Thursday, September 18, 2025
HomeBeritaMantan sandera sebut Netanyahu sengaja bahayakan nyawa tawanan di Gaza

Mantan sandera sebut Netanyahu sengaja bahayakan nyawa tawanan di Gaza

Seorang mantan sandera yang pernah ditahan di Gaza menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah secara sengaja membahayakan nyawa para tawanan dengan melanjutkan operasi militer untuk menduduki Gaza City.

Hal itu disampaikan dalam wawancara dengan Radio Militer Israel, seperti dilansir kantor berita Anadolu, Kamis (18/9/2025).

Ilana Gritzovsky, yang dibebaskan pada November 2023 dalam kesepakatan gencatan senjata, menyatakan bahwa keputusan Netanyahu sama dengan “memberikan perintah untuk membunuh para sandera.”

Pasangannya, Matan Zangauker—seorang tentara Israel—masih disandera di Gaza hingga kini.

“Berapa banyak keluarga lagi yang harus diliputi duka sebelum dia (Netanyahu) mendengarkan suara rakyat?” ujar Gritzovsky. Ia juga mengungkapkan keinginannya untuk kembali hidup normal dan menikahi Zangauker setelah ia dibebaskan.

Gritzovsky mengaku tidak mampu bekerja di tengah meningkatnya intensitas operasi militer.

“Saya tahu apa yang dialami para tawanan. Setiap kali pesawat melintas, mereka harus berlindung. Saya sendiri pernah bersembunyi dari reruntuhan yang berjatuhan,” katanya.

Gritzovsky termasuk dalam kelompok 109 sandera yang dibebaskan dalam perjanjian yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat.

Sebagai imbalannya, Israel membebaskan 240 tahanan Palestina, serta mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza. Namun, kesepakatan itu runtuh pada Desember, setelah Israel melanjutkan kembali serangan militernya.

Awal bulan ini, pemerintah Israel menyetujui rencana pendudukan penuh Jalur Gaza, dimulai dari Gaza City.

Militer mengklaim telah memulai serangan darat, namun sumber-sumber lokal menyebut bahwa serangan yang terjadi berupa peningkatan serangan udara, penembakan artileri, dan penggunaan alat peledak yang dibawa robot untuk menghancurkan rumah warga dan memaksa pengungsian.

Pihak militer Israel memperkirakan masih ada 48 sandera yang ditahan di Gaza, dengan sekitar 20 di antaranya diyakini masih hidup.

Sementara itu, kelompok-kelompok HAM melaporkan lebih dari 11.000 warga Palestina saat ini ditahan di penjara-penjara Israel dalam kondisi memprihatinkan, termasuk laporan penyiksaan, kelaparan, kelalaian medis, dan kematian dalam tahanan.

Sejumlah tokoh oposisi dan keluarga sandera di Israel menuduh Netanyahu memperpanjang perang demi kepentingan politik pribadinya. Mereka memperingatkan bahwa penghentian operasi militer di Gaza bisa menyebabkan runtuhnya koalisi pemerintahan.

Hingga saat ini, ofensif militer Israel di Jalur Gaza telah menewaskan lebih dari 65.100 warga Palestina sejak Oktober 2023. Serangan tersebut telah melumpuhkan wilayah Gaza dan memicu krisis kelaparan massal.

Pada Selasa lalu, Komisi Penyelidikan Independen PBB untuk Wilayah Pendudukan Palestina menyatakan bahwa Israel telah melakukan tindakan genosida di Gaza.

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular