Militer Israel mengungkapkan bahwa Korps Medis, Angkatan Udara Israel, dan Unit 669, unit penyelamat IAF, telah mengevakuasi sekitar 1.800 tentara yang terluka dari medan perang sejak awal konflik, lansir Jerusalem Post pada Rabu (30/10).
Di front utara, tim penyelamat berhasil mengevakuasi sekitar 200 tentara yang terluka, sementara di selatan, jumlah tentara yang dievakuasi mencapai sekitar 1.600.
Unit 669 merupakan unit elit yang memiliki spesialisasi dalam penyelamatan baik tentara maupun warga sipil dalam berbagai kondisi dan lokasi.
Sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023, Kementerian Pertahanan melaporkan bahwa sekitar 12.000 individu telah mengalami luka-luka.
Data yang dibagikan oleh departemen tersebut menunjukkan bahwa mayoritas korban adalah laki-laki, dengan 66% di antaranya adalah tentara cadangan dan 51% berusia antara 18 hingga 30 tahun.
Sebelumnya, mantan Perdana Menteri Israel sekaligus pemimpin oposisi Yair Lapid, memperingatkan bahwa jumlah korban militer akan terus meningkat di tengah serangan mematikan Israel di Jalur Gaza dan Lebanon.
“Sebanyak 11 ribu tentara terluka dan 890 lainnya tewas sejak 7 Oktober 2023,” kata Lapid dalam wawancara dengan Channel 12 Israel yang disiarkan Senin malam.
Data militer yang dirilis oleh angkatan bersenjata menunjukkan bahwa 772 tentara telah tewas dan sekitar 5.100 lainnya terluka sejak konflik Gaza pecah tahun lalu.
Lapid menekankan bahwa militer Israel menyembunyikan jumlah korban yang sebenarnya dalam perang Gaza dan Lebanon.
“Ada batasan seberapa banyak kita menerima fakta alternatif,” ujar Lapid.
Ia memperingatkan bahwa jumlah korban tewas dan terluka akan terus meningkat jika pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu “tidak mengambil tindakan.”
Sebelumnya, empat tentara Israel kemnbali tewas dan seorang perwira terluka parah dalam pertempuran di Jalur Gaza utara, demikian diumumkan oleh penjajah pada Selasa (29/10).
Israel mengidentifikasi para prajurit yang tewas antara lain Kapten Yehonatan Joni Keren, 22, dari Moledet; Sersan Kepala Nisim Meytal, 20, dari Hadera; Sersan Kepala Aviv Gilboa, 21, dari Neve Tzuf; dan Sersan Kepala Naor Haimov, 22, dari Rosh Ha’ayin.
Mereka semua bertugas di Unit Multidomain elit, atau dikenal sebagai “Unit Hantu,” dan gugur dalam pertempuran di area Jabalia, yang menjadi fokus serangan Israel di Gaza utara.