Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan bahwa hampir seluruh gelombang pengungsian terbaru di Jalur Gaza berasal dari Gaza City, yang terus mengalami serangan udara intensif oleh militer Israel. Serangan tersebut memaksa puluhan ribu warga sipil mengungsi demi menyelamatkan diri.
“Pengungsian berulang terus dilaporkan,” ujar juru bicara PBB, Daniela Gross, dalam konferensi pers, Kamis (22/8/2025), seperti dikutip kantor berita Anadolu. Ia menambahkan, “Antara 12 hingga 20 Agustus, lebih dari 16.800 pengungsi baru tercatat di seluruh wilayah Jalur Gaza.”
Gross menjelaskan bahwa total pergerakan pengungsi sejak berakhirnya gencatan senjata pada pertengahan Maret telah mencapai lebih dari 796.000 orang. Dari jumlah itu, sekitar 95 persen berasal dari Gaza City, terutama dari wilayah timur kota.
Mengutip data dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA), Gross memperingatkan bahwa serangan intensif Israel di Gaza City dan sekitarnya “menimbulkan dampak yang sangat buruk bagi warga sipil.”
Ia juga menyoroti meningkatnya korban jiwa di wilayah timur dan selatan Gaza City, khususnya di kawasan al-Zeitoun. Serangan di kawasan padat penduduk tersebut menyebabkan banyak korban sipil dan kerusakan berskala besar.
Situasi kemanusiaan anak-anak di wilayah tersebut pun kian memprihatinkan. Gross mengungkapkan, menurut UNICEF, bulan Juli lalu merupakan bulan paling mematikan bagi anak-anak akibat gizi buruk, dengan 24 anak balita dilaporkan meninggal dunia.
UNICEF memperingatkan bahwa seluruh anak-anak di bawah usia lima tahun di Gaza—sekitar 320.000 jiwa—terancam mengalami kekurangan gizi akut, yang berisiko menimbulkan penyakit dan dampak kesehatan jangka panjang.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 62.100 warga Palestina dilaporkan tewas dalam serangan militer Israel di Jalur Gaza. Wilayah tersebut kini menghadapi ancaman kelaparan dan keruntuhan total infrastruktur sipil.
Pada November tahun lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga tengah menghadapi gugatan genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait operasi militernya di wilayah kantong tersebut.