Monday, November 24, 2025
HomeBeritaMSF: Bantuan ke Gaza masih kurang, ancaman musim dingin membayangi pengungsi

MSF: Bantuan ke Gaza masih kurang, ancaman musim dingin membayangi pengungsi

Koordinator darurat Médecins Sans Frontières (MSF) atau Doctors Without Borders di Jalur Gaza, Frantz Lof, menyampaikan peringatan suram.

Bahwa bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza masih jauh dari memadai meski gencatan senjata telah diberlakukan.

Tanpa peningkatan signifikan, warga Gaza, katanya, kembali akan menghadapi kerasnya musim dingin dalam kondisi yang semakin rapuh.

Lof menegaskan bahwa sejak gencatan senjata yang disepakati pada 10 Oktober, pelanggaran yang dilakukan militer Israel tetap merenggut banyak nyawa warga Palestina.

Situasi itu menunjukkan betapa rapuhnya kesepakatan tersebut dan betapa terbatasnya akses bantuan yang benar-benar sampai kepada penduduk.

Menurut Lof, aliran bantuan hampir terhenti total sejak gencatan senjata diberlakukan.

“Tidak ada satu pun fasilitas kesehatan yang beroperasi dengan kapasitas penuh,” ujarnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, MSF hanya mampu memasukkan sekitar lima truk bantuan per minggu—jumlah yang disebutnya sangat jauh dari kebutuhan lapangan.

Ia mengungkapkan bahwa organisasi itu menghadapi kekurangan akut berbagai kebutuhan medis, terutama suku cadang untuk generator listrik, rumah sakit, dan kendaraan operasional.

Pembatasan Israel atas barang-barang yang dikategorikan sebagai “berfungsi ganda” membuat peralatan vital, seperti filter dan perangkat pemeliharaan infrastruktur, tidak dapat dibawa masuk.

“Fasilitas kesehatan sepenuhnya bergantung pada generator. Tanpa perawatan rutin, mereka terancam padam,” ujarnya.

Lof menekankan perlunya peningkatan besar-besaran pasokan medis dan kemanusiaan untuk menjaga kelangsungan layanan kesehatan yang masih bertahan.

Musim dingin semakin dekat

MSF juga menyoroti bahwa turunnya suhu memperburuk situasi pengungsi yang tinggal di tenda-tenda.

“Akhir pekan lalu kami menyaksikan tenda-tenda rusak diterjang angin dan hujan, sebagian terendam akibat curah hujan yang tinggi,” kata Lof.

Banyak warga, lanjutnya, merasa marah karena jumlah tenda yang masuk jauh dari cukup untuk melindungi mereka dari hujan dan hawa dingin.

Ia mendesak masyarakat internasional dan negara-negara yang memiliki pengaruh terhadap Israel untuk menekan agar akses bantuan dibuka selebar-lebarnya.

“Tidak mungkin dunia pada Januari atau Februari nanti mengatakan tidak tahu bahwa musim dingin akan tiba,” ujarnya.

Gaza, tegasnya, telah mengalami musim dingin yang mengerikan tahun lalu dan tidak boleh dibiarkan menghadapi keadaan serupa lagi.

Menurut Lof, bantuan yang mengalir saat ini belum memadai baik dari sisi jumlah maupun jenis.

“Kami telah melalui satu musim dingin yang sangat buruk. Jika tidak ada perbaikan besar, kami akan menghadapi situasi yang sama pada Desember dan Januari mendatang,” ungkapnya.

Sejak 8 Oktober 2023, Israel—dengan dukungan Amerika Serikat (AS)—melancarkan operasi yang oleh banyak pihak dikategorikan sebagai tindakan pemusnahan massal terhadap 2,4 juta penduduk Gaza.

Dalam 2 tahun, lebih dari 69.000 warga Palestina gugur dan lebih dari 170.000 lainnya terluka, sebagian besar perempuan dan anak-anak. PBB memperkirakan biaya rekonstruksi mencapai sekitar 70 miliar dolar AS.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler