Media-media dunia menyoroti hasil Konferensi Timur-Tengah (KTT) darurat di Kairo yang didedikasikan untuk membahas perkembangan serius terkait masalah Palestina.
KTT juga membahasa situasi kemanusiaan di Jalur Gaza, serta isu-isu regional dan internasional lainnya.
Surat kabar The Washington Post melaporkan bahwa para pemimpin Arab mengadopsi rencana rekonstruksi bertahap untuk Jalur Gaza selama KTT darurat di Mesir pada hari Selasa.
Langkah ini sebagai respons terhadap visi Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump yang mencakup pemindahan massal warga Palestina.
Surat kabar tersebut menambahkan bahwa rencana tersebut membantu melindungi kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas serta mencegahnya dari kehancuran.
Disebutkan juga bahwa diadakannya KTT ini selama bulan Ramadan menjadi indikasi betapa mendesaknya keinginan para pemimpin Arab untuk menggagalkan rencana Trump.
Sementara itu, Financial Times menyoroti rencana Israel untuk memutus pasokan air dan listrik ke Jalur Gaza.
Upaya itu mengancam kehidupan lebih dari 2 juta warga Palestina dan memicu kecaman internasional luas.
Akibatnya, beberapa organisasi meminta Mahkamah Agung Israel untuk mencegah pelaksanaan rencana ini.
Tanya Harry, Direktur Eksekutif organisasi Gisha, mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa Israel memiliki kewajiban untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan.
“Karena sebagai kekuatan pendudukan dan pihak dalam konflik, tindakannya untuk membatasi bantuan dapat dianggap sebagai kejahatan perang,” katanya.
The Times of Israel juga membahas hasil penyelidikan yang dilakukan oleh Badan Keamanan Dalam Negeri Israel (Shin Bet) terkait serangan pada 7 Oktober 2023.
Media itu menunjukkan bahwa penyelidikan mengungkap adanya kegagalan internal yang serius.
Kegagalan politik dan keamanan utama yang diidentifikasi dalam laporan tersebut termasuk pembagian tanggung jawab yang tidak jelas antara militer Israel dan kebijakan militer pemerintah.
Kebijakan itu dianggap terlalu lunak terhadap Gaza selama bertahun-tahun, serta ketidakmampuan Shin Bet untuk menghadapi ancaman seperti Hamas.
Dalam berita lain, mantan duta besar AS untuk Suriah, Robert Ford, mendesak Washington untuk menarik pasukannya dari Suriah.
Ia juga mendesak agar AS bekerja sama dengan pemerintahan baru dalam memerangi ISIS.
Dalam artikelnya di majalah Foreign Affairs, Ford menjelaskan bahwa runtuhnya rezim Bashar al-Assad memaksa Pasukan Demokratik Suriah untuk membuat konsesi sulit, termasuk membongkar strukturnya secara bertahap.
Ia juga menekankan bahwa tindakan mereka telah menimbulkan ketidakpuasan di kalangan komunitas Arab.
The New York Times melaporkan bahwa Presiden Trump telah mengambil salah satu langkah paling berisiko dalam masa kepresidenannya.
Dengan memberlakukan tarif perdagangan besar-besaran tanpa alasan yang jelas terhadap impor dari Kanada, Meksiko, dan China.
Menurut surat kabar tersebut, langkah ini telah memicu perang dagang yang berpotensi merusak ekonomi AS, membuat perusahaan, investor, dan ekonom bingung dengan kebijakan Trump.
Kebijakan itu dianggap menciptakan ketidakstabilan tanpa negosiasi panjang atau alasan yang jelas.
Situs Breitbart menyoroti kunjungan Wakil Presiden AS, J.D. Vance, pada hari Rabu ke kota perbatasan Eagle Pass, Texas, bersama sejumlah pejabat lainnya.
Kunjungan ini dilakukan setelah Trump membanggakan keberhasilan pemerintahannya dalam mengurangi jumlah migran yang melintasi perbatasan hingga 94%.
Menurut situs tersebut, kunjungan Vance menyoroti situasi perbatasan yang sangat berbeda dibandingkan sebelumnya, tanpa adanya langkah legislatif baru.
Sementara itu, The Wall Street Journal memperingatkan bahwa penghentian pasokan pertahanan udara AS ke Ukraina akan menjadi tantangan terbesar bagi kemampuan negara tersebut dalam bertahan menghadapi Rusia.
Menurut para analis, Kyiv harus memilih area mana yang akan dilindungi dan mana yang akan dibiarkan terbuka terhadap serangan.
Mereka juga menekankan bahwa baik Eropa maupun Ukraina tidak memiliki sistem pertahanan udara jarak jauh yang andal seperti sistem Patriot.