Palestina

Polemik Kehadiran Timnas “Israel”, Ketum PP Muhammadiyah Berharap Pemerintah Konsisten Pada Amanat Konstitusi

Repost: https://muhammadiyah.or.id

Foto: Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof. Haedar Nashir dalam tausiah Isra’ Mi’raj (18/2).

JAKARTA – Indonesia dipastikan menjadi tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 20 Mei hingga 11 Juni 2023. Salah satu dilema sebagai tuan rumah, adalah kehadiran ‘negara’ Israel sebagai salah satu kontestannya.

Kedatangan Israel menjadi polemik karena Republik Indonesia dalam amanat Pembukaan UUD 1945 menyatakan secara tegas untuk menolak segala bentuk imperialisme dan penjajahan.

Sebagaimana diketahui, Israel merupakan komunitas yang sedang mempraktekkan sistem negara apartheid dan melakukan kolonisasi terhadap rakyat Palestina. Apalagi, Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel.

Menanggapi polemik ini, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir berpendapat agar negara bersikap konsisten sesuai amanat konstitusi.

Ajang internasional apapun, termasuk gelaran turnamen sepak bola semestinya sejalan antara penyelenggaraannya dan ideologi politik negara tuan rumahnya.

“Baik sepak bola maupun urusan-urusan lain itu harus dalam satu kesatuan sistem dengan policy negara,” kata Haedar di Yogyakarta, Selasa (14/3).

Haedar menekankan, sejauh negara memiliki perspektif tertentu terhadap sebuah ideologi politik, di samping ada tidaknya hubungan diplomatik, maka urusan lain bisa menyesuaikan.

“Sejauh negara itu masih punya kebijakan antiimperialisme, antikolonialisme, lalu tidak punya hubungan diplomatik dengan satu negara, yang lain itu harus menyesuaikan. Akibat tidak menyesuaikan, lalu terjadi masalah,” pungkasnya.

Sementara itu Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat melalui Ketua bidang Hubungan Luar Negeri, Sudarnoto Abdul Hakim, Selasa (14/3) menyatakan jika kehadiran timnas Israel cukup sensitif mengingat masih terjadinya represi yang dilakukan oleh negara tersebut kepada rakyat Palestina.

“Pemerintah dan para pejabat tinggi termasuk PSSI seharusnya mencontoh Presiden Sukarno yang tegas dan berani menolak kehadiran kontingen Israel di event Asian Games tahun 1962, karena Israel adalah penjajah. Meskipun harus keluar dari IOC, akan tetapi dengan penolakan ini Indonesia saat itu justru memperoleh posisi politik yang diperhitungkan secara internasional,” kata dia lewat keterangan tertulis.

Sementara itu, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir menyebut keamanan timnas Israel di Piala Dunia U-20 2023 merupakan domain atau urusan pemerintah RI. Erick menegaskan jika PSSI hanya berfokus dalam penyelenggaraan acara.

Menyahut Erick, Menko Polhukam RI, Mahfud MD menyebut keikutsertaan timnas Israel di Piala Dunia U-20 yang menuai pro-kontra sudah diantisipasi Pemerintah RI.

“Sudah dibahas dan disiapkan semua jalur. Politik, diplomatik, keamanan, dan sebagainya sudah dibicarakan. Ditunggu aja nanti dirundingkan,” kata Mahfud di kampus UII, Sleman, DI Yogyakarta, beberapa waktu lalu. (afn)

Baru Pulang Jadi Relawan di Turki, Sameh Tewas Dibunuh Pemukim Ilegal “Israel”

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Dalam video yang dirilis Middle East Eye, terlihat sejumlah pemukim ilegal “Yahudi” di Desa Zatara pada Senin malam (27/02/23) lakukan aksi teror tanpa pandang bulu ke sejumlah warga Palestina.

Salah satu korban dalam aksi teror tersebut adalah Sameh Al-Aqtash (37 tahun), ayah dari 5 orang anak yang baru pulang menjadi relawan bantu korban gempa Turki. Menurut keterangan saksi, setelah terjadi penembakan, Sameh sempat dilarikan ke rumah sakit dengan kendaraan pribadi  namun para pemukim ilegal blokir jalan sekaligus cegah ambulans bantuan medis mencapai Desa Zatara. Sampai akhirnya, Sameh meninggal selang berapa lama ketika menuju rumah sakit di Kota Beita.

The New Arab menyebutkan, saudara laki-laki Sameh yaitu Abdel Moneim Aqtash menyaksikan “semalam kami berdua sedang duduk di luar bengkel las. Seketika para para pemukim ilegal “Yahudi” meneror kami secara brutal, kami sempat pukul mundur kedatangan mereka. Namun para pemukim ilegal ini kembali dengan membawa pasukan penjajah. Berdasarkan laporan saksi, militer Zionist ini lah yang menebak saudara saya, bukan para pemukim ilegal.” Sahut Abdel

Sementara itu militer “Israel” berdalih, Sameh tidak ditembak oleh mereka. Ayah lima anak itu meninggal karena luka-luka. Mereka juga menambah, tidak ada pelaku yang ditangkap atas meninggalnya Sameh.

Salah satu saksi mata melaporkan, para pemukim ilegal itu membakar toko, supermarket, rumah, pohon, mobil, dan garasi mobil milik warga Palestina lainnya. Bahkan, tak segan-segan mereka membakar apa saja yang ada di hadapan mereka.

Pejabat Palestina mengabarkan, sejauh ini para pemukim ilegal “Yahudi” telah melakukan 300 lebih aksi teror ke warga Palestina di daerah Nablus.

Untuk diketahui, sekitar 2,9 juta warga Palestina dan sekitar 475 ribu Pemukim ilegal “Yahudi” saat ini tinggal di Tepi Barat. Para pemukim ilegal ini hidup di bawah kendali otoritas “Israel” di mana status keberadaannya dinyatakan ilegal menurut hukum internasional.

Source: @middleeasteye

Translator/Editor: spt/ofr
Gaza Media Agency

83 Warga Palestina Syahid, Partai Demokrat Gaza: Israel Teroris Abad Ini!

GAZA MEDIA, JALUR GAZA – Faksi Partai Demokrat (di Jalur Gaza): “Ini adalah Genosida Terhadap Rakyat Kami yang Dilakoni Mesin Pembunuh yaitu Otoritas (“Israel”)!

Dilansir dari portal Al-I’lam Al-Markazy, Senin (13/3/2023), faksi Demokrat Pembebasan Palestina di Jalur Gaza menyatakan, rakyat Palestina alami gelombang genosida pembunuhan dan eksekusi sadis di tangan pemerintah kriminal (Israel) melalui tangan-tangan pemukim ilegal “Yahudi” yang rasis dan brutal”.

Jumlah syuhada Palestina kini mencapai 83 jiwa sejak awal tahun. Di mana 15 korban adalah anak-anak. Itu semua terjadi di bawah kendali otritas penjajah yang turut mempengaruhi kebijakan politik pemerintahan di Tepi Barat bahkan di pusat ibukota Al-Quds.

Gelagat genosida ini menjadi judul umum praktik pasukan penjajah lancarkan aksi terornya di seluruh wilayah Tepi Barat. Tanpa ragu-ragu mereka hiraukan kecaman masyrakat luas, undang-undang dan keputusan legitimasi internasional.

Yang paling berbahaya dari semua permasalahan ini – ungkap Faksi Demokrat- adalah konsistensi “Otoritas Palestina” dengan narasi palsu berlindung di bawah ‘ketiak’ Amerika Serikat. Bertindak hanya dengan kata-kata “mengecam” dan “mengutuk” berkedok politik belaka, sehingga aksi terorisme dan genosida terhadap rakyat-yang menjadi hal utama yang perlu diselesaikan malah terhalang (nihil).

Faksi Demokrat kritik kebijakan “Otoritas Palestina” yang hanya diam berpuas diri dengan mengeluarkan pernyataan omong kosong dan “mengemis”. Bertahan dengan cara lama mengadu ke Dewan Internasional (PBB) agar menarik pengakuan penjajah (Israel) di kancah infernasional. Seperti, hentikan hubungan diplomatik, kerjasama bidang keamanan, bahkan “Pertemuan Ekonomi Paris” maupun bea cukai terpadu adalah kedok politik yang malah melukai harapan rakyat.

Front Demokrat tuntut pimpinan politik Otoritas Palestina dan Komite Eksekutif segera memikul tanggung jawab dengan serius berdasarkan hukum dan moral demi rakyat dan hak kepentingan nasional bersama melalui langkah strategis yang praktis dan bernas. Termasuk penarikan dari jalur keamanan Aqaba-Sharm El-Sheikh yang belum dikonfirmasi. Itu mendahului tujuan diadakannya Otoritas Palestina dalam meminimalisir perselisihan berdarah terhadap rakyat Palestina melalui tangan pasukan penjajah dan para pemukim ilegal “Yahudi” di Tepi Barat khususnya.

Kerja keras lindungi pejuang dan pemuda bersenjata di Tepi Barat, bentuk kepemimpinan nasional yang bersatu, efektif dan saling sinergi mempersenjatai diri terapkan strategi tempur, fasilitasi para pemuda perlindungan diri dan turut terjun konfrontasi di lapangan, serta unsur keteguhan dan ketabahan menangkis serangan pasukan penjajah adalah cara mendesak yang sangat diperlukan untuk saat ini.

“Kepada seluruh rakyat Palestina di semua lini, mari satukan aksi perjuangan dengan mempersiapkan srrategi seluas-luasnya, kecam segala bentuk kejahatan penjajah atas praktik genosida mereka dengan cara tingkatkan ketabahan dan pengetahuan. Masif lakukan konfrontasi, dan peliharalah (hormati) darah para syuhada yang telah mengorbankan jiwa mereka untuk negeri ini.” Faksi partai Demokrat menyimpulkan pernyataannya.

Source: Al-I’lam Al-Markazy

 

Translator/Editor: ofr/mhg

Gaza Media Agency

Sambut Bulan Ramadhan, “Israel” Perintahkan Rubuh Paksa Rumah Warga Palestina di Al-Quds

GAZA MEDIA, AL-QUDS – Dilansir dari laman middleeasteye, Menteri Keamanan “Israel”, Itamar Ben Gvir perintahkan polisi Zionist hancurkan rumah-rumah milik warga Palestina di Al-Quds Timur meski beberapa hari ke depan umat muslim Palestina sambut bulan suci Ramadan. (Senin, 06/03/23).

Di tahun sebelumnya, otoritas “Israel” menahan diri untuk tidak menghancurkan rumah-rumah warga Palestina selama Ramadan. Bagaimanapun juga menghancurkan rumah warga sipil adalah kejahatan perang. Akan tetapi, di tahun ini media “Israel” melaporkan, polisi akan mengikuti tuntutan Itamar Ben Gvir hancurkan rumah warga Palestina meski dalam beberapa tahun terakhir ketegangan meningkat atas pelanggaran “Israel” terhadap Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa.

“Israel” hancurkan rumah-rumah Palestina karena berbagai alasan. Termasuk klaim sepihak tidak ada izin bangunan dan dalih penggusuran rumah pelaku kejahatan perang. Kebijakan tersebut dilarang hukum internasional karena dianggap sebagai hukuman kolektif.

Dikutip dari Smart171, Data Badan Koordinasi Kemanusiaan PBB wilayah Palestina (OCHAoPt) melaporkan, saat ini terdapat 108 rumah di Area C, 50 rumah di Al-Quds Timur, 10 rumah di Area A dan B milik warga Palestina sudah dirubuh paksa oleh alat milter Zionist. Penghancuran rumah mengakibatkan warga Palestina kehilangan tempat tinggal, termasuk anak-anak dan orang tua. Data OCHAoPt terdapat 252 warga Palestina yang terpaksa mengungsi saat ini.

Sementara itu, dilansir dari Yedioth Ahronoth, polisi “Israel” peringatkan Itamar Ben-Gvir mengingat antisipasi situasi eskalasi bulan Ramadan yang tidak stabil. Apalagi sebelumnya, otritas Zionis tidak pernah lakukan penggusuran selama bulan Ramadan karena menghindari perlawanan masif dari pejuang Palestina (di Gaza & Tepi Barat).

Tidak berhenti sampai di situ. Pada pertemuan tertutup, dinas keamanan “Israel” menemui Itamar Ben Gvir bahas sebab penghancuran rumah-rumah warga Palestina selama Ramadan yang dapat menyebabkan terjadinya kerusuhan besar di semua lini.

Dalam pertemuan terpisah dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Dinas Kemanan khawatir adanya konsensus yang terjadi. Maka operasi penegakan hukum yang diprakarsai Itamar Ben Gvir di Al-Quds Timur harus segera dihentikan. (ofr/sti)

Source: middleeasteye
Translator/editor: AqlamOFR/Penaabiru

Perjuangan Wanita Palestina Melahirkan Di Balik Jeruji Besi Penjara Zionist

Penulis: Nurlita Sari
Peserta International Conference On Palestine Kuala Lumpur, Malaysia.

Inilah kisah seorang wanita Palestina asal Gaza, Samar Sbaeh (41 tahun) yang menjadi korban penangkapan secara brutal pasukan Zionist di tengah kondisi kandungannya berusia satu bulan.

Samar telah menghirup udara bebas. Bulan Februari lalu ia mendapat kesempatan berbicara di depan para aktivis kemanusiaan Palestina pada forum International Conference On Palestine Kuala Lumpur yang diselenggarakan di Seremban, Negeri Sembilan, Malaysia untuk berbagi kisah, pengalaman dan perjuangannya saat melahirkan di balik kelamnya jeruji besi penjara Zionist Israel.

Pasukan Zionist menangkap Samar tanpa tuntutan yang jelas dengan menempatkannya di ruang isolasi khusus. Samar disiksa secara fisik tanpa mendapat perawatan medis yang memadai. Inilah cara para penjajah menyiksa tawanan Palestina. Tidak memandang laki-laki, perempuan ataupun anak-anak. Bahkan hingga menjelang kelahiran bayinya, Samar mendekap dengan kondisi kaki dan tangan yang terikat.

Kekerasan fisik yang diterima Samar belum berakhir. Dengan kondisi sulit dan menahan rasa sakit, Samar ditekan secara psikis oleh petugas medis Zionist yang terus menyebutnya teroris. Tidak bisa dibayangkan bagaimana kekejaman para sipir menyiksa wanita yang sedang mengandung tanpa mendapat pelayanan medis yang cukup. Itu semua tidak berlaku untuk Samar dan beberapa wanita Palestina yang tengah mengandung dan berada di bawah siksaan sipir penjara Israel lainnya.

Saat melahirkan, Samar menolak diberikan anestesi dengan pertimbangan takut tidak sadarkan diri, sehingga ia menjalani operasi Caesar dalam keadaan sadar.” Setelah melahirkan, Samar bahkan tidak diperbolehkan memeluk dan mencium sang buah hati. Kondisi ini diperburuk setelah bayinya lahir, penyiksaan dan tekanan fisik terus-menerus dilayangkan oleh sipir Zionist.

“Sipir penjajah bahkan tidak memperbolehkan anak saya keluar mendapatkan cahaya matahari dan berusaha mengubur masa kanak kanaknya. Ia juga tak bisa mendapatkan air bersih meskipun untuk mandi,” kata Samar menjelaskan.

Samar dibebaskan pada 17 Desember 2007 bersama anaknya. Dan itulah pertama kali Samar melihat cahaya matahari hari kebebasan. Karena bertahun-tahun ia dikurung di ruangan yang sempit dan gelap tanpa cahaya.

“Mereka (para Zionist penjajah) tidak memperbolehkan saya mendapatkan perhatian yang cukup dari ibu. Tapi lihat saya sekarang. Para penjajah tidak bisa membungkam mimpi saya!! Mereka tidak akan bisa menghilangkan tekad dan perjuangan Ibu saya. Alhamdulillah, saya sekarang sehat, pintar, dan telah menghafal 25 Juz Al-Qur’an,” kata Bara, anak Samar yang beranjak remaja.

Untuk diketahui, saat itu tidak hanya Samar yang ditawan dalam keadaan hamil, 10 tawanan perempuan Palestina lainnya juga mengalami hal yang sama. Keadaan hamil tidak menjadi alasan bebas dari siksaan atau keringanan hukuman oleh pengadilan otoritas penjajah, namun lebih berat dan kejam dari yang dibayangkan.

Dari kisah ini, kita ucapkan hormat setinggi tingginya untuk perempuan-perempuan tangguh yang sudah berjuang demi kemerdekaan bumi para nabi, Palestina. Perjuangan ini tidak boleh terputus hanya di mereka saja. Kita sebagai perempuan muslim di Indonesia yang tidak pernah mengalami kisah seperti mereka harus tetap mewarisi semangat terus belajar demi melahirkan dan mendidik generasi yang lebih baik kedepannya. Tetaplah menjadi barisan terdepan untuk mengawal perjuangan pembebasan bumi Palestina. (nrs/ofr)

12 Warga Palestina Terbunuh Dalam Pembantaian Terbaru Israel di Nablus

Gazamedia, Nablus – 12 warga Palestina terbunuh dalam aksi penyerbuan pasukan tentara zionis Israel ke kota Nablus, Tepi Barat Rabu (22/2) dan lebih dari 100 warga lainnya terluka.

Sebagai mana dilaporkan oleh kontributor Gazamedia.net di Jalur Gaza, mengutip pernyataan Kementerian Kesehatan Palestina yang mengumumkan bahwa 12 warga sipil terbunuh dan lebih dari 100 terluka termasuk 6 dalam kondisi kritis dalam aksi penyerbuan pasukan tentara penjajah ke salah satu area di Nablus, Tepi Barat.

“Lebih dari 60 kendaraan militer “Israel” menyerbu Nablus sekitar pukul 10 pagi waktu setempat setelah pasukan “Israel” menyamar dan menyusup ke Kota Tua”, kata seorang saksi mata kepada Middle East Eye.

Nabeela Sulaiman, salah seorang warga, memberikan sebuah kesaksian. Ketika ia sedang berjalan di pasar bersama putrinya, ia mendengar suara ledakan tiba-tiba, warga mulai berteriak dan serangan besar-besaran dimulai.

“Itu sangat menakutkan…. Kami dapat mendengar suara ledakan dan orang-orang berlarian di jalanan, dan banyak dari kami mulai menangis dan meminta kepada Allah agar kota kami mendapat perlindungan.”, kata Nabeela.

Serangan itu difokuskan pada sebuah bangunan di kota yang dianggap sebagai tempat persembunyian para pejuang Palestina. Media Palestina mengatakan bahwa Hussam Bassam Aslim, 24 tahun dan Mohammed Omar Abu Bakr, 23 tahun tetap bertahan di wilayah milik mereka dan menolak untuk menyerah kepada pasukan penjajah.

Hampir empat jam setelah penggerebekan dimulai, kementerian kesehatan Palestina mengumumkan 10 warga Palestina syahid terbunuh, termasuk Aslim dan Abu Bakar.

Mereka diduga sebagai anggota kelompok “Lion’s Den”, yang menjadi terkenal selama setahun terakhir karena tindakan keras “Israel” yang mematikan di Tepi Barat semakin meningkat.

Serangan mematikan itu memicu reaksi yang tidak biasa dari Abu Obaida, juru bicara organisasi Hamas, Brigade Izz al-Din al-Qassam, yang sering membuat pernyataan publik hanya pada saat tertentu, seperti perang.

“Pejuang Palestina di Gaza memantau dengan cermat kejahatan yang dilancarkan berulang kali oleh penjajah “Israel” terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat dan kesabaran kami telah menipis”, jelas Abu Obaida.

Faksi Palestina mengutuk keras serangan tersebut, menganggap “Israel” harus bertanggung jawab dan menerima konsekuensi atas pembantaian biadab yang mereka lakukan.

Pasukan “Israel” telah membunuh 62  warga Palestina diawal tahun 2023 ini, dengan tingkat lebih dari satu kematian setiap harinya.

Sementara itu, pihak penjajah mencatat bahwa 10 pemukim zionis tewas terbunuh dalam aksi balasan oleh pemuda Palestina di Al Quds sejak awal tahun 2023 ini.

sementara itu, di Jalur Gaza, Juru bicara brigade Izzuddin Al Qassam, Abu Ubaida, memperingatkan pihak “Israel” bahwa para pejuang Palestina di Gaza terus memantau setiap peristiwa yang terjadi di wilayah Tepi Barat.

 

 

Pasukan Zionist Bunuh 12 Warga Nablus, Ubaidah: Tabuh Genderang Perang!

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Pasukan Zionis bunuh 12 warga Palestina-termasuk seorang anak kecil dan dua orang tua dalam serangan brutal yang dilancarkan ke Kota Nablus, Kamis waktu setempat (22/2/2023).

“Lebih dari 60 kendaraan militer “Israel” menyerbu Nablus sekitar pukul 10 pagi sejak hari Rabu, setelah mereka menyamar dan menyusup ke Kota Tua”, kata seorang saksi mata dilansir Middle East Eye.

Nabeela Suliman, salah seorang penduduk Nablus menyebutkan, ketika ia sedang berjalan di pasar bersama putrinya, ia mendengar suara ledakan tiba-tiba, warga mulai berteriak dan panik atas tindakan teror tersebut.

“Suasananya berbeda dan sangat menakutkan. Kami mendengar suara ledakan dan orang-orang berlarian di jalanan, dan banyak dari kami menangis, meminta kepada Allah agar kota kami mendapat perlindungan.”, kata Nabeela.

Aksi teror itu ditujukan pada sebuah bangunan di kota yang dianggap sebagai tempat persembunyian para pejuang Palestina. Media Palestina mengatakan bahwa Hussam Bassam Aslim, 24 tahun dan Mohammed Omar Abu Bakr, 23 tahun tetap bertahan di wilayah milik mereka dan menolak untuk menyerah kepada pasukan penjajah.

Hampir empat jam setelah penggerebekan dimulai, kementerian kesehatan Palestina mengumumkan data terakhir 12 warga Palestina syahid terbunuh, termasuk Aslim dan Abu Bakar.

Mereka diduga sebagai anggota kelompok “Lion’s Den”, yang terkenal selama setahun terakhir karena tindakan tegas membalas teror pemukim ilegal “Yahudi” yang rasisme dan vandal di Tepi Barat.

Serangan mematikan itu memicu reaksi yang tidak biasa dari Abu Obaida, juru bicara pejuang Hamas, Brigade Izz al-Din al-Qassam yang sering membuat pernyataan publik hanya pada saat tertentu, seperti perang.

“Pejuang Palestina di Gaza memantau dengan cermat kejahatan yang dilancarkan berulang kali oleh penjajah “Israel” terhadap rakyat Palestina di Tepi Barat dan kesabaran kami telah menipis”, jelas Abu Obaida.

Faksi Palestina mengutuk keras serangan tersebut, menganggap “Israel” harus bertanggung jawab dan menerima konsekuensi atas pembantaian biadab yang mereka lakukan.

Pasukan “Israel” telah membunuh 59 warga Palestina diawal tahun 2023 ini, dengan tingkat lebih dari satu kematian setiap harinya.

Sementara itu, pihak penjajah mencatat bahwa 10 pemukim Zionis tewas terbunuh dalam aksi balasan oleh pemuda Palestina di Al Quds sejak awal tahun 2023 ini.

Oleh Fayha Shalash, Ramallah, Palestina/MEE
Terjemah oleh : Nafila Bachmid/Gazamedia

Jana, Gadis Palestina Tewas Dibunuh Pasukan Israel di Atap Rumahanya

GAZA MEDIA, TEPI BARAT – Pasukan Israel kembali lakukan operasional brutal menyerbu kamp pengungsi Jenin di distrik Al-Bayader Utara wilayah Tepi Barat dan bunuh seorang gadis Palestina, Jana Zakarnah (16 tahun) yang tengah berada di beranda rumahnya, Senin malam (12/12/2022).

Berdasarkan laporan Defense for Children International-Palestine (DCIP), Jana menerima tiga luka tembakan. Saat itu dirinya berada di atap rumah dan melihat pasukan Israel lakukan operasi penangkapan di rumah tetangganya namun nahas Jana menjadi sasaran tembakan. Setelah pasukan Israel mundur dari daerah tersebut, ambulans membawanya ke rumah sakit Jenin namun dia dinyatakan meninggal.

Jana menderita dua luka tembak di dada bagian atas dan satu di sisi kanan kepalanya. Dokter yang memeriksa tubuh Jana di rumah sakit Jenin mengkonfirmasi serpihan peluru berasal dari pasukan militer Israel.

Pasukan Israel memasuki lingkungan Al-Bayader Jenin sekitar pukul 10 malam. Di mana mereka menggerebek sebuah supermarket dan menangkap tiga pria Palestina. Setelah mendapat konfrontasi dari warga Palestina setelah sekitar satu jam, pasukan Israel mundur dari daerah tersebut.

Dilaporkan, pasukan Israel sedang menahan tiga pria Palestina di sebuah apartemen lantai empat, dan satu pria lainnya di ruangan keluarga. Kemudian para pasukan pergi ke kamar tamu menghadap ke rumah keluarga Jana yang berjarak 300 meter dan penembakan dilakukan oleh sniper Israel menyasar ke arah Jana yang tengah berada di rooftop rumahnya.

Setelah pasukan Israel mundur dari apartemen, keluarga tersebut menemukan selongsong peluru kosong di lantai bawah jendela selatan ruang tamu. Keluarga juga melaporkan mendengar suara tembakan dari ruangan tempat mereka ditahan.

Diketahui, pasukan Israel telah membunuh 27 gadis kecil Palestina di Tepi Barat, termasuk Al-Quds Timur sejak tahun 2000. Tahun ini, 53 jiwa anak Palestina termasuk Gaza tewas dibunuh, khusus 36 anak Palestina lainnya ditembak dan dibunuh oleh pasukan Israel dan pemukim ilegal “Yahudi” di Tepi Barat, menambah angka 250 lebih warga sipil Palestina tidak berdosa yang ingin memperjuangkan kemerdekaan tanah airnya dibunuh oleh Israel penjajah yang secara terang-terangan melanggar hak asasi manusia internasional.
(ofr/ofr)

Source:
@dcipalestine
@palestineyouthmovement
@theimeu

Awas Berita Hoax! Palestina Belum Merdeka, Begini Kondisi yang Sebenarnya

GAZA MEDIA, GAZA – Beberapa video singkat yang tersebar di dunia maya akhir-akhir ini memberitakan tentang kemerdekaan rakyat Palestina adalah hoax, hal ini dikonfirmasi langsung oleh jurnalis Indonesia yang saat ini berada di Jalur Gaza Palestina, Muhammad Husein melalui channel Youtubenya pada Jumat (25/11/2022).

“Kalau kita berbicara merdeka maka tidak ada lagi penjajahan. Dan saya klarifikasi bahwa ini berita hoax. Video yang ‘berseluyuran’ itu menunjukkan tentang orang yang lagi pidato, ngumpul di berbagai kota bukan sedang merayakan kemerdekaan tapi sedang merayakan kemenangan. Beda antara kemerdekaan dengan kemenangan. Kemenangan yang dirayakan pada video tersebut adalah saat pejuang Gaza berhasil melawan tentara Zionist Israel selama 15 hari pada agresi 2021 lalu. Di mana Israel menyerah dan tak tahan lagi dengan serangan masif oleh pejuang Gaza” pria kelahiran Bogor ini menjelaskan.

Menanggapi klarifikasi tersebut, Jinan selaku istri dari Husain sekaligus warga asli Gaza menyebutkan, saat ini Gaza masih diblokade dan menghadapi situasi yang semakin sulit. Selama 24 jam kami terus diawasi oleh drone tanpa awak milik Zionist, apalagi saat ini menyambut musim dingin, setiap hari listrik dibatasi hanya hidup selama 6 jam”

“Traumatik warga Gaza sulit untuk dihilangkan. Saat saya mengunjungi Indonesia beberapa waktu lalu, hal itu saya rasakan ketika di bandara, ketika pesawat mau take off, getaran dan bunyi dentuman pesawat membuat kami takut dan cemas. Ya, terasa aneh tetapi begitulah, seakan-seakan pesawat yang terbang rendah selalu diikuti suara ledakan bom” tambah Jinan.

Mungkin di daratan tampak Jalur Gaza tidak diserang seperti brutalisme yang terjadi di Tepi Barat oleh tentara Zionist. Namun di udara dan laut, setiap saat warga Gaza ada kemungkinan diserang”.

“Tapi bagaimana, kalau dalam setahun ini Palestina, Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa merdeka?” Husein nyeletuk,
“Ya aku akan pulang ke Yafa, kampung halaman keluargaku, in syaa Allah” jawab Jinan dengan senyum optimis.

Untuk diketahui, selama 16 tahun (sejak 2006) hingga saat ini Gaza masih diblokade. Tentara dan pemukim ilegal Yahudi hingga tahun 2005 tidak berani memasuki wilayah ini dan steril dari keberadaan penjajah, karena tipikal orang Gaza yang tegas dan keras berhasil mengusir mereka.

Terakhir, tidak lupa Husein dan Jinan mendoakan korban gempa Cianjur, “Indonesia dan Palestina ibarat satu tubuh. Sakit yang dirasakan warga Indonesia juga kami rasakan. Mudah-mudahan keluarga dan korban diberi ketabahan dan mendapat ganti yang lebih baik di sisi Allah ta’aalaa”.
(mh/ofr)

Diimami WNI, Ratusan Warga Gaza Adakan Shalat Ghaib untuk Korban Gempa Cianjur

GAZA MEDIA, JALUR GAZA- Ratusan warga Palestina di Jalur Gaza mengadakan shalat Ghaib untuk korban gempa bumi Cianjur dengan di-Imami oleh seorang Aktivis kemanusiaan asal Indonesia, Muhammad Husein, Selasa (22/11).

Shalat Ghaib yang diadakan di masjid Syaikh Ajlin yang berlokasi di Barat Kota Gaza tersebut dilakukan usai melaksanakan shalat Maghrib berjama’ah.

Sebelum shalat Ghaib dilaksanakan, Husein terlebih dahulu menyampaikan informasi tentang kabar duka bencana gempa yang tejradi kepada para jama’ah shalat seraya memimpin do’a bersama dan lanjut mengimami sholat Ghaib tersebut.

Perlu diketahui, masjid Syaikh Ajlin, tempat sholat Ghaib itu diselenggarakan adalah masjid yang dibangun dari dana masyarakat
Indonesia dan diarsiteki oleh Gubernur Jawa Barat, Dr. Ridwan Kamil.

Diberitakan sebelumnya bahwa lebih dari 260 warga meninggal dunia dan 700 lainnya luka – luka dalam peristiwa gempa bumi yang terjadi di Cianjur, Senin (21/11).
(mh/ofr)