Perdana Menteri Slovenia, Robert Golob, menyampaikan keterkejutannya pada Senin atas penderitaan mengerikan yang dialami anak-anak Palestina.
Golob mengatakan bahwa tak seorang pun ingin anak-anak mereka berada dalam situasi serupa. Hal itu sebagaimana harus ditanggung danak-anak Gaza yang harus menghadapi dentuman bom Israel setiap hari, lansir Anadolu Agency.
“Hari ini, ketika kami mengunjungi kelompok pertama anak-anak Palestina yang tiba di Slovenia dari Gaza, kami diingatkan betapa mengerikannya penderitaan mereka,” ujar Golob kepada media di luar Institut Rehabilitasi Soca untuk anak-anak dari Gaza di Ljubljana, ibu kota Slovenia.
“Pastinya, tak seorang pun dari kita ingin anak-anak kita mengalami apa yang dialami anak-anak Gaza,” lanjutnya.
Golob juga mengatakan bahwa anak-anak tersebut ingin mengetahui apakah mereka akan kembali bisa menjalani kehidupan normal di Gaza.
“Sulit memberikan jawaban itu karena hari ini tak seorang pun memilikinya […] Gaza telah berubah menjadi kawasan yang mungkin tak bisa dihuni lagi, setidaknya di wilayah utara,” tambah Golob.
Menteri Luar Negeri Slovenia, Tanja Fajon, yang mendampingi Perdana Menteri, menyatakan bahwa Slovenia siap membantu dalam rehabilitasi dan pengembangan layanan psikososial bagi anak-anak Gaza.
“Mungkin ini hanya setetes air di lautan, tetapi bagi setiap anak dan keluarganya, ada harapan untuk masa depan,” kata Fajon.
Pekan lalu, seorang anggota Parlemen Eropa dari Slovenia menyerukan sanksi yang lebih ketat terhadap Israel, serta peningkatan bantuan kemanusiaan bagi Palestina karena konflik yang terus berlanjut di Gaza.
Sejak 2006, Israel memberlakukan blokade di Gaza, yang membuat banyak pihak menyebut kawasan tersebut sebagai penjara terbuka terbesar di dunia.
Mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata segera, Israel semakin meningkatkan serangannya di Gaza setelah serangan lintas batas oleh kelompok Hamas pada Oktober lalu.
Otoritas kesehatan setempat melaporkan bahwa lebih dari 42.600 orang telah tewas, sebagian besar perempuan dan anak-anak, serta lebih dari 99.800 orang terluka sejak eskalasi dimulai.
Serangan Israel yang terus berlangsung telah hampir membuat seluruh penduduk Jalur Gaza mengungsi, diperburuk oleh blokade yang menyebabkan kekurangan parah makanan, air bersih, dan pasokan medis.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Pengadilan Internasional akibat tindakannya di Gaza.