Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, tiba di Beirut pada hari Jumat, dalam kunjungan pertamanya ke Lebanon sejak menjabat posisi tersebut.
Kunjungan ini berlangsung di tengah meningkatnya ketegangan dan serangan Israel yang terus berlanjut di kawasan tersebut.
Menurut Kantor Berita Nasional Lebanon, Araghchi disambut oleh Osama Khashab, Kepala Protokol Kementerian Luar Negeri Lebanon, di Bandara Internasional Rafic Hariri, Beirut.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengumumkan bahwa delegasi Iran yang dipimpin oleh Menlu Araghchi dijadwalkan bertemu dengan pejabat tinggi Lebanon.
Dalam pernyataannya, Baghaei menyebutkan, “Delegasi kami yang dipimpin oleh Menlu Araghchi, didampingi dua anggota Parlemen dan Kepala Masyarakat Bulan Sabit Merah Iran, akan segera bertemu dengan pejabat tinggi Lebanon.”
Ia menambahkan bahwa paket bantuan kemanusiaan berupa 10 ton bahan makanan dan obat-obatan juga akan diserahkan sebagai bagian dari bantuan Iran kepada Lebanon. ”
Iran teguh dalam solidaritasnya dengan rakyat Lebanon yang berani,” tegasnya.
Baghaei juga mengingatkan bahwa seluruh kawasan harus menyadari situasi kritis yang dihadapi Lebanon dan dampak buruknya bagi masa depan negara-negara di kawasan ini.
Hingga saat ini, pejabat Lebanon belum memberikan komentar terkait agenda pertemuan Araghchi.
Namun, analis memperkirakan pembicaraan akan berfokus pada krisis yang semakin berkembang di sepanjang perbatasan Lebanon-Israel, serta dukungan Iran terhadap Hezbollah dan dampak geopolitik yang lebih luas.
Hezbollah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas perbatasan sejak perang Israel di Gaza dimulai pada 7 Oktober tahun lalu, yang telah menewaskan hampir 41.800 orang, sebagian besar adalah perempuan dan anak-anak.
Dalam serangan Israel di Lebanon, setidaknya 1.947 orang telah tewas, hampir 9.400 terluka, dan 1,2 juta orang lainnya mengungsi, menurut otoritas Lebanon.
Komunitas internasional telah memperingatkan bahwa serangan Israel di Lebanon dapat meningkatkan konflik Gaza menjadi perang regional yang lebih luas.