Lebih dari 112.000 warga Suriah yang dilaporkan hilang secara paksa di bawah rezim Bashar Al-Assad masih belum diketahui nasibnya.
Ada dugaan kuat, sebagian besar dari mereka tewas di pusat penahanan, menurut laporan Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR) dikutip kantor berita Anadolu pada Sabtu (28/12).
Skala penyiksaan dan eksekusi di luar hukum di penjara-penjara Suriah semakin terungkap setelah runtuhnya rezim Partai Baath yang telah berkuasa selama 61 tahun pada 8 Desember lalu.
Dalam basis datanya, SNHR mencatat sekitar 136.000 orang yang ditahan atau hilang secara paksa selama masa kekuasaan rezim Baath.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 24.200 tahanan dilaporkan telah dibebaskan dari berbagai fasilitas penahanan di Suriah sejak rezim tersebut tumbang.
Ketua SNHR, Fadel Abdul Ghany, mengatakan kepada Anadolu, pihaknya tengah memverifikasi data terkait tahanan yang dibebaskan dari penjara di Aleppo pada 28 November, penjara Hama pada 5 Desember, penjara Homs pada 7 Desember, dan Damaskus pada 8 Desember.
“112.414 Tahanan Hilang, Kemungkinan Besar Tewas”
“Setelah mengecualikan tahanan yang baru saja dibebaskan, terdapat 112.414 orang yang masih dinyatakan hilang dan kemungkinan besar telah tewas,” kata Abdul Ghany.
“Karena jasad mereka belum dikembalikan kepada keluarga, mereka tetap dikategorikan sebagai korban penghilangan paksa. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa mereka masih hidup,” jelasnya.
Abdul Ghany menuduh rezim Assad sengaja menunda pencatatan kematian di catatan sipil untuk memperpanjang penderitaan keluarga korban.
Ia menjelaskan bahwa korban yang dibunuh oleh rezim sering memiliki dua tanggal yang tercatat di registri sipil: tanggal kematian sebenarnya dan tanggal pencatatan yang sering kali tertunda bertahun-tahun.
“Mereka dibunuh dan kematian mereka dicatat tanpa memberi tahu keluarga, sehingga keluarga terus menderita sambil menunggu kabar atau menemukan kuburan massal,” ungkapnya. Rezim, lanjutnya, menggunakan taktik ini untuk memberikan harapan palsu kepada keluarga.
Kuburan Massal yang Belum Terungkap
Abdul Ghany menambahkan bahwa puluhan kuburan massal di Suriah masih belum ditemukan. “Hanya segelintir kuburan massal yang telah ditemukan, sementara kabar tentang keberadaan banyak kuburan lainnya terus beredar,” ujarnya.
Proses identifikasi jasad dan pencocokan dengan sampel dari keluarga korban hilang digambarkan Abdul Ghany sebagai proses yang sangat rumit. Ia menekankan bahwa hanya setelah jasad teridentifikasi, nasib para korban penghilangan paksa dapat dipastikan.
Ia juga mengingatkan agar tidak memberikan harapan palsu kepada keluarga terkait rumor keberadaan penjara bawah tanah rahasia. “Semua penjara rezim telah dibuka setelah 8 Desember. Tidak ada lagi tahanan yang tersisa di fasilitas tersebut, juga tidak ada penjara rahasia,” tegasnya.
Didirikan pada Juni 2011 untuk mendokumentasikan pelanggaran HAM sistematis di Suriah, SNHR terus melanjutkan upayanya di bawah kepemimpinan Abdul Ghany, sementara ribuan keluarga masih menanti kabar tentang orang-orang tercinta yang hilang.
Baca juga: Afghanistan sukses bangun lokomotif kereta api domestik pertama
Baca juga: LAPORAN KHUSUS: Bagaimana Assad khianati staf dan pendukung jelang jatuhnya Damaskus