Mesir menegaskan sikapnya, Israel harus menarik pasukan dari Koridor Philadelphi di perbatasan Gaza-Mesir, kata seorang sumber Mesir sepertik dikutip kantor berita Anadolu pada Senin, (19/8). Mesir juga menolak pendudukan Israel di pintu perlintasan Rafah di sisi Gaza, Palestina.
Kanal berita Al-Qahera News yang berafiliasi dengan pemerintah mengutip sumber tingkat tinggi, membantah laporan media Israel yang mengatakan Mesir telah menyetujui keberadaan tentara Israel di wilayah Koridor Philadelphi.
Sumber tersebut menegaskan bahwa Mesir tetap berpegang pada “penarikan penuh Israel” dari kedua lokasi tersebut.
Penyiar publik Israel, KAN, melaporkan bahwa delegasi Israel kembali dari Mesir setelah mengadakan pembicaraan di sana terkait keberadaan Israel di Koridor Philadelphi.
Tidak ada rincian yang diberikan oleh penyiar tersebut mengenai pembicaraan tersebut.
Pada Minggu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa tentara Israel akan tetap berada di Koridor Philadelphi.
Baca juga: Negosiator Israel pulang dari Mesir tanpa kesepakatan Koridor Philadelphi
Kelompok perlawanan Palestina, Hamas dan Mesir bersikeras agar Israel menarik diri sepenuhnya dari wilayah perbatasan tersebut.
Pembicaraan gencatan senjata Gaza di Doha, ibu kota Qatar, pada Jumat menghasilkan “proposal yang mempersempit kesenjangan” antara Israel dan Hamas yang selaras dengan prinsip-prinsip yang ditetapkan Presiden AS Joe Biden pada 31 Mei.
Biden mengatakan pada Mei, Israel mengajukan kesepakatan tiga tahap yang akan mengakhiri permusuhan di Gaza dan memastikan pembebasan sandera yang ditahan di Gaza. Rencana tersebut mencakup gencatan senjata, pertukaran sandera-tahanan, dan rekonstruksi Gaza.
Namun, pada Minggu, Hamas menyatakan bahwa Netanyahu menetapkan syarat-syarat baru dalam proposal gencatan senjata Gaza dan pertukaran sandera yang diajukan selama pembicaraan di Doha.
“Proposal baru ini hanya memenuhi syarat-syarat Netanyahu dan sejalan dengan mereka, terutama penolakannya terhadap gencatan senjata permanen, penarikan penuh dari Jalur Gaza, dan desakannya untuk melanjutkan pendudukan di Persimpangan Netzarim (yang memisahkan utara dan selatan Jalur Gaza), perlintasan Rafah, dan Koridor Philadelphi (di selatan),” kata Hamas dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Ini mungkin kesempatan terakhir untuk kembalikan sandera, kata Blinken
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berupaya mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun, upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menuntut gencatan senjata segera, Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Gaza sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023.
Serangan Israel tersebut telah menewaskan lebih dari 40.130 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 92.740 orang, menurut otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari 10 bulan sejak serangan Israel dimulai, sebagian besar wilayah Gaza hancur di tengah blokade yang menghancurkan pasokan makanan, air bersih, dan obat-obatan.
Israel dituduh melakukan genosida di Pengadilan Internasional, yang memerintahkan Israel untuk segera menghentikan operasi militernya di kota Rafah di selatan, tempat lebih dari 1 juta warga Palestina berlindung dari perang sebelum kota tersebut diserang pada 6 Mei.
Baca juga: PENTING! Setiap bulan, lebih dari 1000 tentara Israel masuk pusat rehabilitasi
Baca juga: EKSKLUSIF | Takziyah ke rumah Ismail Haniyah di Doha