DSKS (Dewan Syariah Kota Surakarta) bersama para generasi muda Solo mengadakan acara menarik serta inspiratif yaitu bincang tentang Palestina yang diadakan di sebuah café di daerah Laweyan, Solo, Ahad (27/4/2025).
Tidak seperti pada umumnya diskusi Palestina yang biasa diadakan di masjid ataupun unjuk rasa di jalan.
Ketua DSKS, Ustadz Abdul Rochim Ba’asyir menjelaskan dengan konsep ini berharap agar isu Palestina bisa cair diterima oleh semua kalangan anak muda.
“Kita membicarakan tenang Palestina dengan menggandeng anak-anak muda, konsepnya juga cair karena diadakan di café bukan di tempat seminar ataupun kajian. Artinya ini adalah forum bebas dimana masyarakat siapa saja boleh ubergabung dan berdiskusi tentang masalah Palestina,” ungkapnya seperti dikutip Solotrend.
Dalam obrolan menarik tersebut, DSKS menghadirikan pembicara yang cukup lama malang melintang di dunia timur tengah dan daerah konflik, Pizaro Gozali Idrus, Direktur Baitul Maqdis Institute yang juga jurnalis Gazamedia.net.
Dalam penyampaiannya, Pizaro banyak memberikan informasi aktual yang jarang disampaikan oleh media masa pada umumnya. Diantaranya adalah mulai robohnya kekuasaan Netanyahu.
“Jarang diungkap oleh media adalah kekuasaan Netanyahu semakin kritis karena di internal zionis israel terjadi perpecahan dimana dari pihak angatan udara, perwira, dinas intelijen, dinas tempur dan juga dokter militer semuanya bersepakat melahirkan petisi untuk menolak perang. Hal ini karena menerutu mereka penjajahan tidak menghasilkan apa-apa hanya semakin mengisolir zionis israel dan sandera sampai saat ini tidak bisa keluarkan,”ujarnya.
Mantan wartawan Anadolu Agency tersebut menjelaskan, Ini pertema kali dalam sejarah mereka kompak untuk mogok perang, ini yang harus semua kita ketahui.
Selanjutnya adalah kekuatan perlawanan Hamas di darat itu juga sangat kuat. Zionis pun memahami kalau Hamas tidak punya angkatan udara makanya zionis selalu menyerang melalui udara meskipun korbannya adalah perempuan dan anak-anak
“Banyak analis militer dunia yang menyebut tentara zionis sebenarnya tidak siap untuk berperang melawan pejuang-pejuang Palestina. Dalam 15 bulan pertama yang diketahui ada 6 ribu tentara zionis israel yang tewas angka ini jauh dari rilis resmi zionis israel yang hanya menyebut 800 tentara yang tewas,”tambahnya.
Menurut wartawan yang sering ke timur tengah tersebut, begitu pentingnya kita harus terus memperoleh informasi terabaru persoalan Palestina, tidak hanya dari sisi penderitaan korban. Meski perjuangan dalam bentuk apapun juga harus dilakukan seperti penggalangan dana, aksi kemanusiaan dan lain sebagainya.
Tetapi ada fakta-fakta lain yang saya garis bawahi dalam hal ini bahwa penjajah israel itu gagal menaklukan rakyat Palestina.
Bukti kekuatan kelompok pejuang Palestina adalah tentang pelucutan senjata yang hingga saat ini tidak bisa dilakukan karena semua masyarakat Gaza, Palestina menolak. Termasuk Hamas yang tidak akan mau meletakkan senjata karena bagi Hamas itu garis merah.
“Maka saat ini di dalam klausul tidak ada aturan yang mengharuskan Hamas untuk melucuti senjatanya yang ada penonaktifan senjata,” pungkasnya.