Friday, July 18, 2025
HomeBeritaMilisi Druze dukungan Israel bantai warga Badui usai penarikan pasukan Suriah dari...

Milisi Druze dukungan Israel bantai warga Badui usai penarikan pasukan Suriah dari Sweida

Wilayah pedesaan barat Provinsi Sweida, Suriah selatan, diguncang gelombang pengungsian besar-besaran sejak Kamis (17/7/2025) pagi.

Ratusan keluarga dari komunitas Badui terpaksa meninggalkan desa-desa mereka menuju kawasan timur Provinsi Daraa setelah pasukan pemerintah Suriah mundur dari wilayah itu.

Penarikan pasukan dilakukan sesuai kesepakatan antara pemerintah dan kelompok bersenjata lokal dari komunitas Druze, yang mengakhiri 3 hari bentrokan sengit di dalam kota Suweida dan sekitarnya.

Sumber-sumber lokal yang dikutip Al Jazeera menyebut bahwa kelompok bersenjata Druze menyerbu sejumlah desa mayoritas Badui seperti Shabha, Mimas, Al-Kafr, Al-Raha, Suhwat Balata, dan Al-Afina pada Kamis pagi.

Serangan itu menyebabkan puluhan warga sipil tewas, di tengah ketiadaan total pasukan resmi yang bisa melindungi penduduk atau mencegah kekerasan.

Menurut sumber yang sama, proses penarikan militer dimulai Rabu malam dan berlangsung hingga menjelang fajar, membuat banyak keluarga tidak sempat menyelamatkan diri dan justru menjadi sasaran serangan bersenjata keesokan paginya.

Eksodus darurat

Di antara para pengungsi terdapat keluarga-keluarga Badui yang sebelumnya berasal dari Provinsi Deir al-Zour dan menetap di dataran pertanian Suweida barat sebagai pekerja tani.

Kesaksian yang dihimpun Al Jazeera menyatakan bahwa kelompok ini pun terpaksa meninggalkan tenda-tenda mereka karena takut menjadi korban pembantaian.

“Kami lari bersama anak-anak, hanya membawa pakaian yang menempel di badan. Kami tinggalkan rumah dan tenda karena takut dibunuh. Kami tidak tahu ke mana harus pergi atau bagaimana akan hidup,” kata Abu Abdullah, salah satu pengungsi yang tiba di Daraa timur.

Sementara itu, kantor berita pemerintah Suriah, SANA, menyebut bahwa kelompok “di luar hukum” bertanggung jawab atas serangan ke sejumlah permukiman warga sipil di kota Suweida dan wilayah pedesaannya.

Serangan ini terjadi hanya beberapa jam setelah pasukan pemerintah dan aparat keamanan ditarik, berdasarkan kesepakatan antara pemerintah dan para pemuka komunitas Druze.

Dalam pernyataannya, SANA menuduh kelompok-kelompok ini melakukan pembantaian dan pelanggaran berat terhadap penduduk sipil, termasuk di lingkungan Maqous, bagian timur kota Suweida.

Solidaritas warga

Di wilayah timur Daraa, sejumlah kota dan desa mulai mempersiapkan tempat penampungan darurat untuk para pengungsi.

Aksi solidaritas masyarakat—dikenal secara lokal sebagai faza’at sha’biyya atau “gerakan bantuan rakyat”—mulai bermunculan untuk menyediakan makanan, air, dan tempat tinggal.

Hingga kini, belum ada respons resmi dari pemerintah pusat maupun lembaga kemanusiaan internasional.

Ketegangan antara kelompok Druze bersenjata dan komunitas Badui telah berlangsung selama berbulan-bulan, dipicu oleh rentetan insiden penculikan dan penahanan timbal balik.

Konflik itu memuncak dalam bentrokan bersenjata dengan militer Suriah, yang kemudian memutuskan mundur dan membuka celah kekosongan keamanan.

Seorang warga Suweida mengungkapkan kekhawatiran mendalam akan kembalinya era kekacauan.

“Kami mengira zaman perang telah usai, tapi yang terjadi sekarang justru menghidupkan kembali mimpi buruk masa lalu. Orang-orang takut selatan Suriah akan kembali menjadi ajang konflik,” katanya.

Kesepakatan dan penarikan pasukan

Sebelumnya, koresponden Al Jazeera melaporkan bahwa pasukan pemerintah dan aparat keamanan Suriah telah meninggalkan seluruh wilayah yang mereka masuki dalam beberapa hari terakhir di Suweida.

Penarikan ini dilakukan berdasarkan kesepakatan antara pemerintah dan para pemimpin agama Druze.

Menurut pernyataan resmi Kementerian Dalam Negeri, kesepakatan itu mencakup penghentian penuh operasi militer, serta pengaktifan kembali pos-pos keamanan internal yang dijalankan oleh polisi negara dan personel lokal dari Suweida.

Kesepakatan tersebut diumumkan setelah berbagai perundingan diplomatik melibatkan Amerika Serikat (AS), Turki, dan sejumlah negara Arab.

Langkah ini diambil setelah serangan udara besar-besaran Israel menghantam Damaskus dan posisi militer Suriah di Suweida.

Dalam pidatonya pada Kamis dini hari, Presiden Suriah Ahmad Al-Sharaa menyatakan bahwa tanggung jawab keamanan di Suweida kini diserahkan kepada faksi-faksi lokal dan para pemuka Druze demi mencegah pecahnya perang baru di negeri itu.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular