Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk pertama kalinya secara terbuka mengakui bahwa negaranya tengah memasuki masa isolasi internasional. Hal ini disampaikan di tengah meningkatnya tekanan global atas agresi militer Israel di Jalur Gaza dan kebijakan domestik yang dinilai semakin ekstrem oleh sejumlah pihak.
“Kita sedang memasuki semacam isolasi, dan kita harus semakin menyesuaikan diri dengan perekonomian yang memiliki karakteristik kemandirian,” ujar Netanyahu dalam sebuah konferensi di Kementerian Keuangan, seperti dikutip Army Radio, Senin (15/9/2025).
Pernyataan tersebut menandai perubahan sikap yang signifikan dari pemerintah Israel, yang sebelumnya berulang kali membantah adanya pelemahan hubungan diplomatik dengan dunia internasional, meski berbagai peringatan telah disampaikan dalam beberapa bulan terakhir.
Harian ekonomi Israel, The Marker, juga mengutip pernyataan Netanyahu yang mengatakan bahwa Israel kini hidup “dalam semacam isolasi politik” dan harus mengambil langkah-langkah strategis untuk menyesuaikan diri.
Ia menambahkan, Israel perlu memproduksi senjata sendiri guna mengurangi ketergantungan terhadap bantuan militer dari luar negeri.
Dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah negara Barat, termasuk Inggris, Spanyol, dan Kanada, telah menghentikan ekspor senjata ke Israel. Negara-negara lain seperti Prancis, Australia, Norwegia, dan Inggris juga menyatakan dukungan terhadap pengakuan negara Palestina di Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dijadwalkan berlangsung akhir bulan ini.
Kritik dari oposisi
Pernyataan Netanyahu memicu reaksi keras dari kalangan oposisi. Mantan Perdana Menteri sekaligus Ketua Oposisi, Yair Lapid, mengecam pernyataan tersebut sebagai hal yang “gila”.
“Isolasi bukanlah takdir. Ini adalah akibat dari kebijakan Netanyahu yang salah arah dan gagal total. Ia menjadikan Israel seperti negara dunia ketiga dan bahkan tidak berusaha mengubah arah kebijakan,” tulis Lapid melalui platform media sosial X (dahulu Twitter).
Senada dengan itu, Ketua Partai Demokrat Israel sekaligus mantan Wakil Kepala Staf Angkatan Darat, Yair Golan, juga mengkritik keras Netanyahu.
“Netanyahu menyambut tahun baru dengan pesan ini: demi mempertahankan kekuasaannya, ia membutuhkan perang abadi dan isolasi abadi. Anda akan mengorbankan negara, perekonomian, masa depan anak-anak Anda, dan hubungan dengan dunia,” kata Golan melalui unggahan di X.
Ia menambahkan, “Respons kami terhadap orang ini: tahun ini kami akan menggantikanmu dan menyelamatkan Israel.”
Sementara itu, militer Israel terus melanjutkan operasi militernya di Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 65.000 warga Palestina sejak Oktober 2023. Wilayah tersebut kini mengalami kehancuran parah dan menghadapi ancaman kelaparan yang semakin meluas.
Pada November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Selain itu, Israel juga tengah menghadapi gugatan kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) terkait operasi militer di wilayah tersebut.