Sebagian besar anggota milisi yang dipersenjatai oleh Israel di Jalur Gaza ternyata merupakan kriminal yang terlibat dalam perdagangan narkoba, kejahatan properti, dan pemerasan.
Demikian laporan harian Maariv, Senin (9/6/2025), yang menyebut kelompok ini beroperasi di bawah pengawasan dinas keamanan dalam negeri Israel, Shin Bet.
Dalam laporan bertajuk Kerja Sama dengan Abu Shabab: Geng Bukan Solusi Jangka Panjang, Maariv mengungkap bahwa Shin Bet berada di balik perekrutan geng kriminal Abu Shabab untuk menjalankan operasi di Gaza.
Kepala Shin Bet, Ronen Bar, dilaporkan merekomendasikan langsung kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk melanjutkan pemberian senjata kepada geng tersebut.
Senjata yang digunakan termasuk senapan serbu Kalashnikov dan pistol yang sebelumnya disita dari Hamas dan Hizbullah selama konflik, lalu disimpan di gudang milik militer Israel.
Dalam rancangan rencana yang diajukan ke Netanyahu, Shin Bet menyatakan bahwa di Gaza terdapat jumlah senjata yang sangat besar seperti pistol, bahan peledak, rudal bahu, dan lainnya.
Oleh karena itu, mereka menilai bahwa memasukkan sejumlah kecil senjata secara terkendali dan diawasi tak akan mengubah keseimbangan kekuatan persenjataan di wilayah tersebut.
Pekan lalu, Netanyahu secara terbuka mengakui bahwa Israel telah mempersenjatai milisi di Gaza, dengan alasan bahwa langkah itu bertujuan untuk melawan Hamas dari dalam.
Pernyataan ini muncul setelah mantan Menteri Pertahanan Avigdor Lieberman lebih dahulu membocorkan informasi tersebut ke publik.
Namun, laporan dari harian Israel lainnya, Yedioth Ahronoth, pada Jumat (7/6/2025), mempertegas sisi gelap dari kebijakan ini.
Mengutip sumber anonim di kalangan pejabat Israel, milisi yang dipersenjatai tersebut ternyata lebih fokus pada aktivitas penyelundupan dan pemerasan, serta tidak menunjukkan kepedulian terhadap perjuangan Palestina.
