Pelapor Khusus PBB untuk Wilayah Palestina yang Diduduki, Francesca Albanese, Rabu, memperingatkan bahwa penerbangan “misterius” yang membawa 153 pengungsi Palestina ke Afrika Selatan merupakan hal yang sangat serius, demikian dilaporkan Anadolu.
Dalam konferensi pers yang digelar kelompok Kiri di Parlemen Eropa, Albanese menanggapi pertanyaan terkait transfer warga Palestina ke Afrika Selatan dan kemungkinan penggunaan langkah ini oleh Israel untuk mengosongkan Jalur Gaza.
“Saya berbagi kekhawatiran Anda,” ujarnya, menyoroti pernyataan Menteri Keamanan Nasional Israel dari sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, yang berulang kali menyebut istilah “migrasi sukarela”. Transfer terbaru tampaknya sejalan dengan retorika tersebut.
“Tidak ada yang sukarela dari apa yang dipaksakan Israel kepada warga Palestina. Saya percaya, setiap penghentian permusuhan terhadap Gaza atau Palestina tanpa penegakan hukum internasional, bisa membantu Israel mencapai tujuan yang tidak berhasil mereka capai melalui genosida, yaitu melanjutkan pembersihan etnis dengan cara lain,” tegas Albanese.
Ia menambahkan, “Warga Palestina dipaksa. Apa pun yang mereka lakukan hari ini, termasuk naik pesawat ke tempat lain, adalah akibat paksaan yang mereka alami.”
Pelapor khusus juga menyoroti ketidakjelasan proses transfer.
“Banyak dari mereka yang melakukan perjalanan ke Afrika Selatan bahkan tidak tahu ke mana mereka akan dibawa dan hanya membawa paspor mereka. Jadi ini sangat serius,” katanya.
Kamis lalu, Afrika Selatan memberikan pembebasan visa 90 hari bagi 153 warga Palestina yang tiba dari Kenya untuk mencari suaka, meski awalnya mereka ditolak masuk karena tidak memiliki dokumen perjalanan dan cap keberangkatan yang biasa ada di paspor.
Menurut harian Israel Haaretz, sebuah asosiasi yang dijalankan oleh seorang pria berkewarganegaraan ganda Israel-Estonia menjual kursi penerbangan charter bagi warga Palestina di Gaza ke negara-negara jauh seperti Indonesia, Malaysia, dan Afrika Selatan dengan harga sekitar US$ 2.000.
Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Ronald Lamola, mengatakan Senin lalu bahwa kedatangan pesawat berisi pengungsi Palestina di Johannesburg pekan lalu adalah “operasi yang jelas diatur untuk memindahkan warga Palestina”.
Sebelumnya, Israel juga membahas kemungkinan relokasi warga Palestina ke beberapa negara, termasuk Sudan Selatan.


