Saturday, April 19, 2025
HomeBeritaPakar militer: Serangan Hamas di Khan Younis bersifat strategis, ini alasannya

Pakar militer: Serangan Hamas di Khan Younis bersifat strategis, ini alasannya

Serangkaian serangan baru yang dilancarkan oleh Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, terhadap militer Israel di selatan Kota Khan Younis, dinilai sebagai operasi yang bersifat strategis.

Serangan itu menunjukkan kembalinya kemampuan tempur kelompok perlawanan Palestina di wilayah konflik.

Menurut pernyataan resmi Al-Qassam, para pejuang mereka menyerang 3 tank militer Israel.

Mereka juga menjebak satuan pasukan Israel di dekat sebuah terowongan jebakan yang dipasangi bahan peledak di wilayah Qizan Al-Najjar, selatan Khan Younis. Serangan itu menyebabkan korban jiwa dan luka di pihak Israel.

Dalam wawancara dengan Al Jazeera, analis militer Kolonel Hatem Karim Al-Falahy menjelaskan bahwa eskalasi terbaru ini menunjukkan perubahan penting dalam medan pertempuran.

Ia menyebut serangan-serangan tersebut sebagai “operasi strategis” yang dilakukan setelah pasukan Israel memasuki zona pertemuan langsung dengan pejuang perlawanan.

Al-Falahy menyoroti bahwa wilayah Khan Younis telah dikosongkan dari warga sipil akibat perintah evakuasi militer Israel.

Hal itu, katanya, secara tidak langsung menciptakan kondisi geografis yang lebih menguntungkan bagi Hamas untuk melakukan perlawanan bersenjata.

“Daerah yang telah dievakuasi ini memberikan ruang manuver bagi kelompok perlawanan untuk membangun kembali sistem pertahanannya,” ujarnya.

Ia menambahkan, serangan terhadap unit teknik militer Israel, yang bertugas membuka jalan dan menetralkan ranjau darat, mengindikasikan hambatan signifikan dalam operasi militer Israel.

Menurut Al-Falahy, Hamas tidak akan gegabah memulai pertempuran tanpa kondisi medan yang mendukung.

“Pemilihan waktu dan lokasi konfrontasi kali ini sepenuhnya menguntungkan pihak perlawanan,” katanya.

Ia juga menjelaskan bahwa masa jeda selama gencatan senjata dimanfaatkan oleh Hamas untuk memperbaiki jaringan terowongan bawah tanah yang selama ini menjadi salah satu senjata utama perlawanan.

“Terowongan masih aktif di dalam Gaza, terutama di kawasan yang kini digunakan kembali untuk pengaturan pertahanan,” ungkapnya.

Al-Falahy menilai bahwa distribusi ulang sumber daya dan pejuang telah memberi Hamas kemampuan untuk menggelar perlawanan secara lebih terstruktur.

Beberapa daerah strategis dijadikan sebagai “cadangan operasi”, yang hanya akan diaktifkan ketika situasi sangat mendesak.

Pada Minggu lalu, Brigade Al-Qassam juga mengumumkan bahwa mereka berhasil menjebak dan menewaskan sejumlah tentara Israel melalui ledakan rumah yang telah dipasangi bahan peledak di kawasan Abu Rous, timur Rafah.

Dalam analisis militernya, Al-Falahy menyebut bahwa Divisi 36, salah satu divisi elite tentara Israel, kini beroperasi di selatan Gaza, sementara pasukan di wilayah lain hanya mampu menjalankan operasi terbatas.

“Operasi skala penuh telah dilakukan hampir di seluruh Gaza, tapi tujuan-tujuan strategis dari ofensif darat Israel tampaknya belum tercapai,” kata Al-Falahy.

Ia menilai, tekanan militer yang terus meningkat tidak akan membebaskan para sandera yang ditahan Hamas.

Menurutnya, militer Israel kini menghadapi kekurangan signifikan dalam hal personel tempur, serta penurunan semangat juang.

Selain itu, persoalan logistik dan organisasi memperburuk efektivitas militer Israel dalam pertempuran darat.

Ia mengkritik strategi militer Israel yang dinilai terlalu mengandalkan serangan udara terhadap wilayah sipil dan memblokir bantuan kemanusiaan ke Gaza.

“Tujuannya adalah memaksa Hamas untuk tunduk dalam negosiasi, tapi pendekatan ini justru memperdalam penderitaan warga sipil dan tidak menjamin hasil di medan perang,” pungkasnya.

ARTIKEL TERKAIT
- Advertisment -spot_img

Most Popular