Friday, August 15, 2025
HomeBeritaMedia Israel puji pembunuhan jurnalis Al Jazeera Anas Al Sharif

Media Israel puji pembunuhan jurnalis Al Jazeera Anas Al Sharif

Pembunuhan jurnalis Al Jazeera, Anas al-Sharif, dalam serangan udara Israel pada Minggu (10/8/2025) memicu kemarahan luas dari organisasi kebebasan pers dan media internasional. Namun, di dalam negeri Israel, sebagian besar media justru mendukung tindakan militer tersebut.

Dalam sebuah unggahan di kanal Telegram-nya, jurnalis senior Channel 12, Daphna Liel, menulis, “Sudah waktunya.” Laporan Channel 12 menyebut, “IDF membunuh teroris yang beroperasi dengan menyamar sebagai jurnalis Al Jazeera,” sambil menyertakan foto al-Sharif.

Media lain di Israel juga menggunakan narasi serupa. Ynet menyebut al-Sharif sebagai “jurnalis-teroris yang dilenyapkan,” sementara surat kabar Maariv menyatakan ia adalah “jurnalis yang melayani Hamas.” Israel Hayom bahkan menulis bahwa al-Sharif adalah “teroris yang menyamar sebagai jurnalis.”

Pada Minggu malam, militer Israel mengonfirmasi bahwa mereka menargetkan tenda jurnalis di dekat Rumah Sakit Al-Shifa, Kota Gaza. Al-Sharif diketahui menjadi target serangan tersebut.

Selain al-Sharif, enam warga Palestina lainnya juga tewas, termasuk jurnalis Al Jazeera sekaligus kontributor Middle East Eye, Mohammed Qreiqeh, serta tiga operator kamera: Mohammed Noufal, Ibrahim Zaher, dan Moamen Aliwa.

Kecaman Internasional

Serangan tersebut mengundang kecaman luas. Direktur regional Komite Perlindungan Jurnalis (CPJ), Sara Qudah, mengatakan, “Israel telah melenyapkan satu tim liputan penuh. Tidak ada tuduhan terhadap jurnalis lain sebagai teroris. Ini adalah pembunuhan. Murni dan jelas.”

Menurut data CPJ, perang di Gaza merupakan konflik paling mematikan bagi jurnalis sejak pencatatan dimulai. Sejak Oktober 2023, sebanyak 270 jurnalis dan pekerja media dilaporkan tewas akibat serangan Israel.

Militer Israel mengklaim memiliki dokumen yang menunjukkan keterlibatan al-Sharif dalam Hamas, namun hingga kini belum mempublikasikan bukti apa pun.

Jurnalis Palestina yang bekerja untuk media Israel, Hanin Majadli (Haaretz), menyatakan bahwa media arus utama Israel memainkan peran sentral dalam menyebarkan narasi negara.

“Media Israel adalah bagian tak terpisahkan dari aparatus negara, bersama dengan pemerintah, militer, dan opini publik,” ujar Majadli. “Media-media ini ikut mendukung genosida di Gaza, baik secara aktif maupun diam-diam.”

Zahra Saeed, jurnalis Radio Al-Shams, menambahkan bahwa tak ada perbedaan nyata antara media arus utama dengan media sayap kanan ekstrem terkait liputan kematian al-Sharif.

“Siapa pun yang mempertanyakan atau meragukan narasi resmi akan langsung diserang dan dianggap pengkhianat,” kata Saeed. “Tidak ada ruang untuk jurnalisme yang kritis.”

Jurnalis sayap kanan seperti Yinon Magal (Channel 14) bahkan mencela aksi solidaritas warga Palestina di Umm al-Fahm yang dilakukan untuk mengenang al-Sharif.

Saeed menyebut unggahan belasungkawa dirinya untuk al-Sharif di Instagram diterjemahkan ke dalam bahasa Ibrani dan disebarkan sebagai bentuk incitement terhadap jurnalis Palestina.

“Ini adalah bentuk pemburuan terhadap warga Arab. Menjadi jurnalis Palestina di Israel sangat berbahaya,” katanya.

Majadli menegaskan bahwa dalam iklim saat ini, bahkan pernyataan sederhana seperti “semoga Allah merahmati al-Sharif” bisa dianggap sebagai bentuk dukungan terhadap terorisme.

“Semua pekerjaan jurnalistik sekarang disederhanakan menjadi: apakah Anda mendukung atau menentang terorisme,” ujar Saeed. “Bertanya di luar batas narasi militer dianggap sebagai kejahatan.”

“Di Israel, persamaan sangat sederhana: warga Palestina adalah teroris,” tambah Majadli. “Dan siapa pun jurnalis Palestina yang menentang pembunuhan Anas al-Sharif akan dicap sebagai pendukung terorisme.”

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Kandidat PhD bidang Hubungan Internasional Universitas Sains Malaysia. Peneliti Asia Middle East Center for Research and Dialogue
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular