Mesir telah memerintahkan deportasi tiga warga Suriah yang ditahan setelah mereka ikut serta dalam perayaan jalanan di Kairo menyusul jatuhnya Presiden Bashar al-Assad pada awal bulan ini, kata sebuah kelompok hak asasi manusia pada Ahad seperti dilansir Middle East Eye.
Menurut Inisiatif Mesir untuk Hak Pribadi (Eipr), pasukan keamanan Mesir pada 8 dan 9 Desember menahan sekitar 30 pria dan wanita Suriah di kota Sixth of October, di barat Kairo, saat membubarkan pertemuan spontan untuk merayakan berakhirnya lebih dari lima dekade kekuasaan dinasti Assad.
Pada Ahad, Eipr mengatakan bahwa tiga warga Suriah yang masih ditahan oleh polisi kini menghadapi deportasi.
Kelompok itu mengatakan bahwa penangkapan dimulai pada 8 Desember, tak lama setelah oposisi Suriah mengumumkan bahwa mereka menguasai Damaskus, dan bahwa Assad dan keluarganya telah melarikan diri ke Rusia.
Sebuah pertemuan di luar masjid Hosary berlangsung sekitar 15 menit dan berakhir sebelum polisi tiba.
Namun, di bagian lain Distrik Kedua kota itu, polisi secara acak menangkap 20 warga Suriah setelah membubarkan pertemuan perayaan mereka, kata Eipr. Semua mereka dipindahkan ke kantor polisi Sixth of October.
Eipr mengatakan bahwa enam tahanan yang memiliki izin tinggal dibebaskan keesokan harinya, sementara tahanan lainnya yang memegang kartu pencari suaka sementara (kartu kuning) tetap ditahan.
Pada 11 Desember, warga Suriah yang memegang kartu kuning dipindahkan ke otoritas paspor dan imigrasi, lalu dikembalikan ke kantor polisi, yang menimbulkan kekhawatiran tentang kemungkinan deportasi mereka.
Pada 9 Desember, warga Suriah di Sixth of October merayakan kepergian Assad. Meskipun tidak ada penangkapan saat perayaan, polisi kemudian menangkap sepuluh warga Suriah secara acak setelah mengetahui kewarganegaraan mereka.
EIPR menyatakan, “Eipr mengecam tindakan keamanan yang berlebihan di Mesir, yang mencegah individu untuk mengungkapkan pendapat, solidaritas, atau kegembiraan mereka secara terbuka.”
Mereka juga mendesak Mesir untuk segera membebaskan warga Suriah yang ditahan dan menghindari deportasi mereka, mengingat ketidakpastian yang terus berlanjut mengenai keamanan di Suriah.
“Pemulangan paksa akan membahayakan mereka, seperti yang telah disoroti oleh UNHCR, yang menyarankan untuk tidak menganggap Suriah sebagai negara yang aman untuk pemulangan pengungsi,” tambah pernyataan itu.
Warga Suriah merupakan setengah dari populasi pengungsi di Mesir, dengan sekitar 136.700 pengungsi Suriah terdaftar di UNHCR pada Desember 2021.