Wednesday, April 16, 2025
HomeBeritaMedia Internasional: Warga Gaza lebih terancam oleh kelaparan dan penyakit daripada serangan...

Media Internasional: Warga Gaza lebih terancam oleh kelaparan dan penyakit daripada serangan bom

Sejumlah media internasional menyoroti kembali serangan udara terbaru Israel yang menyasar Rumah Sakit Al-Ma’madani di wilayah timur Kota Gaza.

Serangan tersebut terjadi di tengah krisis kemanusiaan akut yang diperparah oleh blokade total atas Jalur Gaza sejak awal Maret lalu.

Harian The Independent asal Inggris melaporkan bahwa Israel kembali menyerang rumah sakit terakhir yang masih berfungsi di Gaza, berbarengan dengan intensifikasi serangan darat.

Media itu juga menyoroti kesulitan besar yang dihadapi tim medis dalam mengevakuasi pasien ke lokasi yang lebih aman.

Mereka menyebut bahwa serangan tersebut terjadi pada saat yang sangat krusial bagi sistem kesehatan di Gaza.

Dilaporkan bahwa dua rudal menghantam bagian gawat darurat dan ruang penerimaan pasien, memaksa rumah sakit berhenti total beroperasi.

Para pasien dan korban luka bahkan harus mengungsi ke jalan-jalan di sekitar rumah sakit karena tidak ada lagi tempat yang aman.

Sementara itu, The Guardian menurunkan laporan yang menggambarkan krisis kelaparan dan penyakit di Gaza sebagai “mesin pembunuh” yang lebih mematikan dibandingkan bom.

Dalam artikelnya, media Inggris itu mempertanyakan bagaimana dunia bisa diam menyaksikan “sebuah wilayah yang sengaja dibiarkan kelaparan hingga mati” oleh blokade yang menutup semua jalur bantuan.

Artikel tersebut menegaskan bahwa strategi Israel tampak diarahkan untuk memaksa warga Palestina meninggalkan Gaza secara sukarela melalui tekanan ekstrem.

Dari Paris, harian Le Monde menerbitkan opini bersama dari sejumlah organisasi pembela kebebasan pers yang menyatakan solidaritas terhadap jurnalis Gaza.

Tulisan tersebut menyoroti risiko nyawa yang dihadapi para jurnalis di wilayah konflik yang dibungkam melalui sensor dan pembatasan informasi yang ketat.

Beberapa jurnalis Palestina dilaporkan tewas meski mengenakan perlengkapan pelindung. Sementara lainnya masih bekerja di bawah ancaman langsung tanpa bukti keterlibatan dengan Hamas, sebagaimana kerap dituduhkan oleh militer Israel.

Adapun harian Le Temps dari Swiss membahas proyek “Esther”, sebuah inisiatif kelompok konservatif di Amerika Serikat (AS) yang berupaya membungkam semua bentuk dukungan terhadap Palestina.

Menurut artikel tersebut, proyek ini mulai terlihat jelas sejak masa kepemimpinan Presiden Donald Trump, termasuk melalui pembatalan visa ratusan mahasiswa pro-Palestina.

Tulisan itu menyimpulkan bahwa saat ini bukanlah waktu yang mudah bagi siapa pun yang bersuara untuk Palestina di AS.

Dari isu regional, The Wall Street Journal menilai bahwa Iran memiliki alasan kuat untuk menjajaki kesepakatan nuklir baru, terkait tekanan ekonomi dan dinamika politik dalam negeri.

Media ini menilai keinginan Iran untuk mengakhiri sanksi ekonomi tetap tinggi, terutama mengingat potensi kembalinya Trump ke Gedung Putih.

Sementara itu, The Washington Times melaporkan kekhawatiran para eksportir China terhadap ketegangan perdagangan yang terus meningkat dengan AS.

Seorang analis China memperkirakan bahwa bila situasi tidak berubah, pemisahan ekonomi antara AS dan China bisa menjadi kenyataan dalam waktu dekat, menyusul gelombang kebijakan balasan dari kedua negara.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular