Saturday, December 21, 2024
HomeAnalisis dan OpiniOpiniOPINI: Penjajah memang hancurkan Gaza, tapi gagal membunuh perlawanan

OPINI: Penjajah memang hancurkan Gaza, tapi gagal membunuh perlawanan

Pizaro Gozali Idrus

Direktur Ekeskutif Baitul Maqdis Institute

Kegagalan. Itulah kata yang paling tepat menggambar situasi Perdana Menteri penjajah Benjamin Netanyahu saat ini. Sesumbarnya untuk membunuh perlawanan bangsa Palestina di jalur Gaza tak terbukti.

Penjajah Zionis sempat menyatakan bahwa peta Palestina akan dihapus, namun upaya ini tak berjalan sesuai rencana. Janji ambisius tersebut terbukti gagal, mencerminkan tantangan yang lebih besar di lapangan.

Publik pun masih ingat dengan pernyataan keras Netanyahu bahwa Hamas bisa dilumpuhkan dalam waktu singkat, namun hasilnya justru bertolak belakang. Operasi militer yang diperkirakan berlangsung cepat, justru tersandung pada perlawanan yang kuat.

Juru bicara Hamas, Abu Ubaidah, dalam pidatonya memperingati satu tahun operasi Taufan Al-Aqsha menegaskan bahwa perlawanan Palestina berhasil melancarkan serangan komando paling profesional dan sukses dalam sejarah modern. Ia menegaskan, operasi tersebut adalah pukulan mendahului rencana serangan besar Israel yang hampir selesai disusun untuk menghancurkan perlawanan di Gaza.

Tokoh Palestina Mustafa Barghouti bahkan menyampaikan: meski Gaza mengalami kehancuran akibat bombardier penjajah, semangat juang dan kesabaran bangasa Palestina tidaklah redup.

Warga Palestina di Jalur Gaza telah menunjukkan tingkat keteguhan heroik yang tak tertandingi dalam sejarah manusia modern, meski mereka harus menghadap besarnya ketidakadilan dan rasa sakit, puji Barghouti.

Melalui keteguhan dan perlawanan mereka yang gagah berani, pejuang Gaza telah mencegah tujuan utama agresi penjajah, yaitu mengusir mereka dari tanah air dan membersihkan mereka secara etnis.

Menurutnya, pengalaman historis sebagian besar penduduk Gaza, yang 70 persen di antaranya adalah pengungsi yang diusir dari kota dan desa mereka pada tahun 1948, memainkan peran utama dalam memperkuat keinginan Gaza untuk bertahan.

Dukungan bagi Hamas tetap tinggi

Survei yang dilakukan Palestinian Center for Policy and Survey Research pada 3-7 September 2024 memberikan fakta menarik. Ketika warga Palestina ditanya apakah Hamas telah melakukan kekejaman seperti gambaran media internasional seperti membunuh wanita dan anak-anak Israel, mayoritas (89%) mengatakan Hamas tidak melakukan kekejaman tersebut.

Walau infrastruktur Gaza telah luluh lantak, bantuan dihambat, dan penjajah menciptakan situasi kelaparan agar warga Palestina memberontak kepada Hamas, dukungan bagi pejuang kemerdekaan Palestina itu masih tetap tinggi.

Sebanyak 54% responden meyakini bahwa Operasi Taufan Al Aqsha adalah Keputusan yang tepat dan mayoritas 58% masyarakat lebih memilih mengatakan mereka lebih suka kembalinya Hamas memimpin Gaza.

Menariknya saat ditanya siapakah yang akan mereka pilih: Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas atau mantan Kepala Biro Politik Ismail Haniyeh, jika pemilu digelar saat ini. Hasilnya Haniyeh unggul 41% berbanding Abbas 31%.

Padahal kita tahu Haniyeh telah gugur sejak akhir Juli lalu oleh Israel di Teheran. Tapi survei ini menunjukkan dukungan bagi Haniyeh tetap tinggi sebagai ujung tombak diplomasi global dan perlawanan Hamas.

Pesatnya dukungan bagi Palestina

Israel juga mengalami kerugian dalam hal citra internasional. Tindakan militer yang intens di Gaza, yang menyebabkan banyak korban sipil, mendapatkan kritik luas dari berbagai negara dan organisasi internasional.

Sebaliknya, dukungan internasional untuk kemerdekaan Palestina terus hadir secara massif. Hingga saat ini, 143 negara mendukung Palestina untuk memperoleh keanggotaan penuh di PBB. Dalam pemungutan suara terbaru, resolusi yang mendukung perluasan hak-hak Palestina di PBB disetujui oleh mayoritas anggota, sementara hanya sembilan negara yang menolak dan 25 negara abstain.

Di antara negara-negara yang baru-baru ini menyatakan dukungan untuk kemerdekaan Palestina adalah Spanyol, Irlandia, dan Norwegia, yang semuanya mendukung pengakuan terhadap hak-hak Palestina dalam forum internasional.

Kini kita menyaksikan betapa marahnya sekarang warga Barat menyadari negaranya terlibat dalam pembunuhan massal anak-anak balita di Gaza lewat moncong senjata Zionis yang di-support negaranya.

Orang-orang di seluruh dunia kini menolak untuk membeli produk-produk Israel karena didorong keinginan untuk berdiri bersama bangsa Palestina dan mengecam pemerintahannya yang memberikan bantuan uang dan senjata kepada penjajah.

Sebagaimana seorang warga kulit putih di AS yang berdiri di depan kantor Joe Biden dengan membawa poster: don’t use our tax to genocide Palestinian.

 

 

 

 

Pizaro Idrus
Pizaro Idrus
Pengajar HI Universitas Al Azhar Indonesia, Mahasiswa PhD Hubungan Antarbangsa Universitas Sains Malaysia.
ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular