Itamar Ben-Gvir, Menteri Keamanan Nasional Israel dari kalangan sayap kanan, menyatakan pada Kamis (16/11) bahwa partainya akan menarik diri dari pemerintahan yang dipimpin oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu jika kesepakatan gencatan senjata dan pembebasan sandera yang dicapai sehari sebelumnya disetujui oleh kabinet.
Dalam konferensi pers, Ben-Gvir yang juga Ketua Partai Kekuatan Yahudi, menilai kesepakatan pertukaran tahanan dan gencatan senjata dengan Hamas, yang diumumkan oleh AS dan Qatar, sebagai langkah yang akan “menghancurkan semua pencapaian yang telah kami raih,” bahkan menyebutnya sebagai “aib”. Ia menegaskan bahwa faksinya hanya akan kembali bergabung dengan koalisi jika operasi militer di Gaza yang telah menewaskan lebih dari 46.000 orang sejak 7 Oktober 2023 dan menghancurkan wilayah tersebut, dilanjutkan.
Ben-Gvir menggambarkan kesepakatan itu sebagai “ceroboh”, dengan menyoroti bahwa kesepakatan itu mencakup gencatan senjata dan penarikan pasukan Israel dari Koridor Philadelphia di Gaza selatan. “Partai Kekuatan Yahudi tidak akan menggulingkan Netanyahu dan akan membiarkannya tetap menjabat sebagai perdana menteri, namun kami tidak akan terlibat dalam kesepakatan ini,” katanya.
Meski demikian, penarikan diri Ben-Gvir tidak akan menggoyahkan pemerintahan Netanyahu, karena partainya hanya memiliki enam kursi di Knesset, yang terdiri dari 120 kursi.
Rapat kabinet yang dijadwalkan pada Kamis itu pun ditunda, namun para menteri diperkirakan akan mendukung kesepakatan gencatan senjata tiga tahap yang akan menghentikan pertempuran di Gaza, membebaskan sandera, serta menukar tahanan Palestina yang ada di penjara Israel. Bantuan kemanusiaan juga akan diperbolehkan masuk ke Gaza, dan Israel akan menarik diri sepenuhnya dari wilayah tersebut.
Sebelumnya, Ben-Gvir menyebut pembicaraan gencatan senjata sebagai bentuk penyerahan kepada Hamas, dan mengancam akan mengundurkan diri jika kesepakatan itu diterima. Ia bahkan mendesak Menteri Keuangan Bezalel Smotrich untuk mengikuti jejaknya.
Pada tahap pertama kesepakatan tersebut, 33 warga Israel yang disandera akan dibebaskan sebagai imbalan atas pembebasan sejumlah tahanan Palestina.