Badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan organisasi kemanusiaan internasional memperingatkan bahwa Gaza berada di ambang kelaparan menyeluruh, dengan satu dari lima penduduknya kini menghadapi kondisi kelaparan akut.
Mereka menyerukan penghentian segera pertempuran dan akses bebas bagi bantuan kemanusiaan yang telah lama tertahan di perbatasan.
Juru Bicara Sekretaris Jenderal PBB, Stéphane Dujarric, menyatakan bahwa Antonio Guterres sangat prihatin terhadap laporan terbaru yang menunjukkan tingkat kerawanan pangan ekstrem di Gaza.
“Seluruh populasi menghadapi tingkat kerawanan pangan akut, dengan satu dari lima orang berada dalam kondisi kelaparan,” ujarnya.
Peringatan serupa disampaikan dalam pernyataan bersama oleh Program Pangan Dunia (WFP) dan Dana Anak-Anak PBB (UNICEF).
Laporan itu menyebutkan bahwa risiko kelaparan kini mengancam seluruh wilayah Gaza, terutama setelah semua akses bantuan tertutup sejak 2 Maret lalu.
“Warga Gaza kini kelaparan, sementara bantuan pangan yang sangat dibutuhkan mereka tertahan hanya beberapa menit dari perbatasan,” tulis laporan tersebut.
Diketahui, lebih dari 116 ribu ton bantuan pangan telah siap didistribusikan dan cukup untuk memberi makan satu juta orang selama empat bulan—jika dapat masuk ke Gaza.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menambahkan desakan serupa.
“Orang-orang meninggal dunia padahal pasokan bantuan sudah berada sangat dekat dan siap disalurkan. Blokade atas Gaza harus diakhiri,” kata pernyataan WHO.
WHO juga menyerukan pembebasan seluruh tahanan serta penghentian kekerasan di wilayah yang kini terkepung itu.
Menurut analisis Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), seluruh penduduk Gaza kini tergolong dalam kategori krisis pangan akut.
Bahkan, sebuah laporan gabungan lembaga internasional menyatakan bahwa sekitar 500.000 orang berada dalam bahaya kelaparan, sementara 93 persen populasi Gaza—hampir dua juta jiwa—mengalami krisis pangan atau kondisi yang lebih parah.
Laporan itu juga memproyeksikan bahwa sekitar 71.000 anak balita akan mengalami kekurangan gizi akut dalam sebelas bulan ke depan, seiring tertutupnya akses bantuan dan kian sulitnya distribusi logistik dasar.
Kondisi ini, menurut laporan, mencerminkan kemerosotan dramatis dalam salah satu krisis pangan dan gizi paling serius di dunia saat ini.
Sementara itu, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) menyebut situasi kemanusiaan di Gaza telah mencapai tingkat yang sangat memprihatinkan.
Dalam pernyataannya hari Senin, ICRC menekankan perlunya gencatan senjata segera untuk menyelamatkan nyawa dan meringankan penderitaan warga sipil.
Presiden ICRC, Mirjana Spoljaric, menyampaikan bahwa meski pihaknya bersyukur atas keberhasilan mediasi dalam pembebasan tentara Israel-Amerika Edan Alexander.
“Mimpi buruk masih terus berlangsung bagi ratusan ribu warga sipil dan keluarga para sandera di Gaza,” katanya.
Ia menegaskan bahwa diperlukan kemauan politik yang nyata untuk menghentikan penderitaan.
“Dan memungkinkan bantuan kemanusiaan menjangkau mereka yang membutuhkan,” imbuhnya.
Dari pihak Palestina, Hamas juga memperingatkan bahwa situasi kemanusiaan di Gaza memburuk secara drastis.
Dalam pernyataannya, Hamas menyatakan bahwa kelaparan kini menyebar secara mengerikan di seluruh wilayah Gaza akibat blokade yang berkelanjutan dan larangan masuknya makanan serta obat-obatan.
Hamas menekankan bahwa satu-satunya pihak yang berwenang menyalurkan bantuan adalah lembaga-lembaga resmi PBB dan otoritas pemerintahan yang sah, bukan pendudukan atau pihak-pihak yang ditunjuk oleh Israel.
Mereka mendesak agar blokade segera diakhiri dan semua jalur distribusi bantuan dibuka di bawah pengawasan langsung lembaga internasional, tanpa campur tangan dari pihak pendudukan.
“Penolakan Israel untuk mengizinkan masuknya bantuan menunjukkan bahwa kelaparan ini bukan kebetulan, melainkan bagian dari kebijakan sistematis menciptakan krisis kemanusiaan,” tegas Hamas.