Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, yang dikenal sebagai Zionis garis keras, menangis saat memberikan pidato di konferensi pers sebelum pertemuan partainya pada Senin (28/10) lansir Jerusalem Post.
Smotrich mengungkapkan kesedihannya atas banyaknya korban di kalangan tentara Israel dalam beberapa hari terakhir.
Dia menyatakan bahwa harga dari perang ini lebih banyak ditanggung oleh komunitas Zionis Religius.
“Dalam beberapa hari terakhir, kita melihat, membaca, dan mendengar kisah-kisah menyayat hati dari mereka yang gugur, termasuk banyak tentara cadangan, termasuk para lansia, ayah dari banyak anak, baik yang religius maupun sekuler, warga kibbutz dan pemukim, tetapi kita tidak dapat mengabaikan kenyataan bahwa komunitas Zionis Religius menanggung beban yang tidak sebanding dengan ukuran mereka dalam populasi, harga terberat dalam perang ini,” ungkap Smotrich.
Smotrich terlihat menitikkan air mata saat mengenang pengorbanan komunitas Zionis Religius dalam perang pada 28 Oktober 2024.
Smotrich kemudian mengecam apa yang disebutnya sebagai pernyataan yang berusaha mendiskreditkan komunitasnya sebagai “pecinta kematian, mesianis, delusional.”
Ia menegaskan bahwa fitnah tersebut berasal dari kelompok ekstrem di masyarakat Israel dan menyatakan bahwa mayoritas warga Israel menolak anggapan tersebut serta mengutuk mereka yang melontarkannya.
“Di hari ini, lebih dari sebelumnya, saya bangga menjadi bagian dari komunitas ini, bangga untuk memajukan dunia Torah, institusi pendidikan, pemukiman, kerja sama, dan kesalehan. Dari lingkungan inilah muncul para pejuang berani yang berperang dan mengorbankan diri demi kita semua,” katanya dengan mata berkaca-kaca.
Setidaknya 64 tentara penjajah Israel tewas dalam pertempuran di Lebanon Selatan dan Gaza akibat serangan Hizbullah dan Hamas, lansir Anadolu pada Rabu (30/10).
Menurut laporan Radio Tentara Israel, jumlah kematian yang signifikan ini membuat mereka menjuluki bulan ini sebagai “Oktober Kelam.”
Sementara itu, sebanyak 16 warga pendudukan Israel dilaporkan tewas dalam serangan di Lebanon Selatan, Gaza, serta dalam sejumlah serangan di Israel, baik yang dilakukan oleh warga Palestina maupun serangan roket dari Lebanon dan Irak.
Radio tersebut melaporkan bahwa 33 tentara tewas di Lebanon Selatan, sementara 16 lainnya tewas di Jalur Gaza.