Tuesday, November 11, 2025
HomeBeritaNasib 200 pejuang Hamas di Rafah jadi titik kritis gencatan senjata

Nasib 200 pejuang Hamas di Rafah jadi titik kritis gencatan senjata

Di tengah reruntuhan Kota Rafah, ujung paling selatan Jalur Gaza, muncul sebuah kisah yang kini menjadi pusat perhatian diplomatik dan kemanusiaan.

Yaitu, nasib para pejuang perlawanan Palestina yang masih terjebak di dalam terowongan bawah tanah.

Isu ini tidak lagi sekadar soal militer atau strategi, tetapi telah menjadi batu sandungan utama bagi upaya pelaksanaan tahap berikutnya dari perjanjian gencatan senjata yang mulai berlaku sejak 10 Oktober lalu.

Israel, menurut pengamat dan laporan media, memanfaatkan kasus ini untuk menciptakan krisis baru.

Sebuah taktik yang dinilai bertujuan menunda penerapan cepat perjanjian penghentian perang.

Di sisi lain, Hamas menegaskan bahwa para pejuang itu adalah bagian dari sayap militernya yang masih bertahan di wilayah yang sebelumnya diduduki pasukan Israel di Rafah.

Kini, nasib mereka menjadi bahan perdebatan sengit antara Israel dan Hamas.

Sementara laporan dari media Amerika Serikat (AS) dan Israel menyebut adanya tekanan kuat dari pemerintahan Presiden Donald Trump agar persoalan ini segera diselesaikan demi menjaga kelangsungan gencatan senjata yang rapuh.

Siapa para pejuang yang terjebak Itu?

Sayap militer Hamas, Brigade Izzuddin al-Qassam, memastikan bahwa para pejuang yang disebut-sebut “terperangkap” itu adalah anggotanya sendiri.

Mereka masih berada di jaringan terowongan di bawah wilayah yang disebut sebagai “garis kuning”.

Batas zona yang ditinggalkan pasukan pendudukan Israel setelah tahap pertama gencatan senjata disepakati.

Seluruh Kota Rafah termasuk dalam zona ini. Pihak Israel memperkirakan jumlah para pejuang yang terjebak mencapai 150 hingga 200 orang.

Namun, Hamas dan Brigade al-Qassam tidak pernah mengonfirmasi angka tersebut secara terbuka.

Bagaimana kasus ini muncul?

Akar persoalan ini mencuat pada 29 Oktober lalu. Tentara Israel mengumumkan tewasnya seorang prajurit cadangan akibat serangan terhadap pasukannya di Rafah.

Israel segera menuding Hamas melanggar gencatan senjata dan membalas dengan serangkaian serangan udara ke berbagai wilayah di Gaza.

Serangan itu menewaskan lebih dari 100 warga Palestina, sementara Rafah menjadi sasaran utama—dibombardir dan dihancurkan hingga nyaris tak tersisa.

Sebelumnya, sekitar sepuluh hari sebelum insiden itu, dua tentara Israel dilaporkan tewas dalam bentrokan di Rafah.

Israel menggunakan peristiwa itu pula sebagai dalih untuk menggempur sejumlah kawasan di Gaza, yang menewaskan sedikitnya 50 warga Palestina.

Upaya menemukan solusi

Sejumlah laporan dari media Israel dan AS mengungkap bahwa Washington tengah menekan kedua pihak—Israel dan Hamas—agar menemukan jalan keluar dari kebuntuan ini.

Saluran berita Israel, Channel 12, mengutip seorang pejabat AS yang mengatakan bahwa pemerintahan Trump telah mendesak Hamas untuk menyerahkan jenazah perwira Israel Hadar Goldin, yang tewas dalam pertempuran di Rafah pada 2014.

Langkah itu, menurut pejabat tersebut, dimaksudkan untuk membuka jalan bagi penyelesaian isu para pejuang Hamas yang terperangkap di Rafah.

Dua hari lalu, Brigade al-Qassam memang mengembalikan jenazah Goldin, dan pihak Israel telah mengonfirmasi keaslian identitasnya.

Sementara itu, dua utusan khusus AS, Jared Kushner dan Steven Witkoff, dilaporkan tengah mengadakan pembicaraan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Pembicaraan itu untuk membahas kelanjutan gencatan senjata dan isu para pejuang yang masih bertahan di terowongan.

Rencana dan usulan yang muncul

Beberapa opsi disebut telah diajukan untuk mengakhiri kebuntuan Rafah.

Pihak Israel, dalam pernyataannya, bersikeras bahwa para pejuang Hamas hanya memiliki 2 pilihan: menyerah atau mati di dalam terowongan.

Sebagian pejabat militer bahkan menyebut rencana untuk menangkap mereka hidup-hidup dan membawanya ke Israel untuk diinterogasi.

Namun, di sisi lain, laporan dari media AS menyebut sejumlah usulan yang lebih kompromistis.

Salah satunya, memberi izin kepada para pejuang itu untuk keluar dari terowongan menuju wilayah Gaza secara aman dengan syarat menyerahkan senjata mereka.

Ada pula ide lain yang disebut-sebut tengah dipertimbangkan, yakni memindahkan para pejuang Hamas tersebut ke negara ketiga setelah mereka keluar dari Rafah.

Menurut sumber-sumber Israel, tekanan AS bisa memaksa Tel Aviv untuk menunjukkan sikap yang lebih lentur dalam menghadapi persoalan ini.

Sikap Hamas: “Tidak ada kamus untuk menyerah”

Hamas menolak tegas kemungkinan menyerahnya para pejuang di Rafah.

Gerakan itu menegaskan bahwa mereka tetap berkomitmen mempertahankan posisi dan menyerukan kepada para mediator agar mencari solusi yang tidak mengorbankan prinsip perlawanan.

Dalam pernyataannya kepada Al Jazeera, pimpinan Hamas Ismail Ridwan menegaskan bahwa pihaknya telah memberitahu para mediator tentang kesiapan untuk mengevakuasi para pejuang dari area yang dikuasai pasukan Israel di balik garis kuning.

Namun, ia juga memperingatkan bahwa Israel akan memikul tanggung jawab penuh jika terjadi eskalasi baru akibat upaya penyerbuan.

Brigade al-Qassam pun mengeluarkan peringatan pada Minggu lalu bahwa setiap serangan terhadap para pejuang di Rafah akan dibalas.

“Penyerahan diri tidak ada dalam kamus kami,” tegas pernyataan resmi kelompok itu.

Jejak diplomasi Turki

Turki juga disebut memainkan peran penting di balik layar. Kantor berita Reuters mengutip seorang pejabat tinggi Turki yang mengatakan bahwa Ankara telah berperan dalam memfasilitasi pemulangan jenazah Hadar Goldin ke Israel.

Pejabat tersebut menambahkan bahwa pemerintah Turki kini tengah berusaha membuka jalur aman bagi sekitar 200 pejuang Palestina.

Mereka masih berada di dalam terowongan di Gaza, mengisyaratkan bahwa mereka adalah para anggota Hamas yang terperangkap di Rafah.

Menurut sumber itu, keberhasilan Ankara dalam memediasi pemulangan jenazah Goldin memberi dasar bagi upaya diplomasi berikutnya.

Yaitu, menyelamatkan para pejuang yang kini hidup di bawah tanah, di tengah reruntuhan kota yang hancur total.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Terpopuler