Saturday, April 19, 2025
HomeBeritaMacron desak Netanyahu gencatan senjata dan Hamas lucuti senjata

Macron desak Netanyahu gencatan senjata dan Hamas lucuti senjata

Presiden Prancis, Emmanuel Macron menegaskan kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bahwa gencatan senjata di Jalur Gaza dan pelucutan senjata kelompok Hamas adalah langkah mendesak yang perlu segera diambil.

Pernyataan itu disampaikan Macron dalam percakapan telepon dengan Netanyahu. Ia juga menyinggung pentingnya membuka seluruh akses bantuan kemanusiaan ke wilayah yang terkepung tersebut.

“Penderitaan warga sipil di Gaza harus segera diakhiri,” tulis Macron di platform media sosial X, usai pembicaraannya dengan Netanyahu, Selasa (16/4).

Ia menambahkan bahwa pembukaan semua jalur bantuan kemanusiaan merupakan kebutuhan vital bagi kelangsungan hidup warga sipil Gaza.

Lebih lanjut, Macron menekankan bahwa satu-satunya cara efektif untuk membebaskan sisa tahanan Israel yang masih disandera adalah melalui penghentian pertempuran.

Pernyataan ini sejalan dengan dorongan sejumlah negara agar Israel dan Hamas kembali ke meja perundingan demi mengakhiri konflik yang telah berlangsung sejak 7 Oktober 2023.

Penolakan Netanyahu

Menanggapi ajakan Macron, Kantor Perdana Menteri Israel menyampaikan bahwa Netanyahu kembali menolak gagasan pembentukan negara Palestina.

Dalam pernyataannya, Netanyahu menyebut bahwa mendirikan negara Palestina sama dengan memberi hadiah dan dorongan besar terhadap terorisme.

Netanyahu menegaskan bahwa ia menentang langkah apa pun yang dapat membuka jalan bagi pendirian negara Palestina.

Ia menyebut bahwa hal tersebut bukan hanya tidak realistis, tetapi juga berbahaya bagi masa depan Israel.

Dalam kesempatan terpisah, saat menghadiri pameran khusus tentang Gaza di Institut Dunia Arab di Paris pada Senin (15/4), Macron kembali menegaskan keinginannya untuk memulai “rangkaian pengakuan” terhadap negara Palestina.

Ia menyebut bahwa Prancis, bersama Arab Saudi, akan memimpin Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dijadwalkan digelar pada Juni mendatang di New York.

“Kami ingin memulai gelombang pengakuan negara Palestina, bersamaan dengan upaya mendorong negara-negara lain yang belum mengakui Israel untuk melakukannya,” ujar Macron.

Ia menambahkan bahwa hal ini akan menjadi bagian dari diplomasi aktif Prancis dalam mengakhiri konflik yang berlarut.

Ketegangan diplomatik

Namun, wacana pengakuan negara Palestina oleh Prancis memicu ketegangan dengan Israel. Netanyahu, dalam pernyataannya akhir pekan lalu, menuding Macron “sangat keliru” karena mendukung langkah tersebut.

Ia juga menolak apa yang disebutnya sebagai “ajaran moral” dari negara-negara yang sendiri menentang kemerdekaan wilayah seperti Korsika dan Kaledonia Baru.

“Gagasan mendirikan negara Palestina di jantung tanah air kami adalah ilusi yang membahayakan. Itu hanya akan membawa kehancuran bagi kami,” kata Netanyahu.

Sebelumnya, pada Rabu pekan lalu, Macron mengumumkan bahwa Prancis tengah mempertimbangkan untuk secara resmi mengakui negara Palestina dalam beberapa bulan ke depan.

Hal itu ebagai bagian dari upaya diplomatik yang lebih luas guna mengakhiri krisis di Timur Tengah.

Pernyataan saling bertolak belakang antara kedua pemimpin tersebut mencerminkan jurang perbedaan pandangan antara Eropa dan Israel dalam menyikapi konflik Gaza.

Konflik tersebut telah menewaskan puluhan ribu warga sipil dan menghancurkan sebagian besar infrastruktur wilayah itu.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular