rekening bank rahasia
|
|
Sumber: diolah, DW, the Standard |
Bagaimana keluarga Assad menghasilkan uang?
Menurut laporan Deplu AS, keluarga Assad secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam hampir semua operasi ekonomi berskala besar di negara itu.
Keluarga Assad menjalankan sistem patronase yang kompleks, termasuk perusahaan cangkang (shell companies) sebagai alat untuk mengakses sumber daya keuangan melalui struktur perusahaan yang tampaknya legal dan entitas nirlaba. Lalu kemudian melakukan pencucian uang (money laundering) yang diperoleh dari kegiatan ekonomi terlarang termasuk penyelundupan, perdagangan senjata, perdagangan narkoba, dan pemerasan.
“Karena pengaruhnya [Assad] yang tak terbantahkan sebagai kepala negara, ia punya kekuasaan yang tak terkendali demi mengendalikan bisnis negara ke perusahaan yang ia kendalikan melalui front bisnisnya,” tulis ekonom politik Suriah, Karam Shaar dan ilmuwan politik Steven Heydemann dalam makalah tahun 2024 untuk Brookings Institute, dilansir DW. Salah satu contohnya ialah ketika kroni-kroninya mendapatkan kontrak pemerintah untuk merenovasi pembangkit listrik terbesar di Suriah.
Shaar dan Heydemann menganalisis, dalam beberapa tahun terakhir, Assad juga berupaya mengkonsolidasikan sumber pendapatan, dengan menguasai kekayaan para sekutu dan anggota keluarga untuk dirinya sendiri.
Ini termasuk konflik dengan sepupunya, miliarder Rami Makhlouf, pada 2020. Para ahli mengungkapkan, Makhlouf ‘disingkirkan’ dan diduga ditempatkan dalam tahanan rumah, sementara Assad mengambil alih kerajaan bisnis Makhlouf.
Makhlouf yang dijuluki “Tuan Lima Persen” karena selalu mengambil komisi untuk setiap transaksi bisnis di Suriah, adalah pemilik Syriatel, salah satu dari tiga operator ponsel di Suriah selain MTN Syria dan Wafa Telecom.
Bisnis lainnya yakni real estate, perbankan, zona perdagangan bebas di sepanjang perbatasan dengan Lebanon, dan toko barang mewah.
Baru-baru ini, rezim Assad juga diketahui berada di balik peningkatan produksi dan perdagangan narkoba jenis metamfetamin dengan tingkat adiktif tinggi, Captagon. Bank Dunia melaporkan, bisnis obat terlarang itu diperkirakan menghasilkan pendapatan US$5,6 miliar (Rp87 triliun) selama 2020-2023.
Apa yang terjadi dengan uang keluarga Assad?
Jelas bahwa Assad meninggalkan Suriah dengan tergesa-gesa, tanpa memberi tahu beberapa pembantu terdekatnya atau keluarganya bahwa dia akan pergi, menurut wawancara Reuters. Asma, istrinya, yang sedang dirawat karena kanker, juga sudah berada di Rusia bersama ketiga anak mereka.
Itu sebabnya keluarga ini betul-betul meninggalkan banyak hal, termasuk perabotan mewah, barang-barang desainer branded, dan garasi yang penuh dengan mobil-mobil mewah. Ini terungkap dalam sebuah video yang direkam warga Suriah yang memasuki rumah dan istama Assad.
Namun, perlu ditegaskan di sini, Assad tidak akan ke Rusia tanpa tangan kosong. Andrew Tabler, mantan pejabat Gedung Putih, yang sebelumnya bekerja mengidentifikasi aset keluarga Assad, mengatakan, masih ada waktu bagi keluarga Assad melakukan pencucian uang atas aset-aset tersembunyi mereka.
“Akan ada perburuan aset rezim tersebut di tingkat internasional,” katanya kepada Wall Street Journal. “Mereka [Assad dan keluarganya] punya banyak waktu sebelum revolusi untuk mencuci uang. Mereka selalu punya rencana B dan sekarang mereka sudah siap untuk mengasingkan diri di sana [Rusia].”
Media Inggris, Financial Times (FT) pada pertengahan Desember ini melaporkan bahwa ternyata Bank Sentral Suriah pernah mengirim uang tunai senilai US$250 juta (Rp4 triliun) ke Bandara Vnukovo, 28 km di barat daya Moskow, Rusia, periode 2018-2019, sebelum pengasingan Assad.
“Transfer yang tak biasa dari Damaskus ini mencerminkan bagaimana Rusia, sekutu penting Assad, memberinya dukungan militer demi memperpanjang rezimnya. Ini menjadi salah satu tujuan terpenting uang dari Suriah, ketika negara ini mendapatkan sanksi barat di sistem keuangan,” tulis FT.
FT juga melaporkan fakta keluarga Assad ternyata memiliki sedikitnya 18 apartemen mewah di Moskow. Keluarga besarnya juga membeli aset di Rusia antara tahun 2018 dan 2019.
Jika pun nilai kekayaan Assad dan keluarganya yang ditaksir sekitar Rp16-30 triliun atau nantinya secara riil bakal lebih kecil dari itu, tetap saja jumlahnya masih sangat jauh dibandingkan dengan situasi ekonomi yang dialami warga Suriah.
Sejak dimulainya perang pada 2011, pendapatan nasional Suriah, atau produk domestik bruto (PDB) mereka anjlok hingga tersisa sekitar US$9 miliar (Rp140 triliun) dan tampaknya jumlahnya akan terus menyusut di tahun ini, menurut perhitungan Bank Dunia. Di sisi lain, hampir 70% populasinya atau setara dengan 14,5 juta warga Suriah berada di garis kemiskinan.
Sebab itu, muncul banyak desakan dari beberapa organisasi hak asasi manusia Suriah agar kekayaan Assad segera ditemukan dan dikembalikan. Salah satunya, 40 juta pound (Rp800 miliar) di rekening HSBC yang dibekukan di London— yang diprediksi bertambah menjadi 55 juta pound karena adanya bunga.
Penulis adalah alumnus UIN Jakarta, mantan wartawan ekonomi dan pasar modal, kini fokus menulis isu-isu ekonomi negara-negara Timur Tengah