Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Rabu (12/6/2025), mendesak pemerintah Mesir untuk mencegah dua konvoi aktivis pro-Palestina yang berencana menuju perbatasan Rafah yang menghubungkan Mesir dan Gaza.
“Saya mengharapkan otoritas Mesir mencegah kedatangan para demonstran jihadis ke perbatasan Mesir-Israel, serta tidak mengizinkan mereka melakukan provokasi atau mencoba memasuki Gaza,” ujar Katz dalam pernyataan tertulis.
Ia menambahkan, aksi semacam itu akan membahayakan keselamatan tentara Israel dan tidak akan diizinkan.
Pernyataan tersebut disampaikan seiring dengan tibanya ratusan aktivis pro-Palestina di ibu kota Libya, Tripoli, sebagai bagian dari konvoi menuju Gaza yang dikenal dengan nama Soumoud, yang berarti “keteguhan” dalam bahasa Arab.
Konvoi tersebut berangkat dari Tunis menggunakan bus dan mobil sejak Senin, dengan tujuan menembus wilayah Libya dan Mesir—yang hingga kini belum memberikan izin melintas—sebelum mencapai Jalur Gaza.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan pada Rabu bahwa pihaknya mendukung upaya internasional untuk menekan Israel agar mencabut blokade terhadap Gaza.
Namun, Mesir juga menegaskan bahwa semua delegasi asing yang ingin menuju wilayah perbatasan wajib memperoleh izin resmi sesuai prosedur yang berlaku.
“Mesir menegaskan pentingnya menekan Israel agar mengakhiri blokade terhadap Jalur Gaza,” demikian bunyi pernyataan Kemenlu Mesir.
Namun, mereka menambahkan bahwa pihaknya “tidak akan mempertimbangkan permintaan atau undangan apa pun yang disampaikan di luar kerangka aturan dan mekanisme yang telah ditetapkan.”
Setelah perang berlangsung selama hampir 20 bulan, Israel menghadapi tekanan internasional yang meningkat untuk memperbesar akses bantuan kemanusiaan ke Gaza, yang dilanda kekurangan pangan dan kebutuhan pokok lainnya. Perserikatan Bangsa-Bangsa bahkan menyebut Gaza sebagai “tempat paling lapar di dunia.”
Sementara itu, kelompok aktivis Global March to Gaza, yang berkoordinasi dengan konvoi Soumoud, merencanakan aksi terpisah yang akan dimulai dari Kairo pada Jum’at mendatang. Sekitar 4.000 peserta diperkirakan akan bergabung dalam aksi tersebut. Para penyelenggara menegaskan bahwa mereka tidak berniat memasuki wilayah Gaza.
Menurut rencana, para peserta akan naik bus ke kota Arish di Sinai utara, kemudian melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh 50 kilometer menuju perbatasan Rafah.
Setelah itu, mereka akan berkemah di sisi Mesir dari perbatasan selama beberapa hari sebelum kembali ke Kairo pada 19 Juni.
Juru bicara delegasi Prancis, Catherine Le Scolan-Quere, mengungkapkan bahwa beberapa warga negara Prancis yang datang ke Mesir untuk berpartisipasi dalam aksi ini ditahan di hotel maupun saat tiba di Bandara Kairo.
“Orang Israel yang memerintahkan pihak Mesir untuk mencegah aksi ini berlangsung di Sinai,” katanya.
Seorang perawat asal Prancis, Carolie Laghouati (39), mengatakan bahwa temannya bersama sembilan orang lainnya ditahan oleh polisi Mesir saat tiba di bandara.
“Kami dikurung di sini, mereka menyuruh kami untuk tidak keluar, mereka tidak menjelaskan apa yang terjadi, dan paspor kami disita,” ujar salah satu dari mereka dalam video yang dikirimkan ke kantor berita AFP.