Mesir pada Selasa (3/8) menolak klaim Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, yang menyebutkan senjata diselundupkan kepada Hamas melalui perbatasan Mesir.
Dalam sebuah pernyataan, Kementerian Luar Negeri Mesir menyatakan, tuduhan Netanyahu merupakan upaya untuk menghalangi mediasi kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tawanan di Gaza.
Pada Senin, Netanyahu kembali menegaskan penolakannya untuk menarik dari Koridor Philadelphi, sebuah zona demiliterisasi di sepanjang perbatasan Mesir dengan Gaza. Netanyahu menyebut koridor tersebut sebagai “jalur kehidupan” bagi Hamas untuk mempersenjatai kembali diri mereka.
Kairo menuduh Netanyahu berusaha melibatkan Mesir untuk mengalihkan perhatian publik Israel dan menghalangi kesepakatan gencatan senjata. Netanyahu juga dituduh mengganggu upaya mediasi oleh Mesir, Qatar, dan AS.
Mesir memperingatkan, pernyataan tersebut bisa memperburuk situasi dan mengakibatkan eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut.
Baca juga: Hamas: Netanyahu cari “kemenangan palsu” di Gaza
Baca juga: Oposisi Israel sepakat gulingkan pemerintahan Netanyahu
Mesir juga mengulangi komitmennya untuk terus memainkan peran historisnya dalam memimpin proses perdamaian di kawasan serta mencapai stabilitas bagi semua pihak di kawasan itu.
Mesir menolak kehadiran militer Israel di sepanjang Koridor Philadelphi dan perbatasan Rafah di selatan Gaza.
Selama berbulan-bulan, Mesir, Qatar, dan AS telah berusaha mencapai kesepakatan antara Israel dan Hamas untuk memastikan pertukaran tawanan dan gencatan senjata serta memungkinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun, upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas agar menghentikan perang.
Israel terus melanjutkan serangan brutalnya di Jalur Gaza setelah serangan Hamas pada 7 Oktober lalu. Meskipun ada resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera.
Serangan tersebut telah menyebabkan lebih dari 40.800 warga Palestina tewas, sebagian besar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak, serta hampir 94.300 lainnya terluka, menurut otoritas kesehatan setempat.
Blokade yang terus berlanjut di Gaza telah menyebabkan kekurangan pangan, air bersih, dan obat-obatan, sehingga sebagian besar wilayah tersebut hancur.
Israel menghadapi tuduhan genosida di Pengadilan Internasional, yang memerintahkan penghentian operasi militer di kota Rafah, di mana lebih dari satu juta warga Palestina berlindung sebelum daerah itu diserbu pada 6 Mei.