Seorang pejabat senior dari Direktorat Siber Nasional Israel, Tom Artiom Alexandrovich (38), tengah menjadi sorotan setelah ditangkap oleh kepolisian Las Vegas, Amerika Serikat, dalam operasi gabungan penegakan hukum yang menargetkan pelaku kejahatan seksual terhadap anak melalui internet, lansir Middle East Monitor pada Senin (18/8).
Ia kemudian kembali ke Israel setelah dibebaskan dengan jaminan, memicu pertanyaan terkait proses hukum yang dijalaninya di AS.
Alexandrovich, yang menjabat di lembaga siber di bawah kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, termasuk di antara delapan orang yang ditangkap dalam operasi tersebut.
Berdasarkan keterangan polisi, ia didakwa atas dugaan pelanggaran berat berupa “membujuk anak untuk melakukan tindakan seksual melalui komputer”.
Meski telah dikenai dakwaan dan dibebaskan dengan jaminan sebesar 10.000 dolar AS, Alexandrovich diketahui kembali ke Israel sebelum menjalani proses persidangan. Langkah ini menimbulkan kekhawatiran mengenai kemungkinan adanya intervensi diplomatik atau politis yang memungkinkan ia meninggalkan wilayah hukum Amerika Serikat.
Pihak Direktorat Siber Nasional Israel sebelumnya menyatakan bahwa keberadaan Alexandrovich di AS tidak terkait dengan urusan pekerjaan, dan ia hanya “dimintai keterangan” oleh pihak berwenang.
Namun, sejumlah dokumen yang diperoleh media lokal Israel menunjukkan bahwa ia memang telah ditahan dan dikenai dakwaan resmi.
Kasus ini menimbulkan perdebatan di ruang publik, khususnya terkait tudingan bahwa terdapat standar ganda dalam penerapan hukum terhadap warga negara Israel di luar negeri. Sejumlah pengamat menyebut hal ini sebagai bentuk dari apa yang mereka sebut “pengecualian Israel” dalam sistem hukum negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat.
Sebagai pembanding, sejumlah pihak juga menyinggung kembali kasus Jeffrey Epstein, pelaku kejahatan seksual yang disebut memiliki jaringan politik luas dan pernah dikaitkan dengan tokoh-tokoh intelijen, termasuk dari Israel.
Kasus Alexandrovich bukan satu-satunya yang melibatkan pejabat Israel di luar negeri. Sebelumnya, Duta Besar Israel untuk Uni Emirat Arab, Yossi Shelley, juga dikabarkan dipulangkan setelah muncul laporan mengenai perilaku tidak pantas, termasuk dugaan perlakuan buruk terhadap staf lokal dan kunjungan ke tempat-tempat yang dinilai tidak layak oleh otoritas setempat.
Polemik ini semakin mengemuka setelah seorang aktivis dan jurnalis asal AS, Shaun King, mengklaim bahwa unggahannya mengenai kasus Alexandrovich telah dihapus secara massal dari platform media sosial X.
Dalam pernyataannya, King menyebut bahwa ratusan unggahan dan tautannya dihapus secara tiba-tiba, tanpa penjelasan.
“Tengah malam, @elonmusk menghapus SETIAP TWEET yang saya buat tentang pedofil Israel, Tom Alexandrovich,” tulis King. “Setiap retweet. Setiap tautan ke artikel saya. Ratusan tweet saya tentang Tom Alexandrovich telah hilang.”