Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak permintaan tim negosiasinya untuk memperluas mandat mereka, untuk memajukan kesepakatan pertukaran tawanan dengan Hamas. Demikian dilaporkan media Israel seperti dikutip Anadolu pada Selasa (19/11).
Dalam beberapa bulan terakhir, tim negosiator Israel dikabarkan menghadapi hambatan karena mandat terbatas yang diberikan oleh Netanyahu.
Keterbatasan ini dinilai menghalangi kemajuan dalam negosiasi tidak langsung dengan Hamas, menurut laporan harian Yedioth Ahronoth dan sejumlah pemimpin oposisi.
Pada awal pekan ini, Netanyahu dilaporkan bertemu tim negosiasi, tetapi menolak proposal dari Kepala Mossad David Barnea dan Mayjen Nitzan Alon—perwakilan militer dalam negosiasi.
Mereka meminta “ruang gerak lebih besar” dalam persyaratan untuk menjembatani kesepakatan terkait penghentian perang dan pembebasan tawanan.
Netanyahu tetap bersikeras mempertahankan kendali atas kawasan strategis di Gaza, termasuk Koridor Nitzarim, Philadelphi, dan perbatasan Rafah.
Ia juga menolak penghentian operasi militer sebagai bagian dari kesepakatan. Sebaliknya, Hamas mengajukan tuntutan penghentian perang total dan penarikan pasukan Israel dari Gaza.
Kebuntuan dalam Negosiasi
Yedioth Ahronoth menyebut, tanpa perluasan mandat negosiasi tidak akan menghasilkan kemajuan.
Menanggapi laporan itu, kantor Netanyahu membantahnya sebagai “kebocoran informasi palsu dan bias” yang bertujuan menekan Israel untuk menyerah pada tuntutan Hamas.
Sejak serangan lintas batas oleh Hamas pada 2023 yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera lebih dari 250 warga Israel, krisis Gaza terus memanas.
Israel mengklaim telah menewaskan hampir 44.000 orang di Gaza dalam serangan udara besar-besaran. Sementara Hamas memperkirakan sekitar 101 tawanan Israel masih berada dalam cengkeraman mereka.
Beberapa di antaranya diyakini tewas akibat serangan udara tanpa pandang bulu oleh Israel di wilayah yang padat penduduk tersebut.
Upaya mediasi yang dipimpin oleh AS, Mesir, dan Qatar hingga kini belum berhasil mewujudkan gencatan senjata ataupun kesepakatan pertukaran tawanan. Negosiasi terus mengalami kebuntuan selama berbulan-bulan.