Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan penolakannya terhadap solusi politik untuk konflik dengan Palestina, dengan menyebut gagasan pembentukan negara Palestina sebagai bentuk “kekalahan dan penyerahan diri.”
Dalam pidato yang disampaikan Rabu (13/8) di sebuah acara yang diselenggarakan oleh media konservatif Amerika, Newsmax, di Yerusalem, Netanyahu menyatakan bahwa Angkatan Bersenjata Israel (IDF) selama bertahun-tahun telah secara “sistematis” meninggalkan semangat untuk meraih kemenangan.
Berbicara dalam bahasa Ibrani, Netanyahu mengkritik keras para mantan pejabat tinggi keamanan yang menurutnya “menyerah pada tekanan internasional” dan mulai mendukung solusi diplomatik, bukan pendekatan militer.
“Satu kata telah hilang dari kamus IDF — dan kata itu adalah ‘kemenangan’,” ujarnya.
Kritik terhadap mantan pejabat keamanan
Netanyahu secara khusus menyindir para mantan pejabat militer dan intelijen yang menurutnya telah kehilangan keyakinan terhadap pendekatan militer. “Setelah mereka pensiun… sesuatu berubah. Secara sistematis, mereka meninggalkan gagasan kemenangan,” katanya, sembari mengungkapkan rasa sesalnya atas perubahan sikap orang-orang yang dulu ia hormati.
Pernyataannya muncul setelah 19 mantan pejabat tinggi keamanan Israel merilis video bersama yang menyerukan diakhirinya perang di Gaza. Mereka menilai konflik sudah terlalu lama berlanjut dan tak lagi berdasarkan pertimbangan strategis, melainkan kepentingan politik.
Penolakan gagasan negara Palestina
Netanyahu dengan tegas menolak gagasan dua negara sebagai solusi atas konflik Palestina-Israel. “Ide tentang solusi politik, negara Palestina, hanyalah istilah lain untuk kekalahan. Itu tidak akan terjadi,” tegasnya. Menurutnya, dukungan internasional terhadap solusi ini adalah bentuk “fatamorgana” yang justru membahayakan eksistensi Israel.
Dalam pidatonya, Netanyahu juga mengaitkan perjuangan Israel dengan apa yang ia sebut sebagai “pertempuran peradaban melawan kebiadaban.” Ia menuding mahasiswa-mahasiswa di kampus-kampus Amerika Serikat telah “termakan propaganda Hamas” karena menyuarakan dukungan terhadap Palestina.
Ia juga merujuk pada insiden berdarah di kota Sweida, Suriah, yang dihuni mayoritas warga Druze, dan mengklaim bahwa pasukan Israel turut menghentikan pembantaian brutal oleh kelompok bersenjata. “Mereka menyiksa, memperkosa, membakar bayi — bahkan memakan jantung korban selagi mereka masih hidup,” klaim Netanyahu tanpa menyebut sumber pasti dari pernyataan itu.
Menutup pidatonya, Netanyahu menyatakan bahwa Israel adalah bagian dari “barisan pertahanan terakhir peradaban Barat.” Ia menyerukan semua kekuatan yang mendukung nilai-nilai demokrasi dan kebenaran untuk bersatu menghadapi ancaman global, termasuk Iran dan kelompok-kelompok bersenjata proksi.
“Tanpa kemenangan, tidak ada makna dari keberadaan kita di sini,” kata Netanyahu. “Kita harus menang — atau mereka yang ingin menghancurkan kita akan menang.”