Kelompok oposisi bersenjata Suriah mengumumkan, mereka merebut kendali penuh atas kota Homs, setelah beberapa hari sebelumnya menguasai Aleppo, Hama, dan seluruh wilayah provinsi Idlib.
Hal tersebut dilaporkan Aljazeera Arabic pada hari Ahad (8/12).
Dalam pernyataannya, oposisi menegaskan mereka telah membebaskan empat kota dalam waktu 24 jam terakhir: Daraa, Quneitra, Suwayda, dan Homs.
“Kini pandangan kami tertuju ke ibu kota, Damaskus,” ungkap seorang juru bicara oposisi, menambahkan bahwa operasi mereka akan terus berlanjut untuk membebaskan seluruh wilayah sekitar Damaskus.
Malam sebelumnya, oposisi juga mengklaim telah menguasai kota Al-Qusayr, yang terletak di wilayah pedesaan Homs dekat perbatasan dengan Lebanon.
Menjelang tengah malam Sabtu hingga Minggu, pasukan oposisi mulai memasuki kota Homs, dan pada dini hari, mereka menyatakan berhasil menyapu bersih kawasan itu setelah pasukan pemerintah mundur.
Gambar-gambar dari Homs menunjukkan warga merayakan di pusat kota setelah oposisi bersenjata memasuki kota dan pasukan pemerintah menarik diri.
Dalam langkah simbolis, oposisi juga menyebut telah membebaskan lebih dari 3.500 tahanan dari penjara militer di Homs.
Penarikan Pasukan Hizbullah
Ahmad Al-Syar’a, komandan operasi oposisi yang dikenal dengan nama panggilan Abu Muhammad Al-Jaulani, menyatakan bahwa oposisi berada dalam tahap akhir untuk sepenuhnya membebaskan Homs.
Ia juga menyampaikan pesan damai kepada para pejuang pro-rezim, meminta mereka menyerahkan senjata dengan jaminan keselamatan.
Sementara itu, laporan dari Reuters menyebutkan bahwa puluhan pejuang dari pasukan Radwan, sayap militer Hizbullah yang beroperasi bersama tentara Suriah, telah melarikan diri dari Homs.
Seorang perwira militer Suriah yang tidak disebutkan namanya mengungkapkan bahwa keputusan tersebut diambil karena kota itu dinilai tidak lagi dapat dipertahankan.
Kemenangan di Homs memperkuat momentum oposisi dalam melawan rezim Bashar al-Assad. Dengan kendali atas empat kota penting dalam waktu singkat, oposisi kini menghadapi tantangan besar: menekan rezim di jantung kekuasaan Damaskus.
Situasi di lapangan menunjukkan pertempuran masih berlanjut di wilayah pedesaan sekitar ibu kota. Namun, keberhasilan merebut Homs dinilai sebagai kemenangan strategis yang dapat mengubah arah konflik Suriah di hari-hari mendatang.