Sunday, May 4, 2025
HomeBeritaMajalah Israel: Solidaritas untuk anak-anak Gaza, ratusan warga Israel rutin gelar aksi...

Majalah Israel: Solidaritas untuk anak-anak Gaza, ratusan warga Israel rutin gelar aksi hening

Di tengah hiruk-pikuk protes politik di Israel, muncul sebuah inisiatif senyap namun sarat makna.

Sejak 22 Maret lalu, ratusan warga Israel secara rutin menggelar aksi diam dan hening di Tel Aviv dan sejumlah kota lain sebagai bentuk belasungkawa atas tewasnya ribuan anak-anak di Jalur Gaza akibat agresi militer Israel.

Menurut laporan majalah Israel +972 Magazine, aksi-aksi ini berlangsung setiap akhir pekan, bertepatan dengan demonstrasi rutin hari Sabtu.

Aksi itu ditujukan untuk menentang kebijakan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

Aksi hening ini dipandang sebagai upaya langka dalam mengungkapkan empati terhadap warga sipil Palestina. Khususnya anak-anak, yang menjadi korban langsung dari konflik berkepanjangan.

Inisiatif ini berawal dari langkah spontan dua aktivis Israel, Amit Shilo dan Alma Bick. Mereka pertama kali membagikan foto seorang anak Gaza di media sosial, lalu mencetaknya dan membawanya ke demonstrasi mingguan di pusat Tel Aviv. Shilo mengaku tidak berharap banyak saat itu.

“Saya pikir paling hanya lima orang yang akan berdiri bersama kami selama sepuluh menit, sebelum mungkin diserang dan kami pulang,” katanya.

Namun, lanjutnya, yang terjadi justru sebaliknya, puluhan orang datang dan bergabung.

Dalam wawancara dengan +972 Magazine, Shilo menjelaskan bahwa tujuan aksi ini bukan untuk memprovokasi, melainkan menciptakan ruang untuk berduka dan menyentuh sisi kemanusiaan warga Israel terhadap tragedi yang berlangsung di Gaza.

“Kami membunuh banyak anak. Itu fakta yang sulit untuk dibantah, apalagi dibenarkan,” ungkapnya.

Meski tanpa orasi atau spanduk besar, aksi-aksi ini memberi dampak emosional yang tidak kecil.

Seorang tentara cadangan Israel yang sempat hadir dalam salah satu aksi menyatakan bahwa ia membatalkan keikutsertaannya dalam tugas militer keesokan harinya setelah melihat foto-foto anak-anak korban serangan.

“Saya tidak sanggup,” ujarnya singkat.

Tak lama setelahnya, gerakan ini mulai menyebar. Aksi serupa digelar di kota-kota seperti Haifa, Kafr Qasim, Universitas Tel Aviv, bahkan di kompleks peringatan Holocaust “Yad Vashem”, sebuah simbol kuat dalam memori kolektif masyarakat Israel.

Di kota Jaffa, yang dihuni oleh populasi besar warga Arab Palestina, aksi ini menemukan maknanya yang lebih dalam.

Inas Abu Saif, aktivis asal Jaffa, mengatakan bahwa inilah satu-satunya ruang publik yang memberikan legitimasi sosial bagi warga Palestina untuk mengekspresikan kesedihan mereka secara terbuka.

“Ini pertama kalinya saya bisa menangis di depan umum tanpa rasa takut,” katanya.

Namun demikian, ketakutan tetap menyelimuti sebagian warga. Beberapa warga Palestina menghindari partisipasi karena khawatir akan pengawasan aparat atau sanksi sosial.

Abu Saif menyebutkan bahwa sejumlah ibu menerima peringatan dari tempat kerja mereka agar tidak terlibat dalam aksi apa pun.

Aksi diam ini menyoroti khususnya korban anak-anak. Namun sebagaimana dijelaskan dalam laporan, sering kali satu serangan menghancurkan seluruh keluarga.

Disebutkan pula sebuah laporan investigasi yang mendokumentasikan kematian 132 anggota dari satu keluarga di Beit Lahia dalam serangan udara Israel pada Oktober 2024.

Jurnalis foto Oren Ziv, penulis laporan tersebut, menutup laporannya dengan satu kesimpulan tajam.

“Selama pemboman masih berlangsung, perjuangan para aktivis ini belum selesai,” tulisnya.

Aksi hening ini bukanlah bentuk perlawanan bersenjata, melainkan upaya untuk membuka ruang dialog dan simpati di tengah opini publik Israel yang terpolarisasi.

Saat sebagian masyarakat masih mendukung kelanjutan operasi militer, sebagian lainnya mulai mempertanyakan harga kemanusiaan dari konflik yang tak kunjung usai.

Di tengah atmosfer yang penuh tekanan dan ketegangan, suara-suara sunyi ini muncul sebagai pengingat bahwa bahkan dalam negara yang terlibat dalam konflik, masih ada ruang bagi rasa iba dan nurani.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular