Opini

Emonah, Kandidat “Mesin Pembunuh” Pasukan Zionist dengan Slogannya: Smile-Kill-Enjoy

Source: Middle East Eye

*Diterjemahkan tim Gaza Media*

Editor: AqlamOFR, ✍️Nafila Bachmid

Foto edited by: Nurlita

 

Awal bulan ini, pemerintah illegal “Israel” menyetujui sebuah rencana untuk membentuk “Garda Nasional” di bawah perintah langsung menteri kemanan mereka yang konservatif dan kontroversial, Itamar Ben Gvir.

Warga Palestina mengatakan bahwa pasukan tersebut akan fokus bertindak brutal dengan skema “kerusuhan” atau “sadis” untuk menteror warga sipil Palestina lainnya.

Brigade pasukan yang telah ditentang oleh tokoh keamanan senior “Israel” ini diklaim memiliki anggaran operasional satu miliar shekel (sekitar $277 juta) dan mempekerjakan sekitar 2.000 penjaga yang akan memiliki wewenang sama dengan petugas polisi Zionist lainnya.

Ben Gvir sudah mulai mempertimbangkan calon kandidat untuk memimpin pasukan tersebut sesuai dengan rencananya sendiri.

Menurut surat kabar “Israel” Haaretz, salah satu kandidat utamanya adalah Avinoam Emunah, seorang pensiunan kolonel yang dikenal “mendoktrin” tentaranya untuk menikmati pembunuhan setiap warga sipil Palestina, di lain sisi dia memiliki sikap “antipati” terhadap wanita sebagai bentuk ketaatan terhadap agama “Yahudi” yang dianutnya.

Karier militer

Di antara peran Emunah di militer adalah bertugas di Unit 101, salah satu unit militer “Israel” yang paling terkenal brutal dan sadis. Didirikan pada tahun 1953, unit ini pertama kali dipimpin oleh mantan jenderal dan perdana menteri Ariel Sharon, yang juga salah satu mesin pembunuh/teroris ternama dari Zionist terhadap warga sipil Palestina baik yang berada di Yordania maupun Mesir. Unit 101 menerapkan hukum rimba dengan serangan mendadak terhadap warga sipil dan bertindak secara brutal dengan misinya sendiri yang terselubung ketimbang mengikuti instruksi kepala staf militer oteoitas “Israel”.

Beberapa pencapaian Emunah di unit tersebut adalah pertempuran sengit terhadap warga Palestina selama Intifada Kedua, invasi Lebanon 2006, dan agresi Gaza 2014.

“Sering kali, jika anda melihat mereka (warga Palestina) melarikan diri … Bunuh saja mereka” celoteh Emunah terhadap pasukannya.

Karier militer pria berusia 43 tahun itu menempatkannya di jalur kemajuan pesat, terlepas dari pembekuan dua tahun sebagai bagian dari teguran yang dia terima saat memimpin unit Maglan, di mana seorang tentara di unit tersebut terluka parah setelah melompat dari jip yang sedang bergerak ke semak-semak sebagai upaya melarikan diri dari kejaran pejuang Palestina.

Namun demikian, Emunah pernah ditunjuk menjadi komandan sekolah komando taktis militer “Israel” dan memimpin divisi Hermon di Dataran Tinggi Golan Suriah.

 

“Yahudi” Ortodoks yang Taat

Emunah juga dikenal dengan pandangan religiusnya yang “sangat saleh” dan ortodoks. Meskipun dia berasal dari keluarga sekuler, dia seorang “Yahudi” yang taat.

Meski dinas militer, dia bersikeras menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berdoa dan mempelajari kitab suci “Yahudi”. Bahkan dia dikritik karena bersikeras untuk tetap terjaga di malam hari mempelajari teks agama sebelum misi penting dan berbahaya.

Selama memimpin operasi penyerbuan di Dataran Tinggi Golan Suriah yang diduduki, dia menolak untuk menerima seorang wanita sebagai juru bicara, dengan alasan “ketaatan dalam beragama”.

Setelah 24 tahun wajib militer pasukan darat, tahun 2021 lalu Emunah ikut promosi untuk memimpin divisi pasukan terjun payung, namun permintaan tersebut ditolak.

Sumber-sumber militer mengatakan bahwa antusiasme Emunah yang berlebihan dalam menggunakan kekuatan komandan melalui semangat religiusnya adalah alasan di balik penolakan promosinya tersebut, menurut surat kabar Arutz Sheva.

 

Slogan rasis & teror : ‘Senyum-bunuh-nikmati’

Menurut berbagai sumber, Emunah menghukum tentaranya yang kurang menggunakan kekerasan di Jalur Gaza.

Sebuah video yang tersebar ketika perang 2014 di Gaza menunjukkan celotehnya, “menjadi orang Arab kurang menyenangkan. Sering kali, anda akan melihat mereka melarikan diri … maka bunuhlah mereka saat tertangkap melarikan diri,” katanya kepada tentara dalam video tersebut.

“Senyumlah guys. Kalian harus menikmatinya (membunuh warga sipil Palestina). Cobalah untuk menikmatinya.”

Dalam sebuah artikel tahun 2015 yang diterbitkan di majalah militer “Israel”, dia dijuluki dengan moto “senyum-bunuh-nikmati” sebagai “kata-kata” untuk memacu adrenalin pasukan penjajah, menurut Haaretz. (Tonton: https://www.instagram.com/p/Cq2kYl8oMx5/?igshid=YmMyMTA2M2Y=)

Pinhas Hoshen, salah satu anggota pasukan Emunah mengakui, sang komandan bereaksi begitu emosional dan keras bilamana ada ancaman terhadap “Israel” di Tepi Barat. Namun, dia tidak pernah mengakui (abai) bahwa sebagai perwira tentara penjajah, kewajibannya di bawah hukum internasional adalah yang pertama dan terutama untuk melindungi rakyat sipil Palestina yang diduduki.

Saat Emunah keluar dari militer, jasa perjuangannya dipuji oleh anggota parlemen oposisi Matan Kahana dalam sebuah surat terbuka.

Namun, beberapa anggota parlemen Knesset “takut” dengan pernyataannya, sebagai anggota oposisi dapat menutupi sentimen anti-Palestina Emunah kepada publik “Israel” dan keberatan atas pengangkatannya juga menjadi rumit dirasakan dari berbagai pihak.

Banyak kekhawatiran di dalam internal pemukim ilegal “Yahudi” lainnya bahwa keputusan Ben Gvir – terlalu provokatif terhadap warga Palestina dengan mendirikan kelompok teror – yang akan mempolitisasi komando pasukan dan menggunakannya sebagai “milisi terselubung pribadinya sendiri”.

(nb/ofr)

83 Warga Palestina Syahid, Partai Demokrat Gaza: Israel Teroris Abad Ini!

GAZA MEDIA, JALUR GAZA – Faksi Partai Demokrat (di Jalur Gaza): “Ini adalah Genosida Terhadap Rakyat Kami yang Dilakoni Mesin Pembunuh yaitu Otoritas (“Israel”)!

Dilansir dari portal Al-I’lam Al-Markazy, Senin (13/3/2023), faksi Demokrat Pembebasan Palestina di Jalur Gaza menyatakan, rakyat Palestina alami gelombang genosida pembunuhan dan eksekusi sadis di tangan pemerintah kriminal (Israel) melalui tangan-tangan pemukim ilegal “Yahudi” yang rasis dan brutal”.

Jumlah syuhada Palestina kini mencapai 83 jiwa sejak awal tahun. Di mana 15 korban adalah anak-anak. Itu semua terjadi di bawah kendali otritas penjajah yang turut mempengaruhi kebijakan politik pemerintahan di Tepi Barat bahkan di pusat ibukota Al-Quds.

Gelagat genosida ini menjadi judul umum praktik pasukan penjajah lancarkan aksi terornya di seluruh wilayah Tepi Barat. Tanpa ragu-ragu mereka hiraukan kecaman masyrakat luas, undang-undang dan keputusan legitimasi internasional.

Yang paling berbahaya dari semua permasalahan ini – ungkap Faksi Demokrat- adalah konsistensi “Otoritas Palestina” dengan narasi palsu berlindung di bawah ‘ketiak’ Amerika Serikat. Bertindak hanya dengan kata-kata “mengecam” dan “mengutuk” berkedok politik belaka, sehingga aksi terorisme dan genosida terhadap rakyat-yang menjadi hal utama yang perlu diselesaikan malah terhalang (nihil).

Faksi Demokrat kritik kebijakan “Otoritas Palestina” yang hanya diam berpuas diri dengan mengeluarkan pernyataan omong kosong dan “mengemis”. Bertahan dengan cara lama mengadu ke Dewan Internasional (PBB) agar menarik pengakuan penjajah (Israel) di kancah infernasional. Seperti, hentikan hubungan diplomatik, kerjasama bidang keamanan, bahkan “Pertemuan Ekonomi Paris” maupun bea cukai terpadu adalah kedok politik yang malah melukai harapan rakyat.

Front Demokrat tuntut pimpinan politik Otoritas Palestina dan Komite Eksekutif segera memikul tanggung jawab dengan serius berdasarkan hukum dan moral demi rakyat dan hak kepentingan nasional bersama melalui langkah strategis yang praktis dan bernas. Termasuk penarikan dari jalur keamanan Aqaba-Sharm El-Sheikh yang belum dikonfirmasi. Itu mendahului tujuan diadakannya Otoritas Palestina dalam meminimalisir perselisihan berdarah terhadap rakyat Palestina melalui tangan pasukan penjajah dan para pemukim ilegal “Yahudi” di Tepi Barat khususnya.

Kerja keras lindungi pejuang dan pemuda bersenjata di Tepi Barat, bentuk kepemimpinan nasional yang bersatu, efektif dan saling sinergi mempersenjatai diri terapkan strategi tempur, fasilitasi para pemuda perlindungan diri dan turut terjun konfrontasi di lapangan, serta unsur keteguhan dan ketabahan menangkis serangan pasukan penjajah adalah cara mendesak yang sangat diperlukan untuk saat ini.

“Kepada seluruh rakyat Palestina di semua lini, mari satukan aksi perjuangan dengan mempersiapkan srrategi seluas-luasnya, kecam segala bentuk kejahatan penjajah atas praktik genosida mereka dengan cara tingkatkan ketabahan dan pengetahuan. Masif lakukan konfrontasi, dan peliharalah (hormati) darah para syuhada yang telah mengorbankan jiwa mereka untuk negeri ini.” Faksi partai Demokrat menyimpulkan pernyataannya.

Source: Al-I’lam Al-Markazy

 

Translator/Editor: ofr/mhg

Gaza Media Agency

Perjuangan Wanita Palestina Melahirkan Di Balik Jeruji Besi Penjara Zionist

Penulis: Nurlita Sari
Peserta International Conference On Palestine Kuala Lumpur, Malaysia.

Inilah kisah seorang wanita Palestina asal Gaza, Samar Sbaeh (41 tahun) yang menjadi korban penangkapan secara brutal pasukan Zionist di tengah kondisi kandungannya berusia satu bulan.

Samar telah menghirup udara bebas. Bulan Februari lalu ia mendapat kesempatan berbicara di depan para aktivis kemanusiaan Palestina pada forum International Conference On Palestine Kuala Lumpur yang diselenggarakan di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia untuk berbagi kisah, pengalaman dan perjuangannya saat melahirkan di balik kelamnya jeruji besi penjara Zionist Israel.

Pasukan Zionist menangkap Samar tanpa tuntutan yang jelas dengan menempatkannya di ruang isolasi khusus. Samar disiksa secara fisik tanpa mendapat perawatan medis yang memadai. Inilah cara para penjajah menyiksa tawanan Palestina. Tidak memandang laki-laki, perempuan ataupun anak-anak. Bahkan hingga menjelang kelahiran bayinya, Samar mendekap dengan kondisi kaki dan tangan yang terikat.

Kekerasan fisik yang diterima Samar belum berakhir. Dengan kondisi sulit dan menahan rasa sakit, Samar ditekan secara psikis oleh petugas medis Zionist yang terus menyebutnya teroris. Tidak bisa dibayangkan bagaimana kekejaman para sipir menyiksa wanita yang sedang mengandung tanpa mendapat pelayanan medis yang cukup. Itu semua tidak berlaku untuk Samar dan beberapa wanita Palestina yang tengah mengandung dan berada di bawah siksaan sipir penjara Israel lainnya.

Saat melahirkan, Samar menolak diberikan anestesi dengan pertimbangan takut tidak sadarkan diri, sehingga ia menjalani operasi Caesar dalam keadaan sadar.” Setelah melahirkan, Samar bahkan tidak diperbolehkan memeluk dan mencium sang buah hati. Kondisi ini diperburuk setelah bayinya lahir, penyiksaan dan tekanan fisik terus-menerus dilayangkan oleh sipir Zionist.

“Sipir penjajah bahkan tidak memperbolehkan anak saya keluar mendapatkan cahaya matahari dan berusaha mengubur masa kanak kanaknya. Ia juga tak bisa mendapatkan air bersih meskipun untuk mandi,” kata Samar menjelaskan.

Samar dibebaskan pada 17 Desember 2007 bersama anaknya. Dan itulah pertama kali Samar melihat cahaya matahari hari kebebasan. Karena bertahun-tahun ia dikurung di ruangan yang sempit dan gelap tanpa cahaya.

“Mereka (para Zionist penjajah) tidak memperbolehkan saya mendapatkan perhatian yang cukup dari ibu. Tapi lihat saya sekarang. Para penjajah tidak bisa membungkam mimpi saya!! Mereka tidak akan bisa menghilangkan tekad dan perjuangan Ibu saya. Alhamdulillah, saya sekarang sehat, pintar, dan telah menghafal 25 Juz Al-Qur’an,” kata Bara, anak Samar yang beranjak remaja.

Untuk diketahui, saat itu tidak hanya Samar yang ditawan dalam keadaan hamil, 10 tawanan perempuan Palestina lainnya juga mengalami hal yang sama. Keadaan hamil tidak menjadi alasan bebas dari siksaan atau keringanan hukuman oleh pengadilan otoritas penjajah, namun lebih berat dan kejam dari yang dibayangkan.

Dari kisah ini, kita ucapkan hormat setinggi tingginya untuk perempuan-perempuan tangguh yang sudah berjuang demi kemerdekaan bumi para nabi, Palestina. Perjuangan ini tidak boleh terputus hanya di mereka saja. Kita sebagai perempuan muslim di Indonesia yang tidak pernah mengalami kisah seperti mereka harus tetap mewarisi semangat terus belajar demi melahirkan dan mendidik generasi yang lebih baik kedepannya. Tetaplah menjadi barisan terdepan untuk mengawal perjuangan pembebasan bumi Palestina. (nrs/ofr)

Nge-Bakso Eps. IV, Waspada 4 F! Program Zionist Yahudi Hancurkan Pemikiran Pemuda Muslim

Di dalam surah Al-Isra’ (17), Allah ta’aalaa banyak membahas tentang Bani Israil, secara khusus pada ayat 2 sampai ke 8, dan akan disambung kembali pada beberapa ayat berikutnya. Hal ini perlu kita ketahui untuk mempelajari skenario nasib Yahudi di akhir zaman.

Baca surah Al-Isra ayat 5-8
Terjemahan bebasnya akan kita bahas pada kesempatan berikut:

Faidzaa jaa a wa’du uulaahumaa
Fa dalam bahasa kadiah Bahasa Arab adalah adatu syarat dan ia memerlukan jawabu syarat. Artinya, apabila datang janji pertama maka Kami kirimkan kepada kalian (Yahudi) (alaikum, makna yang disertakan kewajiban, kesulitan dan cobaan) hamba-hamba Kami yang perkasa, lalu mereka merajalela di kampung-kampung.

Namun saya pribadi, dari literasi yang saya baca, kehancuran Yahudi dari hamba-hamba ini terjadi pada masa Nabi Muhammad Saw. saat Nabi Saw berhasil mengusir suku Yahudi yang licik dari Madinah hingga keberhasilan khalifah Umar Bin Khattab membebaskan Baitul Maqdis dari genggaman Romawi saat itu. Setelah Bani Israil ini hancur, Allah berjanji untuk memberikan mereka kesempatan untuk berbuat kebaikan.

Teman-teman harus mengetahui, keunikan orang-orang Yahudi adalah mereka memiliki darah keturunan dari jalur ibu. Karena dalam Islam nama anak biasanya disandingkan ke nama ayahnya, seperti Muhammad bin Abdullahh, Umar bin Khattab, Khalid bin Walid, dsb.

Dan Allah ta’aalaa memberikan mereka (orang Yahudi) kesempatan hidup untuk menguji mereka (orang-orang Yahudi). In ahsantum ahsantum lianfusikum apabila kalian berbuat baik maka kebaikan itu untuk kalian, wa in asa’tum falahaa apabila kalian berbuat buruk maka kalian akan menanggungnya.

Ini adalah bentuk kasih sayang dari Allah ta’aalaa. Faidzaa jaa a wa’dul aakhirati dan apabila datang perjanjian Allah yang kedua.

Nah di sinilah letak ayat yang menariknya teman-teman! Inilah kuncinya! apakah Yahudi itu bisa dikalahkan? Dan bagaimana langkah untuk merebut kembali kemenangan umat Islam.

Liyasuu wujuuhakum
Prof Abdul Fatah Aluwaisi menafsirkan ayat ini, menunjukkan bagaimana membongkar buruknya citra/image kebobrokan orang-orang Yahudi di akhir zaman. Di zaman saat sini adalah kesempatan kita untuk berkiprah. Saa a yasuu u artinya adalah jelek secara maknawi. Seperti yang kita lihat media masa yang begitu masif tersebar saat ini membungkus kekejeaman mereka (Zionis Yahudi) dengan wajah kemewahan. Maka tugas kita adalah membongkar itu semua. Kebobrokan akhlak dan image mereka secara tidak langsung adalah kehancuran bagi mereka.

Peringatan Nakbah (15 Mei 1948), adalah salah satu momen bagi kita untuk bisa memperingati bagaimana brutalnya Zionis Yahudi membunuh dan mengusir paksa warga Palestina dari tanah kelahirannya.

Dengan mengedukasi diri, mempelajari metodologi Al-Quran, serta mengingat tanggal-tanggal penting perjuangan dan duka warga Palestina, adalah salah satu cara sederhana kita untuk ikut memperjuangkan Palestina dan Masjid Al-Aqsa.

Wa liyadkhulul masjida kamaa dakhaaluuhu awwala marrah,
Kunjungilah masjid Al-Aqsa, itu penting. Kita mendengar ada beberapa pendapat mengharamkan mengunjungi Masjid Al-Aqsa karena masih berada di bawah kekuasaan Israel. Paling tidak sekali dalam seumur hidup, kita mesti mengunjungi Masjid Al-Aqsha, mentadabburi bagaimana bentuk perjuangan kita dalam memperjuangkan Masjid Al-Aqsa dan mengenal para Murabithin, mereka adalah warga Palestina yang siap 24 jam menjaga kehormatan masjid Al-Aqsa.

Ayat ini juga menunjukkan isyarat bahwa kemenangan Palestina dan Masjid Al-Aqsha adalah untuk mereka yang cinta kepada masjid. Sebagaimana almarhum Koh Steven Indra Wibowo menyebutkan, surah Al-Isra ayat 1 ini adalah tanda penting bagaimana Allah ta’aalaa menggabungkan masjid sebagai tameng utama kita dalam membebaskan masjid Al-Aqsha dan membangun mawrah umat. Orang-orang yang senantiasa mmengerjakan shalat lima waktunya di masjid, dan cinta dengan kemamkuran masjid, maka dipastikan mereka sebagai pembangkit semangat perjuangan bagi agama Islam.

Waliyutabbiruu maa ‘alaw tatbiiraa
Maka keangkuhan mereka (orang Yahudi) akan dihancurkan sehancur-hancurnya.

Tambahan dari ustadzah Jinan: pilihan memilih yang baik dan buruk bagi orang-orang Yahudi akan terus ada hingga saat ini, namun jika keburukan yang terus mereka pertahankan, maka siap-siaplah, kebinasaan akan menimpa mereka.

Di dalam bahasa Arab, kata sa pada awal fi’il (kata kerja), contoh sa yadzhabu menunjukkan sesuatu yang segera dan pasti. Tapi bukan berarti ayat ini memberikan pemahaman kepada kita untuk biasa-biasa dan enteng-enteng saja menunggu kemenangan itu. Justru ayat ini adalah bocoran tentang kelemahan mereka (kaum Yahudi) dan menjadi semangat untuk kita bergerak berlomba-lomba merebut keutamaan yang terdapat di dalam kandungannya. Seperti yang dialami oleh Nabi Saw. pada saat menghadapi perang yang begitu dahsyat di masa dakwahnya, maka kini adalah pilihan bagi kita untuk mengambil kesempatan emas tersebut.

‘asaa rabbukum an yarhamakum
Mudah-mudahan Tuhan kalian (wahai Bani Israil) masih memberikan kasih sayang (rahmat-Nya) kepada kalian

Wa in ‘udtum ‘udnaa
Apabila kalian (Bani Israil) kembali melakukan kerusakan tersebut, maka tunggulah janji Kami..

Wa ja’alnaa jahannama nashiiraa
Nashiira adalah majas dari kata karpet, menyebutkan bagaimana ganasnya karpet neraka Jahannam bagi mereka yang mengingkari janji Allah.

Wallaahu a’lam bishowwaab.

Tanya Jawab
Pertanyaan dari Ogi,,
Bagaimana motivasi bagi kami, kaum muda untuk melawan masifitas Zionis Yahudi yang merongrong mindset generasi muda?
Ust. Husein: Orang-orang Gaza sering menyebutkan:
Al-kibaaruu yamuutuun, wa shigaaruu yanuusuun
Orang-orang tua akan mati, dan orang-orang muda muda lupa.

Senjata utama umat Yahudi adalah 4 F
Food = makanan (hanya mengikuti trend), tidak memandang halal haram,

Fashion = gaya hidup (pakaian), saat ini kita melihat fashion itu terbalik. Membutakan pola pikir kita anak muda. Ini adalah salah satu senjata pemusnah masal yang sengaja diagendakan Zionis Yahudi untuk menghancurkan generasi kaum muda.

Film = Movie fiksi, ilmiah dengan konten-konten rusak merupakan racun yang menggerogoti kita dan berusaha menggiring masyarakat untuk menerima LGBT.

Fun = Kesenangan yang membuat hati keras. Itu semua adalah senjata pemusnah masal untuk menghancurkan akidah kita umat Islam.

Pertanyaan dari Bisma: terkait fenomena Palestina merdeka via media, apakah itu strategi untuk mendapatkan perhatian dunia khususnya umat muslim?
Itu berita hoax, Palestina belum merdeka
Misi-misi kita adalah membuka kebobrokan Zionis melalui media. Silahkan bergabung dan berkontribusi bersama kami di Gazamedia.net.

Terima kasih kepada teman-teman yang sudah hadir pada Nge-Bakso Eps IV kali ini. Mudah-mudahan bermanfaat dan sampai bertemu di episode selanjutnya.

Ngebakso Eps. III, Spoiler Nasib Yahudi di Akhir Zaman

GAZAMEDIA, BOGOR– Berikut adalah catatan Ngobrol Bebas Perkara Al-Aqsa (‘Nge-Bakso’) episode III bersama ustadz Husein Gaza dan Ustadzah Jinan Muslim. Tulisan berikut merupakan hasil dikte penulis dalam memaparkan penjelasan dari pembicara. Banyak kekurangan dan beberapa kalimat yang belum sempurna. Mudah-mudahan esensi dan hikmah yang dipaparkan bisa memberikan kontribusi kepada pembaca.

Husein Gaza, “Seperti biasa, kita akan membahas Al-Aqsa, maka kita menjadikan Al-Quran sebagai referensi, Surah Al-Isra’: Ayat 1-6. Saya akan flashback secara singkat penjelasannya. Ayat pertama Allah ta’aalaa menjelaskan kepada kita perjalanan Isra’ Mi’raj yang terjadi 2 tahun sebelum hijrahnya Nabi Saw, pada malam hari di hari Jumat dari masjidil Haram ke Masjidil Al-Aqsa. Di mana Allah ta’aalaa menunjukkan kebesarannya.

Kemudian ayat kedua Allah memberikan petunjuk kepada Bani Israil berupa kitab bahwa tidak ada yang berhak disembah kecuali Allah. Ada perbedaan dasar pada ayat satu dua dan tiga, di mana 3 nabi yang mulia, Nabi Muhammad, Nabi Musa dan Nabi Nuh. Surah ini juga dinamakan Isra atau juga Bani Israil. Bani Israil adalah anak keturunan Nabi Yakub dan umat Nabi Musa yang lari dari kekejaman Firaun.

Ciri akhir pada surah Al-Isra dia diakhiri pada setiap ayat dengan huruf alif, (1) innahuu huwassaamii’un bashiiraa, (2) …..wakiillaa, (3)….syakuuraa
Siapa sih yang paling berkepentingan dalam merebut masalah di Palestina. Adalah kelompok Zionist. Sebagaimana lambang bendera ‘Israel’.

Kemudian kita lanjut pada ayat, Dzurriyatan man hamalna ma’a nuuh. Kenapa Allah mention Nabi Nuh? Karena Nabi Nuh adalah hamba yang sangat bersyukur. Ayat ini seolah ‘menggeplak’ Bani Israil bahwa Nabi Nuh atau Noah adalah panutan yang perlu diikuti.
Wa qadhainaa ilaa banii israaiil fil kitaabi latufsidunna fil ardhi marratain.
Dan telah Kami tetapkan kepada Bani Israil bahwa mereka akan membawa kerusakan…..,
Karena pada masa itu, Allah ta’aalaa memberikan kelebihan pada Bani Israil berupa kemajuan teknologi dan pemikiran sebagai ujian bagi mereka. Dan kapan marratain (kedua kali) itu terjadi? Para ulama mufassirin berpendapat, kerajaan Yahudi pernah dihancurkan dan terjadi pada masa Nabi Sulaiman dan Babilonia. Kedua pada masa Nabi Muhammad, saat mereka (Yahudi) menguasi pasar-pasar di Madinah (Bani Qainuqa, Bani Khuraizah…) dan memberi pengaruh pada 2 kerajaan besar saat itu, Romawi dan Persia.

‘ibaadanl lanaa dimaksud dengan para sahabat Rasulullah yang berhasil menaklukan Al-Maqdis.

Tsumma radadnaa lakum….. kemudian kami berikan kesempatan kepada kalian, dan kami bantu kalian dengan harta dan keturunan, dan menjadikannya masyarakat yang banyak keturunannya.

 

Aktsara nafiiraa menunjukkan banyaknya simpatisan yang mendukung tujuan mereka (yahudi) tanpa arah dan tujuan yang jelas.
…..
Sesi Pertanyaan.
Hanisa Asma, dari Bekasi
Mengenai Zionisme, tidak semua orang Zionisme itu Yahudi, lalu bagaimana cara kita membedakan mana orang Yahudi yang baik dan Yahudi yang buruk?

Ust. Husein: Tidak perlu menjadi Yahudi untuk menjadi Zionis. Orang Yahudi yang menolak tinggal di Palestina, berarti dia bukan Zionis. Di sisi lain, semua orang Yahudi yang hijrah/eksodus ke Palestina, sudah dipastikan mereka adalah Zionist. Meskipun secara kasat mata mereka baik, bersahabat, namun itu bukan patokan. Karena di Al-Quds Tepi Barat, orang-orang ‘Israel’ berusaha senyum untuk memanipulasi simpatisan umat Islam atau turis yang berkunjung dengan tujuan ‘menghalalkan’ kekejaman mereka. Dan seluruh umat Yahudi pendatang di Palestina mereka tahu bahwa mereka mengambil hak milik warga Palestina.

Seperti kita ketahui, platform Nas Daily yang menyebutkan, ada beberapa orang Palestina yang memegang pasport Israel dan tinggal wilayah jajahan 48.
Perlu kita cermati hal ini juga terjadi sebagian pada orang-orang Palestina namun jumah mereka sangat sedikit. Ada juga yang mendapat paspor Israel tapi di hati mereka menangis akan hal ini. Karena dipaksa dan tidak ada pilihan lain.

Pertanyaan 2: Ibu Imra dari Aceh
Bagaimana memahami maksud ayat Surah Al-Maidah ayat 21?

Bani Israil pada ayat ini bukanlah beragama Yahudi, tetapi Allah memerintahkan Bani Israil ke Palestina pada saat mereka menganut agama Islam. Dan Yahudi terkenal dengan umat penakut

Pertanyaan 3: Lutfiyah Al-Qounati

Bagaimana cara kita untuk bisa menshare edukasi tentang Al-Aqsha di sosial media?
Ustadzah Jinan: kita memerlukan gerakan yang lebih masif. Dan melibatkan banyak aktivis. Dr. Abdul Fattah Al-Uwaisi (spesialis pakar ke-Palestinaan) mencatat ada 3 cara membebaskan Palestina dari cengkraman penjajah yang disebut dengan Al-Mutsallats At-Tahrir (Segitiga Pembebasan). Pertama, Pembebasan Pemahaman (At-Tahrir At-Tafkiiri), artinya memberikan edukasi, mencari, membaca dan menshare informasi berupa sejarah dan enslikopedia Palestina, darinya akan tumbuh rasa cinta. Sebagaimana hadits: Allah menetapkan hamba-hamba pilihannya di Syam (termasuk Palestina). Dengan hadits ini bisa memberikan kita motivasi untuk semangat mempelajari ilmu agama Islam dan sejarah khusunya. Kedua adalah Pembebasan Politik (kolaborasi, sinergitas), dan ketiga dengan Pembebasan Senjata (At-Tahrir ‘Askariy).

Bagi teman-teman yang ingin share informasi Al-Aqsa dan catatan ‘Nge-Bakso’ bisa lihat tulisan terbaru di Gazamedia.net

Sekian diskusi kita hari ini, sampai ketemu di Ngobrol Bebas Perkara Al-Aqsha selanjutnya ya.

Birruuh biddaam nafdiika yaa Aqshaa

Waallaahu a’lam bishshawwaab.

 

Perempuan Pejuang Al-Aqsha: Ustadzah Zena Said, MA

Penulis: Yani Nuraeni

GAZAMEDIA, – Kisah pejuang wanita Palestina yang bertahan hidup dalam penjajahan bertahun-tahun lamanya demi memperjuangkan kiblat pertama umat Islam, pejuang itu Ustadzah Zena Said beliau merupakan guru Majlis Taklim di Masjidil Aqsha. Zionis Israel menggunakan berbagai cara untuk menjadikan impian kota Al Quds menjadi milik mereka, dengan memiliki ciri-ciri keyahudian, menjadikan kota Al Quds kota “Yahudi” semata, begitulah impian “Yahudi”.

Penyerangan yang dilakukan Zionis “Israel” membuat kondisi Palestina buruk, berbagai penderitaan yang dialami di Al Quds, tidak dapat digambarkan karena nyatanya lebih dari apa yang digambarkan. Zionis yang sengaja mempersulit aktivitas kehidupan warga di kota Al Quds, serta kondisi sosial yang sengaja dihancurkan, penghancuran rumah, pelecehan terhadap perempuan dan anak-anak menjadi pihak yang terpengaruh dengan kondisi ini tidak mendapat tempat yang teduh dan nyaman.

Tak hanya permasalahan penghancuran rumah, kisah Ustadzah Zena Said yang selalu khawatir ketika mengantarakan anaknya ke sekolah, khawatir bisa pulang atau tidak, yang dialaminya Zionis menangkap anaknya di penjara 10 tahun lamanya, beliau hanya berharap anaknya bisa pulang dengan kondisi syahid, kondisi terhormat, dibandingkan pulang dengan kondisi tak bermoral. Zionis sengaja menargetkan moral aqidah, agar mereka rusak dan tidak melanjutkan perjuangannya, menjadi sosok manusia yang tidak berguna yang menjadi sampah masyarakat, dan Zionis berupaya menyebarkan Narkoba kepada anak-anak dan pemuda.

Para perempuan, para murobithun menjadi target Zionis, perempuan disana waktu luang dimanfaatkan dengan mengadakan Majlis Taklim di Masjidil Aqsha, namun Zionis marah dan berusaha untuk melenyapkan para perempuan disana, karena para perempuan yang mengadakan Majlis Taklim itu menjadi penghalang mereka untuk menjadikan Haikal Sulaiman di atas Masjidil Aqsha.

Ustadzah Zena Said, mengalami tindak kekerasan yang dilakukan oleh Zionis pertama kali pada tahun 2014 karena maksa untuk masuk ke Masjidil Aqsha. Beliau mengalami patah rahang gigi dan pipi beliau sobek karena dipukul oleh senjata, di beberapa tahun berikutnya kepalanya sampai terluka karena di serang, terjadi juga dengan anak-anak dan suaminya, selain itu mendapatkan ancaman rumah dirobohkan, dan sudah dirobohkan sebagian, sempat dilarang masuk juga ke Masjid Al-Aqsha 4 tahun, padahal posisi rumah dekat dengan Masjid Al-Aqsha.
Ustadzah Zena Said hidup sendirian di kota Al Quds, saudara keluarga yang lain tinggal di luar Al Quds. Keluarganya tidak bisa masuk padahal hanya berapa km, ini disebabkan karena adanyanya tembok rasial. Zionis melarang renovasi, tidak memberikan izin membuat rumah, warga disana terpaksa memasang tenda di tanah mereka, demi tetap berada di tanah mereka.

Ditengah segala kesulitan yang dialami para pejuang Al-Aqsha, para perempuan disana berusaha mendidik anak-anaknya dengan baik. Para perempuan mengkhawatirkan anak dan suaminya apakah bisa pulang atau tidak karena ditangkap, mengkhawatirkan rumah. Namun yang lebih mereka khawatirkan adalah tempat Isra’ Mi’Raj Rasulullah SAW yaitu Masjidil Aqsha, karena itu adalah amanah Rasulullah SAW dan mereka menjaganya melebihi anak, suami, dan rumah mereka.

“Kami akan tetap teguh kokoh bertahan, bersumpah kepada kita, saudara kita di Al Quds akan tetap bertahan dengan apapun yang akan di alami, sehingga suatu saat datangnya kemenangan, yang in syaa Alloh kemenangan itu dekat. Hendaklah umat Islam di seluruh dunia mengarahkan arah perjuangan mereka ke Baitul Maqdis karena itu dalam kompas perjuangan umat Islam saat ini.” Ucap Ustadzah Zena Said.

Mereka bukan membutuhkan bantuan materi, tapi mereka membutuhkan agar bagaimana caranya agar mereka bisa merdeka dari cengkraman penjajahan ini, dan mereka berharap semua Muslim laki-laki dan perempuan mempersiapkan agar kita sampai ke fase berikutnya, fase kemenangan, menguatkan perspesi bahwa kita akan menang in syaa Allah dengan waktu yang dekat, beliau menunggu kedatangan kita di halaman Masjid Al-Aqsha dalam kondisi Masjid Al-Aqsha sudah dibebaskan dan kita sama sama sholat di sama, dan in syaa Allah tidak ada yang sulit bagi Allah.

Sumber: Duka Perempuan dan Anak Al-Quds, Duka Kita. Channel Youtube Rasil TV

Editor: Ofr

Bennett Hentikan Program Netanyahu, Kembalikan Bashar al-Assad ke Liga Arab?

GAZAMEDIA, – Surat kabar Ibrani, “Israel Hayom” edisi hari Ahad (3/4/2022) mengungkapkan, Perdana Menteri “Israel”, Naftali Bennett baru-baru ini menghentikan inisiatif regional semangat PM pendahulu, Benjamin Netanyahu dengan berencana membawa Presiden Suriah, Bashar al-Assad dan rezimnya ke Liga Arab.

Menurut surat kabar itu, gagasan inisiatif didasarkan pada rekonsiliasi internasional setelah kemenangan al-Assad dalam perang internal, yang berimbas pada penarikan pasukan Iran dari Suriah.

Klaim inisiatif itu dimunculkan pertama kali oleh “Israel” setelah pertemuan puncak diadakan tiga tahun lalu di Al-Quds yang menghadirkan delegasi Amerika Serikat dan Rusia.

Inisiatif ini didasarkan pada beberapa hal. Pertama, Assad meminta semua pasukan asing yang memasuki Suriah pada tahun 2011 untuk meninggalkan negaranya dengan alasan tidak lagi diperlukan. Kedua, mengembalikan Suriah ke Liga Arab. Ketiga, negara-negara Teluk -terutama UEA- diharap berinvestasi bantu ekonomi Suriah, bukan Iran.

Perdana Menteri “Israel” saat itu, Benjamin Netanyahu merestui inisiatif ini. Kemudian Ben-Shabbat , Penasihat Keamanan dan Kepala Staf Keamanan Nasional “Israel” mendorong negara Arab yang memiliki hubungan dengan “Israel” – termasuk kawasan Arab Teluk- dan Yordania untuk menyetujuinya.

Tujuan utama mereka adalah membebaskan diri dari beban berat jutaan pengungsi Suriah yang tersebar di beberapa negara. Mesir-pun juga mendorong inisiatif ini. Namun, “Israel” dalam hal ini tidak menghubungi pihak Assad menanyakan persetujuan inisiatif tersebut.

Surat kabar “Hayom” melanjutkan: “Dengan berakhirnya perang saudara di Suriah, “Israel” menyadari pada saat itu pemerintahan Assad harus menerima keadaan (fait accompli) yang hanya dapat dukungan internasional dari Rusia.

Sistem politik yang disebut majalah Time dengan ‘Rekonsiliasi dengan Assad Mendorong Iran Keluar dari Suriah’ adalah hasil terbaik yang mungkin dilakukan. Namun sebagai akibat dari pemilihan ulang pentas politik kampanye di “Israel” serta perubahan pemerintahan Washington dan Tel Aviv, inisiatif tersebut dibekukan”.

 

Adapun Kepala Dewan Keamanan Nasional “Israel” saat ini, Eyal Kholta menerima pembaruan dari pendahulunya, Ben Shabbat tentang inisiatif tersebut. Di lain sisi, pihak Bennett memutuskan untuk tidak mempromosikannya.

Akhir-akhir ini, Bennet  mengangkat masalah itu selama pertemuan KTT di Sharm El-Sheikh, Mesir dua minggu lalu. Selain pembahasan Tripartit; forum komunikasi, konsultasi dan musyawarah tentang masalah ketenagakerjaan yang anggotanya terdiri dari unsur pemerintahahan, Bennett, Presiden Mesir, Abdel Fattah El-Sisi dan Putra Mahkota UEA, Mohammed bin Zayed disinyalir turut menyinggung tentang Assad dan menjadi perhatian mereka.

Bennett menawarkan posisi netral terhadap Assad, dan tidak menentang kemungkinan Suriah dikembalikan ke Liga Arab. Ia percaya bahwa Assad tidak dapat mengusir orang-orang Iran dari negaranya, dan karena itu inisiatif akhirnya menjadi sia-sia.

“Hayom” juga memberitakan, bahwa Bin Zayed saat ini memimpin langkah mengembalikan Suriah ke Liga Arab. Dengan demikian UEA memberikan tekanan pada semua pihak melihat Assad sebagai satu-satunya alternatif yang tersisa untuk memimpin Suriah, tidak ada figur lain karena semua alternatif lebih buruk daripada dia. [ml/as/ofr]

Koran Turki Era Ottoman Dukung Persatuan Umat Hindu-Islam di India*

GAZA MEDIA, ANKARA — Bersama dengan publikasi dokumen digital surat kabar era akhir Kekaisaran Ottoman oleh pemerintah dan NGO Turki, kini masyarakat makin menambah pengetahuan baru tentang informasi terkait masyarakat, budaya, dan politik era Ottoman.

Di antara banyak surat kabar Ottoman yang dijangkau secara digital, Sebilurresad adalah salah satu publikasi paling populer yang meliput dan mengikuti urusan dalam negeri India.

Majalah dua mingguan itu pertama kali dimulai pada 1908 dengan nama Sırat-ı Mustakim oleh pendirinya Ebul‘ula Zeynelabidin dan H. Esref Edip dan Mehmet Akif sebagai pemimpin redaksi.

Dipaksa beberapa kali untuk menghentikan publikasi atau mengubah namanya, media itu berubah menjadi Sebilurresad pada 1912. Mehmet Akif, yang secara aktif berpartisipasi dalam perjuangan nasional Turki, dan kemudian akan menulis lagu kebangsaan Turki, adalah pemimpin redaksi Sebilurresad.

Tim editorial Sebilurresad telah melakukan perjalanan secara luas ke Asia Selatan, Timur Tengah, dan Eropa untuk memobilisasi kesadaran dan dukungan terhadap Turki.

Ketika Sebilurresad mulai terbit, hubungan Inggris-Ottoman sudah mulai menurun. Sebagian wilayah Turki berada di bawah kendali sekutu setelah Perang Dunia I.

Status dua masjid suci Mekkah dan Madinah menjadi sumber keresahan terbesar bagi komunitas Muslim di seluruh dunia, termasuk populasi Muslim yang besar di anak benua India.

Mereka telah mendirikan sebuah organisasi seperti Anjuman Khuddam-e-Kaba (Majelis Pelayan Kaba) dan Gerakan Khilafat India, untuk menuntut perlindungan tempat-tempat suci Islam.

Daftar panjang masalah politik tentang India-Turki

Ketika koresponden Sebilurresad mulai meliput urusan internal India, mereka menemukan daftar panjang masalah politik yang menyangkut masa depan India dan Turki.

Abdurreshid Ibrahim, SM Tevfik, Ahmed Halil, Ashraf EdipOmer Riza Dogrul dapat dilihat di antara kontributor urusan India di Sebilurresad.

Abdurresid ibrahim telah melakukan perjalanan ke India, dalam perjalanan ke Jepang pada 1908 dan telah menerbitkan pengamatannya di Sirat-i Mustakim” dan kemudian di Sebilurresad, ketika namanya diubah.

Dalam salah satu suratnya dari India, dia menulis: “Jika saya mengatakan India adalah tempat paling suci di dunia, itu tidak salah. Nabi Adam dikatakan telah mendarat di dekat India di Srandip (Sri Lanka).

Penulis biografi Arab Abdirresid Ibrahim Salim Muhammad menggarisbawahi sarannya bahwa kemerdekaan India harus diperjuangkan bersama oleh Muslim dan Hindu.

Abdurresid Ibrahim menulis artikel panjang pada 1922 untuk menganalisis perjuangan kemerdekaan India.

Dalam artikel ini, pertemuan Kongres Nasional India pada 1921 Ahmedabad mendapat perhatiannya, karena diadakan di bawah Presiden Muslimnya, Hakim Ajmal Ahmad Khan. Dia menemukan ini sebagai pesan kuat persatuan semua orang India melawan pemerintahan Inggris.

Dalam artikel ini, dia menulis: “India adalah negara dengan keragaman terbesar agama, bahasa, dan keyakinan; namun, perpecahan mereka akan merusak impian kemerdekaan mereka. Persatuan yang ditunjukkan oleh orang India dari semua agama dalam Gerakan Khilafat India adalah sebuah contoh.”

Setelah Abdurresid Ibrahim, SM Tevfik banyak melakukan perjalanan ke kota-kota India antara tahun 1912-1913 dan menerbitkan buku perjalanannya dalam 37 bagian berjudul Hind Yolunda (Dalam Perjalanan ke India).

Sebilurresad dikatakan sebagai majalah politik Ottoman yang konservatif. Ini menjadikannya pemahaman yang unik tentang hubungan kompleks antara Islam, nasionalisme, dan identitas Muslim.

Kekaguman mereka yang besar terhadap para pemimpin India dan cendekiawan Islam India, termasuk Rabindranath Tagore, Mahatma Gandhi, Maulana Abul Kalam Azad, Muhammad Ali Jauhar, Shaukat Ali, Shibli Nomani, dan banyak lainnya menunjukkan pemahaman yang unik.

Pujian untuk Maulana Azad

Sebilurresad, ketika meliput urusan India, tidak tahu bahwa India dapat dibagi berdasarkan garis agama dua dekade kemudian. Bagi mereka, Maulana Azad tidak hanya seorang politikus tetapi juga seorang pemikir Islam besar yang telah menginspirasi kesadaran baru di kalangan umat Islam global.

Artikel dan pidato Maulana Azad segera diterjemahkan dan diterbitkan di Sebilurresad dan majalah lainnya. Pada periode ini, majalah mulai lebih aktif meliput urusan India.

Pidato Maulana Abul Kalam yang terkenal di sebuah pengadilan di kota Calcutta (sekarang Kolkata) mendapat banyak perhatian dan diterbitkan di Sebilurresad dan majalah lainnya. Pidatonya diterjemahkan ke dalam bahasa Turki dan kemudian diterbitkan dalam bentuk buku. Selain itu, peristiwa dari kota-kota kecil India, seperti RampurLucknowHamirpur, dan warga lainnya, mendapat perhatian jurnal.

Dari tahun 1908 hingga 1925, sekitar 500 artikel, berita, atau terjemahan dari materi terkait India diterbitkan di Sebilurresad. Di antara artikel-artikel paling awal adalah laporan Abdurresid Ibrahim, yang telah mengunjungi BombayHyderabad, dan kota-kota lain pada 1908.

Abdurresid Ibrahim adalah jurnalis dan aktivis Turki pertama yang memperkenalkan para pembaca Turkinya pada urusan politik India. Tulisan-tulisannya membantu politisi Ottoman memahami politik India lebih dekat, dan, sebagai akibatnya, minat Ottoman/Turki ke dalam urusan India meningkat pesat.

Pada tahun-tahun ini, Muslim India dibantu dengan proyek Kereta Api Hijaz dari pemerintah Ottoman dan pembangunan pelabuhan di Turki. Kegiatan India di Iran mendapat perhatian khusus di media.

Ada kemungkinan Abdurresid Ibrahim juga pernah bertemu Rabindranath Tagore dan Subash Chandra Bose selama berada di Jepang.

Sejak dimulainya Perang Dunia I pada 1914, majalah tersebut meliput urusan yang berkaitan dengan Perang, terutama posisi Muslim India. Isu politik Inggris terhadap Khilafat Ottoman dan dua Masjid Suci Mekkah dan Madinah mendapat perhatian khusus.

Di masa yang penuh gejolak itu, Gerakan Khilafat juga telah dimulai. Pada 1924, ketika Rabindranath Tagore tiba di Jepang, Abdurresid Ibrahim sudah berada di sana, dan dia mengikuti dengan seksama ceramah-ceramah Tagore dan menerbitkan laporannya tentang ceramah-ceramah Tagore dalam empat bagian.

Gerakan Khilafat diliput

Salah satu topik yang paling banyak dibahas dalam makalah ini adalah perjuangan kemerdekaan India. Kemudian gerakan Khilafat diliput secara signifikan dalam makalah-makalah ini. Subyek sejarah, budaya, dan masyarakat India juga banyak dibahas dalam banyak masalah Sebilurresad.

Politik Jepang, Pan-Asianisme, perkeretaapian Hijaz, kebijakan Inggris terhadap Mekah dan Madinah, pusat-pusat keilmuan Islam di India seperti Deoband, Nadwatul Ulama, dan karya Maulana Abul Kalam Azad, dan Allama Shibli Numani juga diliput secara signifikan.

Perjalanan Raja Mahendra Pratap Singh dan hasil Tagore juga mendapat perhatian mereka. Menariknya, berita dari kota-kota kecil seperti AzamgarhRampurHamirpurLucknowKanpur juga mendapat perhatian majalah tersebut. Bahkan prevalensi obat tradisional Persia-Arab yang dikenal sebagai pengobatan Unani di India juga mendapat perhatian SM Tevfik, yang menerbitkan laporan panjang tentang prevalensinya di India dalam edisi nomor 257 tahun 1911.

Di antara isu-isu politik, Gerakan Khilafat India, Kongres Nasional India, Gandhi, Azad, konferensi Inggris tentang India mendapat banyak perhatian.

Menurut sebuah laporan yang diterbitkan dalam Sebilurresad edisi nomor 528 tahun 1920, Gerakan Khilafat India menawarkan untuk menengahi antara orang-orang Arab dan Turki untuk menyelesaikan perbedaan mereka.

Dalam edisi 551-552, artikel rinci tentang Muhammad Ali Jauhar dan Shaukat Ali, yang dikenal sebagai Ali Brothers, diterbitkan.

Laporan itu juga mencatat bahwa Ali Brothers mendapat dukungan besar dari semua Muslim dan non-Muslim dalam politik anti-Inggris mereka. Bagi Ali Brothers, seperti Maulana Azad, dukungan terhadap Khilafat Ottoman pada masa pendudukan Inggris di Istanbul dan tempat-tempat suci Islam lainnya, Mekkah dan Madinah, tidak berbeda dengan perjuangan mereka melawan penjajahan Inggris di India.

Harapan yang menarik

Dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam edisi 286, pada Februari 1913, tentang harapan Muslim India dari Turki, koresponden Sebilurresad, SM Tevfik, memasukkan dua harapan yang menarik. Ottoman harus mengamati dan belajar dari kebangkitan Jepang. Kedua, Turki harus menjalin hubungan perdagangan yang erat dengan India dan semua negara Asia, meskipun volume perdagangannya kecil.

Dalam edisi 292 tahun 1913, Tevfik mencermati bahwa kegagalan perang pertama kemerdekaan India tahun 1857 telah membuat masyarakat India semakin peka dan sadar, khususnya umat Hindu.

Mereka menemukan bahwa pendidikan modern diperlukan untuk bersaing dengan Barat. Untuk alasan ini, umat Hindu di Kalkuta membuka sekolah dan perguruan tinggi dan mengirim anak-anak mereka ke Eropa untuk pendidikan lanjutan dalam sains dan matematika.

Dia menulis bahwa sentimen nasionalis semakin kuat di kalangan umat Hindu, sampai-sampai seorang Hindu yang bekerja di kantor Inggris mana pun ditertawakan dan dihina di depan umum. Mereka yang bekerja untuk otoritas Inggris sekarang menyembunyikan identitas mereka atau mengundurkan diri dari pekerjaan mereka.

Sentimen nasionalis ini tercermin dalam perjuangan politik mereka di Kongres Nasional India. Tahun itu, mereka memilih seorang Muslim, Syed Muhammad Khan sebagai presiden mereka pada sidang Karachi tahun 1913.

Dalam edisi 11 Juli 1911, majalah tersebut memperkenalkan majalah Vande Matram yang berbasis di Paris yang didirikan oleh pejuang kemerdekaan Madam Bhikaji Kama.

Dalam sebuah laporan tentang kebahagiaan orang India atas kembalinya Edirne ke tangan pemerintahan Ottoman, SM Tevfik mempublikasikan majalah Vande Matram dan menerjemahkan moto majalah tersebut yang berbunyi: “Hidup bukanlah apa-apa tanpa kemerdekaan. Tidak ada perbedaan antara orang mati. orang-orang yang dikubur di kuburan mereka dan orang-orang tanpa kebebasan.”

Tentang kerusuhan Hindu-Muslim

Tevfik menemukan bahwa setiap orang India yang memiliki majalah ini harus kehilangan segalanya.

Terbitan 25 Juli 1913 dengan hati-hati meliput kerusuhan Kanpur. Para penulis mengatakan bahwa Inggris telah menyalahgunakan kekerasan komunal untuk melemahkan persatuan Hindu-Muslim melawan kolonialisme Inggris. SM Tevfik melihat bahwa pengusaha Hindu dan Muslim di Madras (Chennai) telah bersatu padu mendirikan kamar dagang.

Setelah membuat laporan tentang banyak kota, SM Tevfik mengumumkan bahwa dia akan menulis pengenalan agama Hindu secara rinci kepada pembaca Turki. Dalam sebagian besar laporan, Sebilurresad selalu menggarisbawahi persatuan di antara berbagai agama India demi masa depan politik mereka bersama.

Liputan tentang India dalam majalah tersebut menunjukkan pandangan Turki yang humanis terhadap urusan India dengan menghargai keragaman India dan upaya para pemimpinnya untuk menjadikan India sebagai negara dengan gagasan dan nilai pluralis.

*Omair Anas, penulis adalah asisten profesor di Departemen Hubungan Internasional Universitas Ankara Yildirim Beyazit.

(dikutip dari Anadolu Agency)

Prospek Eskalasi Israel Terhadap Gaza

Sebagian besar pengamat di Israel, termasuk analis strategis Amos Harel di surat kabar Israel Haaretz pada 24 Desember 2021, melihat bahwa kesenjangan besar antara sikap perlawanan dan pendudukan Israel pada masalah kesepakatan pertukaran tawanan, selain kurangnya tekanan publik atau opini publik Israel yang mendukung tercapainya kesepakatan pertukaran tawanan, mencegah kemajuan menuju dua tujuan strategis lainnya bagi para pihak yang bertikai di Gaza. Dua tujuan stategis lainnya tersebut , yaitu: proyek-proyek besar untuk rekonstruksi Gaza dan gencata senjata jangka panjang.

Sementara dia menganggap bahwa prospek untuk mengatasi kesenjangan ini tampaknya terbatas. Seperti para pengamat lainnya dia berpendapat, “bahwa margin manuver di daerah ini untuk pemerintah Bennett-Lapid sempit dan terbatas.” Selain itu juga detonator-detonator ledakan lain di front Gaza , yang selalu digambarkan rapuh atau mudah terbakar setiap saat, seperti praktik-praktik yang dilakukan pendudukan Israel dan pemukim Yahudi terhadap orang Palestina di al-Quds dan Tepi Barat, dan terhadap para tawanan di dalam penjara. Tentu saja, pendudukan Israel memikul tanggung jawab atas krisis di kawasan itu.

Menjadi jelas sedikit demi sedikit bahwa sebab-sebab eskalasi terhadap Gaza masih ada, yang paling penting dan utama adalah blokade. Ini tidak berarti bahwa kita pasti berada di gerbang pertempuran. Sebaliknya, kemungkinan-kemungkinan itu meningkat dan bertambah, meskipun ada upaya “pemadaman” dan “terapi situasional” terbatas yang bertujuan untuk mengabadikan situasi krisis di kawasan tersebut, tetapi di bawah kendali Israel. Maka menciptakan solusi, dalam kondisi apapun, sebagian besar bertentangan dengan kebijakan brutal pendudukan Israel dan bertentangan dengan kepentingan orang-orang Palestina yang rentan yang berada di bawah penindasan pendudukan Israel dan agresi para pemukimnya.

Salah satu alasan terpenting untuk “manajemen krisis” yang mungkin adalah mentalitas Israel yang didasarkan pada militerisme dan konsep keamanan, dan perlunya ada atau menciptakan ancaman keamanan yang berkelanjutan, beberapa di antaranya dibesar-besarkan. Masalah ini menghasilkan manfaat substansial, di antaranya adalah menghidupkan kembali “perekat” atau ikatan yang mengontrol kohesi berbagai “masyarakat pemukiman” yang berbeda secara budaya dan ideologis secara jelas.

Ancaman ada, “gencatan senjata” mereka menembak. Ancaman tersebut memperkuat kepemimpinan “dalam fenomena berkumpul di sekitar pemimpin dalam krisis,” terutama di bawah pemerintahan Bennett-Lapid yang rapuh dan secara fundamental kontradiktif dalam hal politik dan ideologi di antara komponen-komponennya. Dan dalam perjalanan, para kontraktor keamanan bisa mewujudkan lebih banyak anggaran dan keuntungan materi yang sempit, dan bisa jadi strategi “perang MPM” “pertempuran antar perang”, itu adalah tamsil-tamsil dalam konteks ini.

Para pemimpin pendudukan Israel menyadari bahwa masalah “mengelola situasi krisis di bawah kendali” adalah meningkatnya kemampuan musuh yang mereka hadapi, yaitu perlawanan Palestina, dalam semua aspek-aspek strategis, militer dan politik. Dan mereka telah merasakan sesuatu dari itu di front “pertempuran melawan kesadaran”, “konflik otak”, dan menggagalkan rencana-rencana dan inisiatif-inisiatif pendudukan di banyak tingkatan.

Mereka takut bahwa pencapaian ini akan berpindah ke bidang militer dan politik tradisional yang mungkin tidak kalah pentingnya daripada front kesadaran dan bidang menggagalkan rencana-rencana pendudukan. Dengan kata lain, perlawanan mampu merebut dan menguasai inisiatif militer dan politik, dan ciri-cirinya mulai tampak di cakrawala sejak inisiatif perlawanan untuk mempertahankan al-Aqsha dan kampung Sheikh Jarrah pada Mei 2021. Di mana kali ini Israel mengkhawatirkan, inisiatif militer Palestina untuk meningkatkan kemungkinan menyelesaikan kesepakatan pertukaran tawanan.

Dengan demikian, bertambahlah kemungkinan-kemungkinan eskalasi, dan karena itu dibutuhkan persiapan dan kesiapan Palestina. Dan manuver militer “Perisai al-Quds” yang digelar di Gaza tidak jauh dari masalah ini.[]

(Sumber: Palinfo)

Di Balik Kisah Cinta Sepakbola Aljazair dan Palestina?

Saat peluit akhir dibunyikan di Stadion Al Bayt di Al-Khor Qatar Sabtu lalu, menobatkan Aljazair sebagai pemenang Piala Arab FIFA 2021, kafe tepi pantai Maher al-Baqa di Kota Gaza meledak dengan kegembiraan.

Pelanggannya mengibarkan bendera Aljazair saat mereka dengan gembira bergoyang dan menari dabke dengan nyanyian sepak bola “1, 2, 3 … Viva Algerie”. Cokelat dan permen dibagikan, dan beberapa wanita yang duduk di meja menambah perayaan dengan ululating.

“Meskipun tim nasional Palestina tersingkir di babak penyisihan grup, kami memandang tim Aljazair sebagai milik kami, dan kemenangan mereka sebagai milik kami,” kata al-Baqa. “Mereka mendukung dan mencintai kami lebih dari negara atau tim Arab lainnya.”

Sepanjang turnamen 18 hari yang diselenggarakan oleh Qatar, dukungan untuk Palestina telah diperlihatkan dengan penuh semangat. Selama upacara pembukaan, sorakan paling keras dari para penggemar yang hadir datang saat lagu kebangsaan Palestina dinyanyikan.

Bendera Palestina juga hadir di stadion yang dikibarkan oleh para pendukung permainan indah itu. Tetapi untuk tim Aljazair – dan penggemar mereka – orang bisa salah mengira bahwa mereka mewakili Palestina.

Dalam wawancara pasca-pertandingannya setelah Aljazair mengalahkan Maroko di perempat final, bek Houcine Benayada menunjuk ke bendera Aljazair dan Palestina yang dia sampirkan di tubuhnya dan berkata: “Kami tidak bermain untuk bonus apa pun, kami bermain untuk ini. Dua bendera.”

Dan setelah pertandingan final melawan Tunisia, pelatih Aljazair Majid Bougherra mendedikasikan kemenangan negaranya untuk Palestina – dan untuk “Jalur Gaza pada khususnya”.

Tetapi dari mana datangnya dukungan yang terbuka dan seringkali emosional ini untuk Palestina – dibandingkan dengan negara-negara Arab lainnya?

Menurut Tagreed al-Amour, seorang jurnalis olahraga dan anggota dewan direksi di klub sepak bola Palestina al-Hilal, solidaritas Aljazair untuk Palestina lazim di kalangan pemerintah dan publik – sangat kontras dengan mayoritas pemerintah Arab yang memilih mengisolasi diri mereka dari dukungan rakyat terhadap perjuangan Palestina dan telah menormalkan hubungan dengan Israel atau memiliki hubungan jalur belakang.

“Penekanan solidaritas diwakili, atau bisa dikatakan selesai, melalui olahraga,” kata al-Amour, berbicara dari Kota Gaza.

Sebagai imbalannya, bendera Aljazair hadir selama berbagai acara di seluruh alun-alun dan pusat-pusat juga toko-toko di seluruh kota seperti Ramallah, Kota Gaza dan Yerusalem, dan bahkan dikibarkan selama protes di Tepi Barat yang diduduki melawan pendudukan Israel. “Dukungan Aljazair dalam sepak bola untuk Palestina selalu menarik perhatian tentang perlunya dukungan Arab yang berkelanjutan untuk hak menentukan nasib sendiri bagi Palestina dan untuk mengakhiri pendudukan Israel,” al-Amour menjelaskan.

“Mereka yang memahkotai kemenangan mereka dengan bendera Palestina dan keffiyeh [syal] melakukannya untuk mengirim pesan satu darah, simbol persatuan Arab, dan penolakan terhadap kolonialisme dan normalisasi.” Bagi komentator BeIN Hafid Derradji, solidaritas Aljazair dengan Palestina adalah “intrinsik bagi setiap anak Aljazair”.

“Itu hadir di keluarga, jalan, masjid dan sekolah yang semuanya menanamkan nilai-nilai perlawanan, kebebasan dan cinta dan dukungan perjuangan rakyat Palestina melawan pendudukan,” katanya kepada Al Jazeera.

Solidaritas atas kolonialisme

Dijajah oleh Perancis selama 132 tahun, Aljazair mendapat julukan di antara dunia Arab sebagai “negara sejuta setengah martir”. Menurut jurnalis olahraga Aljazair Maher Mezahi, solidaritas dan cinta yang ada antara orang-orang Aljazair dan Palestina “berkaitan dengan fakta bahwa orang Aljazair memahami kehancuran kolonialisme pemukim”. “Ada sentimen membenci sistem [kolonial] itu,” katanya, berbicara dari ibu kota Aljir. Mantan Presiden Aljazair Houari Boumediene pada awal 1970-an mengatakan: “Kami bersama orang-orang Palestina, apakah mereka tertindas atau penindas.”

Perang kemerdekaan Aljazair tahun 1954-62 sangat mempengaruhi kebijakan luar negeri negara itu dan dukungannya untuk tujuan pembebasan orang-orang terjajah di seluruh dunia. Palestina tidak terkecuali, dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mendirikan kantor di Aljir tak lama setelah kemerdekaan Aljazair.

Bertahun-tahun kemudian, pada tahun 1988, di Aljazair PLO bertemu untuk mendeklarasikan berdirinya negara Palestina. Bahwa perjuangan Palestina sangat penting bagi orang-orang Aljazair terlihat jelas di stadion, yang digambarkan Mezahi sebagai cerminan akurat dari apa yang dirasakan di masyarakat karena kebebasan berekspresi yang lebih besar yang dimiliki penggemar di ruang itu. “Stadion itu seperti corong yang memberikan suara kepada kelas pekerja di Aljazair,” katanya.

Pandangan ini diamini oleh Derradji, yang mengatakan bahwa pemuda yang menghadiri pertandingan sepak bola menunjukkan “kesadaran yang tinggi”. “Gerakan protes Aljazair pada 2019, sampai batas tertentu, dimulai di stadion,” kata Derradji, merujuk pada protes yang dalam beberapa bulan memaksa kepergian Presiden Aljazair Abdelaziz Bouteflika. “[Pemuda] menolak untuk terlibat dengan asosiasi politik karena mereka menganggap mereka terlibat. Jadi mereka menggunakan stadion sebagai platform untuk mengekspresikan perasaan dan posisi mereka.”

Menurut al-Amour, stadion tidak lagi sebatas ruang untuk kompetisi olahraga. “Stadion sepak bola telah menjadi salah satu alat paling menonjol untuk menyuarakan dukungan, advokasi, atau meningkatkan kesadaran terhadap beberapa masalah politik dan sosial, melalui nyanyian, poster, atau lagu. Stadion juga merupakan alat untuk mengukur kesadaran massa populer,” jelasnya.

Melalui ruang itu, salah satu nyanyian paling organik dan populer berkembang di kalangan penggemar sepak bola Aljazair: “Falasteen Chouhada”, yang berarti “Palestina, [tanah] para martir”. Nyanyian itu dinyanyikan di ribun penonton sepanjang pertandingan di mana tim nasional atau klub Aljazair bermain. Menurut Youcef Fates, seorang profesor ilmu politik di Universitas Oran, Falasteen Chouhada didasarkan pada nyanyian Bab El Oued El Chouhada, yang mengacu pada lebih dari 500 orang Aljazair – kebanyakan pria muda dan pendukung sepak bola – yang dibunuh oleh pemerintah di kerusuhan 1988 setelah memprotes kondisi kehidupan mereka yang buruk di lingkungan Bab El Oued di ibu kota Aljir.

Versi Falasteen Chouhada, kata Mezahi, dimulai pada 1988 – yang juga menandai Intifada pertama, atau beberapa tahun kemudian pada awal 1990-an. “Nyanyian itu adalah pokok lain dari tim nasional Aljazair,” katanya. “Tim nasional Aljazair telah menjadi semacam kendaraan untuk advokasi perjuangan Palestina di seluruh Aljazair.”

Nyanyian itu menjadi sangat populer sehingga penggemar Aljazair mendukung tim Palestina melawan tim mereka sendiri dalam pertandingan persahabatan pada tahun 2016 yang dihadiri lebih dari 70.000 penggemar. Stadion meletus dalam euforia setelah tim Palestina mencetak gol, dan bagi banyak orang, ini tidak bisa lebih baik merangkum cinta Aljazair untuk Palestina. Perasaan itu, kata Maher al-Baqa dari Gaza, saling menguntungkan.

Sumber: Al Jazeera